Selasa, 08 Juni 2010

Big Rival (6)

Chapter 6
Saran Rianty


Rianty baru saja menapakkan kakinya di kelas, ketika dilihatnya Mitha tengah bertopang dagu sambil menatap kertas ulangan.

“Dapat berapa, Mit?” tanyanya menghampiri Mitha.

“Delapan,” jawab Mitha sambil menyodorkan kertas ulangan itu.

“Pasti gara-gara soal kemarin itu,” terka Rianty. Matanya menelusuri jawaban-jawaban yang tertera di kertas putih bergaris hitam itu.

“Eh, Ri... Jangan kasih tahu Bagas, ya?” bisik Mitha tiba-tiba.

“Pokoknya beres!” Rianty tersenyum, ”Tapi, kalau kamu minta pada Bagas agar menerangkan soal itu, nilaimu pasti sepuluh ‘kan?”

“Huh, gengsi dong!” Mitha mencibir. “Delapan juga udah bagus.”

“Dan, itu berarti kamu kalah sama Bagas,” ejek Rianty. ”Tahu nggak? Dia dapat nilai sepuluh!”

“Ah, nanti juga aku bisa menyusulnya. Percaya deh. Mitha pasti menang!”

“Eit, jangan sombong dulu!” tukas Rianty, “Untuk pelajaran fisika, otaknya sulit ditandingi.”

Mitha terdiam. Dia sadar akan kelemahannya. Memang, mata pelajaran yang satu ini tidak boleh dianggap remeh. Apalagi bagi mereka yang mengambil jurusan ilmu-ilmu fisik. Tapi untuk minta tolong pada Bagas… ugh…. nanti dulu ya! Mau taruh di mana ini muka?

“Bagaimana?” tanya Rianty memecah kebisuan Mitha. “Udah damai aja. Kan yang untung kamu juga. Lagipula Bagas cukup tampan untuk menjadi….” Rianty tak meneruskan ucapannya. Gadis itu tersenyum menggoda.

“Menjadi apa Ri?” Mitha bertanya tak sabar.

“Pacar kamu,” pelan suara Rianty di telinga Mitha.

“Rianty! Kamu …”

Tapi Rianty sudah berlari sambil cekikikan meninggalkan Mitha yang jengkel bukan main.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar