Sabtu, 16 Januari 2010

Beginilah Cinta (2-TAMAT)

Chapter 2
Bella Oh Bella


Ya, begitulah Bella. Orangnya keras, adatnya pedas. Kalo dia lagi ngambek lantaran pendekatan gencar yang Gue lakukan tanpa embel-embel malu-maluin. Jadi deh mukanya kayak cabe yang siap diulek buat dijadiin sambel terasi. Lagaknya segalak macan ompong. Karena kekerasan hatinya itu pula maka sampe kini Gue nggak kesampaian ngerebut hatinya. Entah terbuat dari batu apa hatinya itu.

Padahal, berani sumpah pocong deh, Gue sudah berkorban banyak untuk dia. Seluruh waktu dan hidup Gue nyaris hanya tercurah ke dia. Ke mana-mana dan di mana-mana, di benak dan hati Gue ya cuma ada dia. Dia tok!

Tapi, ya itulah Bella. Meski Gue bersujud di bawah telapak kakinya buat ngemis-ngemis cintanya pun, Gue nggak bakalan terima. Kurun waktu yang lama telah ngebuktiin kalo dia tuh, idealis banget. Alasannya setiap kali nolak Gue, dia bilang begini:

"Eh, Chico, kita tuh mending berteman aja. Misalnya nanti kita sejodoh, toh pada dasarnya kita pasti akan bersatu."

Lantas setiap kali dia ngucapin kalimat itu, maka Gue hanya dapat menelan ludah yang tiba-tiba terasa pahit seperti kopi. Ah, Bella-Bella, sebetulnya apa sih, kekurangan Gue? Padahal Gue kan, nggak jelek-jelek amat bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing Gue. Bahkan, konon Gue adalah cowok yang tercakep dibandingkan para penghuni di bonbin (Kebun Bintang)!

Atau, mungkin Bella meragukan cinta Gue? Itu yang sering Gue lontarkan padanya bila sudah kecewa banget. Tapi apa tanggapannya?
Dia bilang gini, "Chico, Chico. Lo ini gimana, sih? Lo tuh sahabat Gue. Jadi Gue nggak perlu meragukan cinta Lo sebagai seorang teman lagi. Lo baik, sangat baik sebagai seorang sahabat. Oke?"

Ups! Kalimat. Just a friend! Itu yang nggak Gue inginkan. Itu yang paling Gue beeeenciii....

Tapi apa mau dikata lagi? Bella memang nggak mencintai Gue. Gue sadar itu. Sebab dia menolak Gue, itu jelas. Sebab ada nama dan wajah lain yang mengisi ruang hatinya. Yang pasti, someone special itu bukan Gue. Karena Bella....

Ah, forget it! Malam ini Gue mesti bobo, karena besok Gue harus kuliah pagi-pagi sekali. Gue hanya berharap seperti malam-malam yang kemarin, semoga Bella dapat mengubah pendiriannya yang setegar batu karang. Atau, biar jodoh yang bicara seperti yang selalu dia katakan. Kalo kita sejodoh, toh pada dasarnya kita pasti akan bersatu.

Yap, mungkin.

Huaaam... Gue ngantuk berat.

Gue lihat di luar jendela saat Gue rebahkan kepala di bantal. Langit kelam berjelaga awan hitam. Hati Gue sunyi dan hampa seperti langit yang nggak berbintang itu. Selanjutnya ada lara yang bersenandung di sana. Nggak Gue tahu persis lagu dan irama apa. Hanya titik-titik airmata Gue yang bisa menjawabnya.




TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Beginilah Cinta (1)

Chapter 1

Cinta Itu Aneh!!




Cinta itu aneh!



Sebab sampai sekarang Gue nggak bisa ngerti apa arti cinta. Banyak hal-hal yang nggak adil terjadi di seputar cinta. Misalnya begini: si Playboy ngobral cinta dan hasilnya sukses berat dengan bertepuk dua tangan, meski cinta si Playboy itu palsu. Nah, giliran si Serius yang telah berikrar cinta sampai mati, eh, hasilnya malah bertepuk sebelah tangan. Aneh, nggak?



Menurut teori sih, cinta itu sakral. Artinya, cinta itu bukan sebentuk permainan yang sering dilakukan oleh anak-anak kecil. Tapi dalam prakteknya, cinta itu nggak begitu. Lha, gimana nggak? Gue sering nyaksiin sebaya-sebaya Gue melecehin cinta mereka. Mereka menduain cinta.



Kata mereka, pacar nggak cukup kalo hanya satu. Paling sedikit dua. Buat serep dan jaga-jaga. Uh, emangnya ban mobil pake serep-serep segala. Gue kok, mendadak menjadi bego mikirin cinta. Apa Gue yang nggak becus dalam soal asmara, atau mereka yang kelewat moderat dalam hal ini?!



Tapi lupakanlah. Soalnya Gue nggak terlalu ngambil hati. Ngapain sih pusing-pusing ke hal yang nggak bermanfaat begitu? Mending Gue ngurusin urusan Gue sendiri. Dan terutama ke persoalan yang menyangkut Bella!



Ya, Bella. Ngingat gadis manis itu, Gue selalu senewen dibuatnya. Ngejar dia sama susahnya ngejar layangan yang putus. Mungkin ngejar Si Bella ini lebih sulit. Habis, dia itu suka ngacir tauk ke mana. Kalo layangan kan, palingan nyantol di genteng rumah.



Gue ingat, Gue ngejar Si Bella ketika Gue masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Dianya sih, waktu itu masih kelas satu SMP. Jadi ngejarnya juga pake gaya si ‘Amank’, tuh monyet tetangga yang doyan pisang! Namun jangan sama-samain amat Gue dengan si ‘Amank’. Soalnya Gue masih lebih manusiawi daripada si ‘Amank’, sedangkan dia lebih hewani dari Gue.



Oya, ngomong ke soal ngejar-ngejar cewek manis itu, sebetulnya Gue malu nyeritainnya. Bukan kenapa-kenapa, tapi masa’ iya ngejar Laudya Chintya Bella itu makan waktu sampe lima tahun dan belum juga dapet-dapet!



Tapi, meski begitu Gue nggak berputus asa, terlebih-lebih lagi untuk berputus napas atawa bunuh diri. Ih, nggak janjilah, ya? Biar dia ngatain Gue muka badak segala. Biar dia menolak Gue mentah-mentah. Nggak peduli. Cinta Gue sama Bella jalan terus. Dan cinta yang Gue serahin ke dia itu murni 24 karat. Asli, nggak susut atau dipotongin pajak segala.



Eh, tapi jangan menganggap Gue manusia super yang tahan banting. Gue juga bisa patah hati dan menangis. Gue bisa melek semalam-malaman jika mengingat cinta Gue yang malang ini. Tapi, tentu saja Gue nggak bersedih terus-terusan. Sebab Gue pikir masih banyak hal yang belum Gue bereskan. Cucian-cucian yang menumpuk di kamar kost saja belum Gue bereskan. Juga sewa kost untuk bulan lalu belum Gue lunasi.

Beginilah Cinta (Sinopsis)

(Sebuah Cerita Tentang Kasih Tak Sampai)
Created By Sweety Qliquers



Beginilah Cinta
Chapter 1 Cinta Itu Aneh!!
Chapter 2 Bella Oh Bella


Sinopsis

Gue hanya berharap seperti malam-malam yang kemarin, semoga Bella dapat mengubah pendiriannya yang setegar batu karang. Atau, biar jodoh yang bicara seperti yang selalu dia katakan. Kalo kita sejodoh, toh pada dasarnya kita pasti akan bersatu.
Yap, mungkin.
Gue lihat di luar jendela saat Gue rebahkan kepala di bantal. Langit kelam berjelaga awan hitam. Hati Gue sunyi dan hampa seperti langit yang nggak berbintang itu. Selanjutnya ada lara yang bersenandung di sana. Nggak Gue tahu persis lagu dan irama apa. Hanya titik-titik airmata Gue yang bisa menjawabnya.



Karakter Tokoh Beginilah Cinta :


Laudya Chintya Bella (Bella)
Menganggap Chico Jericho (Chico) hanya sebagai seorang sahabat tidak lebih. Menurut Laudya Chintya Bella (Bella), Chico Jericho (Chico) itu pemuda yang baik, sangat baik sebagai seorang sahabat.


Chico Jericho (Chico)
Ngejar -ngejar Laudya Chintya Bella (Bella) ketika ia masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Dan si Laudya Chintya Bella (Bella), waktu itu masih kelas satu SMP. Ngejar Laudya Chintya Bella (Bella) itu makan waktu sampe lima tahun dan belum juga dapet-dapet!Tapi, meski begitu Chico Jericho (Chico) tidak berputus asa, terlebih-lebih lagi untuk berputus napas ataw bunuh diri. Biar dia dikatain Bella muka badak dan ditolak mentah-mentah. Chico Jericho (Chico) tidak peduli. Cintanya pada Bella jalan terus. Dan cinta yang diserahkan ke Bella itu murni 24 karat. Asli, nggak susut atau dipotongin pajak segala.

Aku & Aditya (3-TAMAT)

Chapter 3
Cinta Yang Tak Terlihat


Aku menoleh ke sampingku dan melihat Adit yang juga sedang menatapku dengan tatapan matanya yang lembut. Hari ini aku harus mengatakannya. Katakanlah! Jeritku dalam hati. Katakan kalau kamu tidak dapat menemuinya lagi! Namun pada saat kata-kata yang telah aku persiapkan hendak meluncur dari bibirku, aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan sebaliknya merangkul pundak Adit.

Pada saat itu, aku menyadari sesuatu yang telah aku sangkal selama bertahun-tahun. Aku tidak dapat mengakhiri persahabatanku dengan Adit karena aku membutuhkannya setiap hari untuk seumur hidupku. Aku ingin selalu melihatnya tersenyum, mendengarkan canda tawanya dan merasakan kehadirannya di sisiku ketika aku sedang sedih dan gundah. Ternyata aku menyayanginya dan membutuhkannya lebih dari seorang sahabat.

Aku menatap ke dalam bola matanya yang berwarna hitam pekat bagaikan telaga. "Sejujurnya, aku... aku sayang kamu... aku nggak bisa kehilangan kamu...." Airmataku pun tumpah membasahi kemejanya.

Namun Adit hanya diam memelukku dan mengusap rambutku.
Setelah tangisku terhenti, barulah ia memegang kedua pundakku dan menatap lurus ke dalam mataku. "Tahukah kamu Key, apa yang selalu kuminta di setiap hari di dalam doaku?” Ia tersenyum.

“Aku mendoakan kebahagiaanmu. Namun jika ia tidak bahagia bersama Virgo, Tuhan, maka izinkan aku yang membahagiakannya....”

Tangisku pun pecah kembali dan kami berpelukan lama sekali, seperti dua orang yang baru menyadari cinta mereka berdua. Angin bertiup dengan pelan, ombak berdesir dengan lembut... seakan menjadi saksi cinta kami berdua.

Sejak saat itu, aku dan Adit tidak pernah lagi mengenal kata berpisah. Sore itu aku menyadari bahwa aku bertanggung jawab atas kebahagiaanku sendiri. Kata orang, cinta yang sejati tumbuh karena kebersamaan. Kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu, karena takut kau berpaling dan memberi jarak. Namun bila suatu saat ia pergi, barulah kau akan menyadari, bahwa ia adalah cinta yang tidak kau sadari. Tampaknya, aku tidak hanya sekedar membutuhkan Adit.... Aku telah jatuh cinta, walau aku tidak pernah menyadarinya sampai detik aku hampir kehilangan dirinya.

Untuk yang tercinta... Aditya Permadi
Ternyata aku cinta dan kutakut…
Kehilangan dirimu yang kukasihi…

(Dari yang Tercinta - Keysha Dinata)




TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Aku & Aditya (2)

Chapter 2
Adit VS Virgo


“Tahu nggak, Key, apa masalah kamu?” tanya Adit suatu saat dengan mimik yang lucu. Hanya dia yang dengan berani-beraninya memendekkan namaku, Keysha, menjadi ‘K’. Memendekkan tulisan nama panggilan ‘Key’ menjadi ‘K’ (K= Pengucapan Inggris menjadi Key). Biar demikian, aku cukup menyukainya sih. Aku tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalaku.

“Kamu ini terlalu bagaimana ya, nggak santai! Kamu harus lebih terbuka sama orang lain, lebih easy-going.... Pernah nggak sih, semua yang kamu ceritakan ke aku kamu ceritakan ke pacarmu? Nggak pernah, kan? Kamu harus lebih banyak share sama dia. Wajar saja dia marah kalau kamu nggak suka cerita. Kalau begitu terus, dia akan jadi merasa tersisih, Key,” sambung Adit panjang lebar.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. Benar juga, sih. Virgo memang suka marah kalau aku menceritakan soal Adit, bagaimana dekatnya aku dengannya, dan bagaimana aku merasa bebas menceritakan masalah-masalahku. Atau, apa mungkin dia cemburu ya? Aku tertawa geli membayangkannya. Walaupun keren dan banyak cewek yang naksir, Adit itu cerewet sekali kepadaku, sampai-sampai terkadang aku menjulukinya 'my sister' – habis, seperti cewek, sih! Namun, aku yakin dia bukan gay karena ia pernah menceritakan kisah cintanya yang dulu padaku.

Persahabatan kami pun berlanjut terus, sampai tiba waktunya kami berdua harus kembali ke Jakarta karena kuliah kami sudah tuntas. Begitu sampai di Jakarta, aku memperkenalkannya kepada Papaku, yang sangat menyukainya. Namun, ketika aku memperkenalkannya kepada Virgo, reaksi pacarku selama lima tahun tersebut benar-benar tidak kusangka.

“Aku nggak suka sama dia, Key!” ujar Virgo datar, dengan ekspresi masam yang membuat wajah gantengnya menjadi tidak enak dilihat.

“Aku pengen kamu menjauhi dia. Toh sekarang sudah ada aku, kamu juga tidak perlu dia lagi, kan? Kalau mau teman jalan-jalan, kan ada Melati, Aurel, atau Syafa...." lanjutnya sembari menyebutkan nama teman-temanku saat SMA dulu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Virgo tidak mengerti arti persahabatan Adit bagiku. Dia memang benar-benar cemburu. Namun saat itu, aku mengira kecemburuannya hanya akan berlangsung sementara saja. Toh, kalau dia sudah mengenal Adit lebih baik, pasti dia akan menyukainya.

Di sisi lain, walaupun Virgo sangat tidak ramah kepadanya, Adit tetap ceria dan menganggap Virgo sebagai teman. Ia juga masih sering menghubungiku, dan kadang-kadang ia main ke rumahku untuk menemani adik-adik perempuanku yang masih kecil-kecil. Mereka suka sekali dengannya karena ia pandai bercerita dan masakannya sangat enak. Selain menemani si kecil Beby bermain dan membaca, Adit juga sering membantu memberikan solusi-solusi masalah cowok untuk Chacha yang mulai beranjak remaja.

Tahun demi tahun terlewati, dan Adit tetaplah teman yang terbaik untukku. Kami sering bertemu, sekedar hanya untuk berbincang-bincang. Kami bahkan mengajukan diri untuk menjadi guru Les privat Bahasa Inggris di ‘Ferindo English’ (Les Privat Bahasa Inggris Australia, yang buka cabang di Indonesia) bersama-sama.

Hubunganku dengan Virgo juga menjadi semakin serius. Kami telah berpacaran selama lebih dari tujuh tahun. Ia sudah bekerja untuk Papa, membuat pernikahan semakin berada di dekat mata. Bagiku, semua yang kami lewati bersama telah menjadi suatu masa depan pasti yang tak perlu diramalkan lagi. Ya, mengapa aku harus khawatir? Virgo laki-laki yang baik, dia luwes dalam pergaulan dan akrab dengan semua saudara-saudaraku, mempunyai tabungan yang lebih dari cukup untuk memulai suatu rumah tangga dan kami tidak pernah berselisih lebih dari pertengkaran-pertengkaran kecil. Dan bukankah aku juga telah mengenakan cincin ‘janji’ dari Virgo?

Akan tetapi sore itu aku tidak mengenakan cincin tersebut. Aku tidak pernah mengenakannya apabila sedang bersama-sama Adit. Virgo telah memberikan ultimatum kepadaku seminggu yang lalu, sebelum aku dan Adit berangkat bersama-sama ke Australia untuk menghadiri reuni angkatan kami saat kuliah dulu.

“Aku nggak mau kamu dekat dengan Adit lagi. Kita sebentar lagi akan menikah Key, dan aku sering mendengar orang-orang mempergunjingkan kedekatanmu yang tidak wajar dengan Adit. Bagaimanapun juga dia laki-laki dan kamu perempuan. Aku percaya kepadamu, tapi kamu harus memutuskan hubunganmu dengannya,” ultimatum Virgo. Tanpa ekspresi. Dingin sekali.

Aku & Aditya (1)

Chapter 1
Dia Yang Selalu Ada Untukku


Angin sore berhembus dengan lembut, membungkus diriku dalam hangatnya udara musim panas. Aku melepaskan sandalku dan menjinjingnya. Aku suka merasakan pasir-pasir lembut ini masuk ke sela-sela jariku, merasakan kakiku tertimbun olehnya. Deburan ombak yang berdesir mengikuti irama langkahku terdengar seperti musik di telingaku.

Di sebelahku, Aditya menghirup dalam-dalam udara pantai yang segar dan menentramkan jiwa. Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan ditiup angin dan menari-nari menutupi sebagian wajahnya. Ia tidak berubah sama sekali sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku tidak dapat mengingat kapan terakhir kali aku merasa sedamai ini....

Aku pertama kali bertemu dengan Aditya di pantai ini. Hari itu, Adit – begitu panggilanku untuknya, terlihat seperti mahasiswa Indonesia kebanyakan yang bersekolah di Australia. Dalam balutan jeans yang digulung sampai lutut dan kaos putih, ia terlihat santai dan tanpa beban. Dan justru hal itulah yang menarik perhatianku kepadanya.

Perkenalan kami berlanjut ke barter nomor handphone dan alamat, dan tidak lama kemudian kami pun menjadi sahabat karib. Kepadanya yang santai dan easy-going, aku dapat mencurahkan semua masalahku, terutama mengenai pacarku yang sedang bekerja di Indonesia.

Segala kekhawatiranku, kekesalanku dan kecurigaanku pun dihapus Adit dengan mudah melalui canda tawa dan saran-saran yang diberikannya. Kepadanya aku juga menceritakan bebanku sebagai anak tertua di keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki sama sekali—bagaimana aku harus sekolah tinggi demi meneruskan usaha Papa, dan pada saat bersamaan menjadi teladan bagi adik-adikku yang sudah tidak memiliki seorang Mama.

Aku & Aditya (Prolog)

Prolog

Hati Berbunga Rindu
Jiwa Tak Tentu Arah
Inikah Yang Disebut Cinta

Bulan Kedua Itu
Pertama ku Dengan Kamu
Dua Hati Terpaut Suka

Oh Begitu Cepat Waktu Berlalu
Perpisahan Tak Diduga
Kuingin Denganmu Tak Terbatas Waktu
Kau Tetap Slalu Di Hati

Bulan Kedua Itu
Cintaku Tak Kan Kuhapus
Pertama Kau Ucap Kata Cinta

(Melly Goeslaw – Bulan Kedua)

Aku & Aditya (Sinopsis)

Created By Sweety Qliquers
(www.dindasweet-86.blogspot.com)


Aku & Aditya
Prolog
Chapter 1 Dia Yang Selalu Ada Untukku
Chapter 2 Adit VS Virgo
Chapter 3 Cinta Yang Tak Terlihat


Sinopsis
Kata orang, cinta yang sejati tumbuh karena kebersamaan. Kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu, karena takut kau berpaling dan memberi jarak. Namun bila suatu saat ia pergi, barulah kau akan menyadari, bahwa ia adalah cinta yang tidak kau sadari. Dan itulah yang terjadi pada Keysha Dinata (Key). Tampaknya, ia tidak hanya sekedar membutuhkan Aditya Permadi (Adit). Ia telah jatuh cinta, walau Ia tidak pernah menyadarinya sampai detik ia hampir kehilangan diri Aditya Permadi (Adit).


Karakter Tokoh Aku & Aditya :

Keysha Dinata (Key)
Perkenalan Keysha Dinata (Key) dan Aditya Permadi (Adit) bermuda dari barter nomor handphone dan alamat, dan tidak lama kemudian mereka pun menjadi sahabat karib. Kepada Aditya Permadi (Adit) yang santai dan easy-going, Keysha Dinata (Key) dapat mencurahkan semua masalahnya, terutama mengenai pacarnya – Virgo Perdana (Virgo) yang sedang bekerja di Indonesia.

Aditya Permadi (Adit)
Terlihat seperti mahasiswa Indonesia kebanyakan yang bersekolah di Australia. Ia terlihat santai dan tanpa beban. Dan justru hal itulah yang menarik perhatian Keysha Dinata (Key) pada Aditya Permadi (Adit).

Virgo Perdana (Virgo)
Virgo Perdana (Virgo) dan Keysha Dinata (Key) telah berpacaran selama lebih dari tujuh tahun. Ia sudah bekerja di perusahaan milik Papa Keysha Dinata (Key). Virgo Perdana (Virgo) laki-laki yang baik, dia luwes dalam pergaulan dan akrab dengan semua saudara-saudara Keysha Dinata (Key), mempunyai tabungan yang lebih dari cukup untuk memulai suatu rumah tangga. Virgo Perdana (Virgo) dan Keysha Dinata (Key) tidak pernah berselisih lebih dari pertengkaran-pertengkaran kecil.

Hingga Ujung Waktu (2-TAMAT)

Chapter 2
Cinta Pertamaku


"Bang Dhika? Ada tamu buat Abang nih. Cewek. Aku suruh masuk ya?" Tiba-tiba suara Melati membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arah pintu dan mendapati adik perempuanku sedang menjulurkan kepalanya ke celah pintu kamarku. Di belakangnya, aku samar-samar melihat bayangan seseorang berbaju merah.

Wah, pasti Syafa nih, mau minta maaf! ujarku dalam hati. Dengan sedikit sebal aku pun menjawab, "Ya, suruh masuk saja Mel. Thanks, ya?"

Namun, setelah Melati mempersilahkan tamu tersebut masuk, aku mendapati diriku sedang duduk berhadapan dengan seseorang yang tidak pernah aku sangka akan aku temui lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Gadis yang berdiri di hadapanku sekarang ini bukanlah Syafa, dan juga bukan teman-teman wanitaku lainnya—untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak bisa membaca apa yang dia pikirkan, dan aku tidak bisa lagi mengetahui isi hatinya dari raut wajahnya.

"Aurel. Tumben kamu ke sini?" sapaku dengan suara bergetar.

"Sudah hampir lima tahun ya, sejak kita terakhir bertemu."

Aurelia Cempaka, gadis itu, hanya tersenyum tipis dan berjalan menghampiri ranjangku. "Ya. Dhika, Gimana kabar kamu? Aku dengar dari Marvel, kamu kecelakaan mobil beberapa hari yang lalu? Kok bisa?" tanyanya sembari menarik kursi dari belakang meja belajarku dan duduk di sebelah ranjangku, menghadapiku.

Aku menghela napas dan berujar, "Ceritanya panjang Rel, pokoknya ini semua gara-gara pacarku, Syafa. Entah mau apa perempuan itu...."

Dengan tertawa getir, aku menatapnya dalam-dalam, namun ekspresi Aurel tidak berubah, tetap tak dapat dibaca.

"Sejak kapan kamu di Indonesia, Rel? Terakhir aku dengar... kamu kerja di luar negeri?"

Aurel menganggukkan kepalanya. "Iya, aku sekarang kerja di Jepang, jadi konsultan ekonomi di sebuah perusahaan multinasional di sana. Lumayan, aku betah juga. Ini juga aku sedang ambil cuti, makanya aku bisa pulang. Dan kebetulan aku dengar kamu sedang rawat jalan, makanya aku mampir, sekalian menanyakan kabar kamu. Kamu sendiri, bagaimana kabarnya?"

"Aku baik-baik saja, sekarang sudah dapat kerjaan sebagai asisten dokter di Ferindo. Yah, doakan saja ya semoga sukses nantinya, seperti kamu," sahutku sambil bercanda.

Aurel tertawa lebar, dan untuk sesaat aku bagaikan terbawa kembali ke masa lalu, dimana senyum dan canda tawanya hanyalah untukku seorang....

"Bisa saja kamu. Aku juga belum sukses, kan kamu tahu sendiri cita-citaku adalah...."

"... Memberantas kemiskinan di muka bumi ini.," potongku dengan cepat.

Aurel membelalakkan matanya dan menatapku dengan aneh.

"Kok kamu bisa ingat? Kan sudah lama sekali!" sahutnya bingung.

"Yaaa, gimana aku bisa lupa. Kamu kan sudah beratus-ratus kali mengatakannya padaku. Kalau sudah sebanyak itu, tentulah aku pasti ingat!" ujarku, lalu menderaikan tawa dan memberanikan diri untuk mengusap rambutnya. Aliran listrik bagaikan menjalar dalam tubuhku saat aku menyentuh dirinya. Sudah lama sekali....

"Ah, masa sih!" Aurel tersipu malu.

"Kamu selalu begitu deh, ingat hal-hal yang aneh mengenai aku. Tidak pernah ingat yang bagus-bagus."

"Tentu saja aku ingat yang bagus, Rel! Mau bagaimanapun juga, kamu kan cinta pertamaku!" protesku dengan ekspresi lucu.

Aurel berhenti tersenyum dan menundukkan kepalanya, ekspresinya lagi-lagi sulit dibaca. Duh, salah lagi deh.... Harusnya memang tidak boleh bawa-bawa masa lalu lagi! sesalku dalam hati.

"Rel...." ucapku dengan halus, mencoba untuk memperjelas situasi.

"Dhik, sepertinya kamu haus ya, aku ambilkan minum ya!" potongnya dengan ekspresi ceria yang seperti dibuat-buat.

Sebelum aku mampu mengatakan hal-hal lain lagi, dia beranjak dari kursinya dan berjalan menuju meja belajarku untuk mengambil gelas minumku. Namun, pada saat itu, bukan dialah yang aku perhatikan, melainkan bayangan kerlipan sesuatu yang bersinar di tangannya. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya—mungkinkah?

"Ini Dhik, minum ya? Kamu kan lagi sakit, harus banyak minum air!" ujarnya sembari kembali duduk dan memberikan gelas kepadaku.

Dengan senyum lemah aku menurut dan meneguk air yang ada di dalam gelasku dan meletakkannya di meja sebelah ranjangku setelahnya. Sambil tersenyum Aurel meletakkan kedua tangannya di atas lututnya dan kali ini aku dapat melihat secara jelas cincin emas putih berhias berlian yang melingkari jari manis tangan kanannya.

"Rel. Kok tumben kamu pakai cincin? Bukannya seingatku, kamu paling tidak suka ya?" tanyaku sambil mencoba biasa-biasa saja, padahal hatiku sudah tidak enak setengah mati.

Tiba-tiba ekspresi Aurel berubah, rona merah menghiasi wajahnya dan dia menundukkan kepalanya. Aku terdiam, tidak tahu harus berucap apa. Setelah terdiam untuk beberapa lama, akhirnya dia pun bicara.

"Ini cincin tunanganku, Dhik. Aku akan menikah bulan depan dan setelah menikah, aku akan pindah kembali ke Jakarta. Salah satu alasan aku datang hari ini adalah untuk memberitahukan hal tersebut kepadamu, dan untuk mengundangmu ke hari pernikahanku." Suaranya bergetar.

"Kamu harus datang, ya?" Lanjutnya.

Pada saat itu aku dapat merasakan wajahku memucat. Aku merasa mual sekali. Pada saat itu, semua kenangan yang pernah aku lalui bersama Aurel kembali membayangiku secara bergantian....

Saat kami bertengkar untuk pertama kalinya, setelah dua bulan kami berpacaran. Aku sedang marah, marah sekali waktu itu, dan aku berteriak kepadanya agar pergi dariku, agar tidak menggangguku lagi. Aku ingat pada saat itu dia kaget sekali melihatku seperti itu, airmata mengalir di kedua belah pipinya dan dia lari menjauhiku sembari menangis tersedu-sedu. Pada saat itu, pada saat aku melihatnya menangis karena aku, hatiku bagaikan terkoyak dan aku pun mengejarnya, ingin menarik semua kata-kataku yang telah melukai hatinya, untuk mengatakan padanya bahwa aku mencintainya!

Saat kami berciuman untuk pertama kalinya, setelah hampir setahun kami berpacaran. Itu adalah saat-saat di mana aku sedang merasa benar-benar jatuh, benar-benar depresi dan benar-benar sendiri. Namun Melissa tidak pernah meninggalkanku, dengan sejuta kata-kata penghiburan ia mampu menyejukkan hatiku, dan segala yang ia lakukan membuktikan kepadaku bahwa ia benar-benar mencintaiku. Saat bibir kami bersentuhan, pada saat itulah aku tahu, bahwa memang dialah satu-satunya gadis untukku!

Saat kami mengucap janji untuk saling mencintai selamanya, saat aku menyematkan cincin di jari manisnya. Cincin murah yang aku beli dari hasil kerja sambilanku, cincin yang menandakan bahwa Aurel adalah gadis milikku, dan hanya milikku seorang. Pada saat itu aku benar-benar yakin bahwa masa depan kami tidak mungkin dipisahkan, bahwa kami akan menikah suatu saat nanti dan bila saat itu tiba, Aurel akan menjadi milikku sepenuhnya.

Saat kami berpisah, saat aku meninggalkannya tanpa sekali pun menoleh lagi ke belakang. Aku harus mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya agar dia pergi dan menjauh dariku. Dia tidak tahu bahwa pada saat itu hatiku sama hancurnya dengan dirinya, dia tidak tahu betapa sulitnya bagiku untuk menyakitinya. Namun aku benar-benar berengsek, bahkan setelah putus pun aku terus menyakitinya, aku melakukan hal-hal yang tidak pernah dapat dia lupakan.

Aku tahu, bahwa aku tidak pantas baginya. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan perasaan ini, bahwa masih ada suatu tempat di hatiku untuknya bahkan hingga sekarang.

Namun gadis yang sekarang duduk di hadapanku bukanlah Aurel yang dahulu milikku. Dia bukanlah Aurel yang selalu memanjakanku, yang selalu menomor-satukanku, yang selalu mencintaiku. Wajahnya tidak berubah, bibirnya masih menyunggingkan senyum yang sama seperti lima tahun lalu, matanya masih memancarkan cahaya yang sama, cahaya penuh cinta. Hanya saja, tatapan itu bukanlah ditujukan kepadaku lagi. Apakah egois bila aku masih ingin memilikinya?

Ekspresi wajah Aurel perlahan berubah dari malu menjadi bingung. "Dhika? Kamu tidak apa-apa? Kamu masih sakit?" ujarnya khawatir sembari menyipitkan matanya.

"Mau aku panggilin Mama kamu?"

Aku berusaha tersenyum, walaupun sulit. "Aku tidak apa-apa kok, Rel. Kaget saja, tahu-tahu kamu sudah mau menikah. Padahal sepertinya baru kemarin kita berpacaran...."

Aurel tertawa. Tawa yang tulus. "Iya ya, sebenarnya kita berpacaran lama juga ya, hampir tiga tahun waktu masa SMA dulu. Yah, semuanya tinggal kenangan manis. Betul, tidak?" candanya.

Aku terdiam. Mungkin bagi Aurel, semua itu hanya kenangan. Namun bagiku tidak. Sampai detik ini, masih ada bagian dari hatiku yang kusimpan hanya untuk dia. Mungkin untuk selamanya, mungkin hingga ujung waktu.

Sudah lima tahun kita tidak bertatap muka, ataupun saling memberi kabar, namun ketika kami bertemu, aku merasa diriku terbawa kembali ke masa lalu, masa-masa yang bahagia, masa-masa di mana dia adalah milikku seorang.

Gadis-gadis yang aku pacari setelah dirinya, bahkan Syafa pun, tidak akan pernah bisa menggantikan Aurel. Dia cinta pertamaku, dan akan tetap menjadi cinta pertamaku selamanya....

Hanya Aurel satu-satunya gadis yang paling mengerti diriku. Hanya dia yang mengerti betapa besar gengsiku, betapa moody diriku apabila sedang dilanda masalah, betapa besar tekananku bagi diriku sendiri. Saat Aurel memutuskan untuk pergi lima tahun lalu dari hidupku, saat dia bahkan tidak mau menjadi sahabatku, aku merasa bahwa aku telah kehilangan seseorang yang sangat penting dalam hidupku. Seseorang yang telah membuatku menjadi diriku yang sekarang ini. Aku tidak ingin kehilangan Aurel, tidak dahulu, tidak sekarang, tidak selamanya.

"Rel..." mulaiku. Aku ingin mengatakan padanya, bahwa aku masih mencintainya, bahwa hanya dialah satu-satunya gadis yang pernah benar-benar aku cintai. Gadis yang ingin aku jadikan sebagai istriku, sebagai pendamping hidupku, hingga ujung waktu....

Namun dia memotong ucapanku setelah dengan kaget melihat jam dinding di atas ranjangku. "Wah, sudah jam tiga siang, Dhik! Aku harus pergi nih, ada janji sama Reyhan, tunanganku. Dia mau ngajak aku lihat-lihat property di komplek rumah orangtuanya. Yah, aku lega kamu baik-baik saja, Dhik." Aurel tersenyum.

"Kamu harus datang ya, bulan depan! Aku benar-benar harap kamu bisa datang." Dia bangkit dari kursinya dan meluruskan roknya.

Aku menatapnya tanpa dapat berkata apa-apa. Da mengembalikan kursi yang dia duduki ke tempatnya semula dan mengulurkan tangan kanannya kepadaku.

Aku ingin sekali menarik tangan tersebut dan memeluknya, mengatakan padanya bahwa aku tidak mau dia menjadi milik pria lain, bahwa hanya akulah pria yang paling tepat untuknya. Namun... aku tak sanggup. Aku tahu, inilah kebahagiaannya, bersama Reyhan, dan aku tidak akan pernah dapat memberikannya kebahagiaan yang sama, betapa keras aku mencoba. Pada akhirnya, aku menyambut uluran tangannya dan menyalaminya.

"Selamat ya Rel. Aku bahagia untukmu." Kata-kata palsu tersebut meluncur dari bibirku. Aku tidak dapat menyangkal bahwa hatiku sakit sekali ketika mengucapkannya.

"Aku dan Syafa pasti akan datang." Lanjutku.

Aurel tersenyum hangat dan menepuk bahuku. "Begitu dong, Dhik. Oke deh, nice seeing you again. Take care, ya?"

Dia pun beranjak pergi, berjalan menuju pintu kamarku dan membukanya. Sebelum menutup pintu kamarku, Dia menjulurkan kepalanya di celah pintu dan berucap, "Cepat sembuh ya, Dhik!" Kemudian, dia menutup pintu dan... dia telah pergi. Meninggalkanku, seperti aku meninggalkannya lima tahun silam.

Aku tidak sadar bahwa pada saat itu, setetes airmata mengalir di pipiku dan jatuh di atas telapak tangan kiri yang sedang memeluk bantal di pangkuanku. Lantunan lagu masih membayangiku, dan mendengarnya aku tidak lagi terbuai, namun bercampur antara rasa sakit dan kekosongan yang mengisi relung hatiku pada saat ini.

Serapuh kelopak sang mawar
Yang disapa badai berselimutkan gontai
Saat aku menahan sendiri
Diterpa dan luka oleh senja....

Semegah sang mawar dijaga
Matahari pagi bermahkotakan embun
Saat engkau ada di sini
Dan pekat pun berakhir sudah....

Akhirnya aku menemukanmu
Saat kubergelut dengan waktu
Beruntung aku menemukanmu
Jangan pernah berhenti memilikiku....

Hingga ujung waktu
Setenang hamparan Samudra
Dan tuan burung camar
Tak 'kan henti bernyanyi....

Saat aku berkhayal denganmu
Dan berjanji pun terukir sudah
Jika kau menjadi istriku nanti
Pahami aku saat menangis

Saat kau menjadi istriku nanti
Jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu....

(Sheila On 7_Hingga Ujung Waktu)




TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Hingga Ujung Waktu (1)

Chapter 1

Gara-Gara Syafa




Shit! rutukku dalam hati. Kenapa lagu ini sih? Aku menarik napas dalam-dalam dan menghelanya dengan perlahan. Ini lagu yang paling tidak ingin kudengar, apalagi saat sekarang ini. Saat dimana aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berbaring di atas ranjang dan mengistirahatkan kaki kananku yang patah karena kecelakaan mobil sialan tiga hari lalu itu.



Ya, kecelakaan mobil gara-gara pacar 'tersayangku', si Syafa, yang merengek-rengek minta dijemput karena supirnya tidak masuk kerja. Minta dijemput mau ke salon. Oh my God! Apa tidak bisa ya cuci rambut sendiri di rumah? Sudah bagus aku mau menjemputnya, eh masih saja dia menelepon ke handphone-ku saat aku sedang menyetir dan berteriak-teriak agar aku lebih cepat lagi sampai di rumahnya.



Padahal dia tahu, aku paling tidak bisa ditekan seperti itu. Dan benar saja, pada saat aku sedang meladeni Syafa di telepon, tiba-tiba sebuah mobil Honda Jazz kuning memotong jalur di depanku dan aku pun membanting setir agar menghindari tabrakan dengan mobil itu. Bodohnya lagi, aku malah menabrak pohon di sebelah jalan. Bagian depan mobilku hancur, kakiku pun patah, benar-benar hari yang sial! Parahnya lagi, gadis 'tersayangku' itu tidak bersikap simpatik sama sekali ketika mengunjungiku di rumah sakit, malah ngambek karena tidak bisa ke salon. Benar-benar menyebalkan!

Hingga Ujung Waktu (Prolog)

Prolog



Kau rinduku, jiwaku indah memanggil dirimu

Mataku terbangun untuk menanti

menantimu...

Jangan pernah kau ragukan cinta yang sesungguhnya

Itu bisa menghancurkan semua

bukan begitu...



Chorus:

Aku sungguh masih sayang padamu

Jangan sampai kau meninggalkan aku

Begitu sangat berharga dirimu

bagiku...

Dan kupastikan saja dihatimu

Kan kukorbankan semuanya untukmu

Sungguh kuberharap kaupun begitu

padaku...



Coba kau rasakan cinta yang begitu kan

mengesankan...

Yakin pasti dapatkan kemesraan yang penuh

bintang...



(ST 12_Aku Masih Sayang)

Hingga Ujung Waktu (Sinopsis)

(Tentang Sebuah Cinta Pertama Yang Tak Terlupakan)
Created By Sweety Qliquers


Hingga Ujung Waktu
Prolog
Chapter 1 Gara-Gara Syafa
Chapter 2 Cinta Pertamaku


Sinopsis
Andhika Kusuma (Dhika) sekarang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berbaring di atas ranjang dan mengistirahatkan kaki kanannya yang patah karena kecelakaan mobil sialan tiga hari lalu itu. Hanya karena terburu-buru untuk menjemput Syafania Kirana (Syafa) untuk creambath di salon. (Nggak penting banget deh! Tega amat nih cewek!)

Parahnya lagi, Syafania Kirana (Syafa) itu tidak bersikap simpatik sama sekali ketika mengunjungi Andhika Kusuma (Dhika) di rumah sakit, malah ngambek karena tidak bisa ke salon.

Dan disaat menyebalkan itu, datanglah Aurelia Cempaka (Aurel) – cinta pertama Andhika Kusuma (Dhika) di masa SMA. Bekerja sebagai Konsultan Ekonomi di sebuah perusahaan multinasional di Jepang. Walaupun hanya sebentar saja dapat mengobati kekesalan Andhika Kusuma (Dhika) pada kekasihnya – Syafania Kirana (Syafa). Andhika Kusuma (Dhika) pun sempat berniat untuk kembali berpacaran dengan Aurelia Cempaka (Aurel). Tapi setelah mengetahui bahwa kedatangan Aurelia Cempaka (Aurel) hanya untuk mengundangnya ke acara pernikahannya, Andhika Kusuma (Dhika) pun kembali kecewa.


Karakter Tokoh Hingga Ujung Waktu :

Andhika Kusuma (Dhika)
Andhika Kusuma (Dhika) sekarang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berbaring di atas ranjang dan mengistirahatkan kaki kanannya yang patah karena kecelakaan mobil sialan tiga hari lalu itu. Hanya karena terburu-buru untuk menjemput Syafania Kirana (Syafa) untuk creambath di salon.

Parahnya lagi, Syafania Kirana (Syafa) itu tidak bersikap simpatik sama sekali ketika mengunjungi Andhika Kusuma (Dhika) di rumah sakit, malah ngambek karena tidak bisa ke salon.

Dan disaat menyebalkan itu, datanglah Aurelia Cempaka (Aurel) – cinta pertama Andhika Kusuma (Dhika). Walaupun hanya sebentar saja dapat mengobati kekesalan Andhika Kusuma (Dhika) pada kekasihnya – Syafania Kirana (Syafa), ia pun merasa bahagia. Tapi setelah mengetahui bahwa kedatangan Aurelia Cempaka (Aurel) hanya untuk mengundangnya ke acara pernikahannya, Andhika Kusuma (Dhika) pun kembali kecewa.

Syafania Kirana (Syafa)
Kekasih Andhika Kusuma (Dhika). Yang membuat Andhika Kusuma (Dhika) harus berbaring di atas ranjang dan mengistirahatkan kaki kanannya yang patah karena kecelakaan mobil. Hanya untuk menjemput Syafania Kirana (Syafa) untuk creambath di salon.

Aurelia Cempaka (Aurel)
Cinta Pertama Andhika Kusuma (Dhika) di masa SMA. Bekerja sebagai Konsultan Ekonomi di sebuah perusahaan multinasional di Jepang. Telah bertunangan dengan kekasihnya Reyhan Wijaya (Reyhan) dan dalam waktu dekat akan segera menikah.

Happy B`Day Cinta (3-TAMAT)

Chapter 3
Ternyata Cinta Itu Masih Ada


"Gue pengen ngomomg sama Lo , Beb!"

"Ada apa sih, Cha? Gue sibuk, nih."

Chacha menarik lengan Beby yang hendak meneruskan kewajibannya mengamanati perintah putra sulung Ibu Olivia Mentari, Adrian Yudhistira. Tentu saja anak-anak penghuni ‘Kost’ yang didominasi seratus persen cewek itu tidak bisa menolak. Selain karena tidak enak hati, Adrian Yudhistira yang punya wajah cool mirip Lee Min Ho – pemeran Goo Jun Pyo di drama serial Korea ‘Boys Befote Flower’ itu sebenarnya juga diidolai nyaris satu penghuni ‘Kost’.

Sayang Adrian Yudhistira jauh-jauh hari sudah memploklamirkan kalau Rosssa Anastasya merupakan calon pendamping hidupnya kelak. Jadi anak-anak cewek penghuni ‘Kost’ yang rada-rada genit tersebut hanya bisa ngiri. Tapi sebetulnya tidak tepat-tepat begitu. Yang paling mengandili antusiasme mereka bantu-bantu adalah, karena Adrian Yudhistira yang bertugas menagih uang bulanan sewa kamar pada anak-anak cewek sering ngasih kelonggaran bagi mereka yang terlambat dapat 'kiriman' dari Orang Tua mereka.

"Beby! Ini penting!"

"Acara ini lebih penting. So, tolong jangan recoki kesibukan gue lagi, ya?"

"Beb, please! Gue nggak mau lo-lo pada bikin acara norak begini untuk gue!"

Beby terlongong. Beberapa cewek yang mendengar 'pertengkaran kecil' itu mengalihkan perhatian mereka dari oven-kue. Tasya malah sudah mendekat ke arah sumber keributan.

"Ja-jadi lo udah tahu kalau acara siang nanti adalah pesta ultah Lo, Cha?!"

"Sorry, Beb. bukannya gue nggak menghargai niatan kalian, tapi tolong hargai juga dong hak gue untuk menolak segala kebaikan Ryan!"

"Lho, memangnya Ryan salah apa sama Lo sampe Lo antipati gitu?!"

Tasya nimbrung setelah sedari tadi diam menyimak. "Eh, Cha. Lo dipegang-pegang sama Ryan sampe lo hate banget sama doi, ya?"

"Tasya... please...!" Kalimat itu serempak terlontar dari mulut Chacha dan Beby.

"Batalin acara itu!" Chacha mengultimatum setelah mengalihkan pandangannya dari wajah culun Tasya, dan kembali menatap mata Tasya yang sedikit rikuh dengan sikapnya yang emosional.

"Batalin?!" Mata Beby melotot.

"Heh, gue lebih memilih diomeli dan dimusuhi sama Lo ketimbang harus ngebatalin acara nanti. Dih, bisa digorok leher gue sama Ryan!" Lanjut Beby.

"Apa hak Ryan bikin acara ultah untuk gue?!"

Sepi sesaat. Entah Beby harus ngomong apa untuk membela diri. Ia bingung dengan pertanyaan Chacha barusan. Ya, untuk apa mereka turut campur dalam urusan Chacha dan Ryan?! sesalnya.

"Benar, gue nggak berhak atas hidup Lo!" Ada suara berat dari arah bingkai pintu masuk ‘Kost’.

"Tapi, tolong. Jangan salahkan anak-anak. Gue yang nyuruh mereka, kok. Kalau Lo mau marah, marah aja sama gue. Acara nanti semuanya atas inisiatif gue kok, Cha!" Lanjut Ryan.

Kegiatan di dalam ruang dapur terhenti. Semua cewek melongok. Ryan telah berdiri di hadapan Chacha dan Beby dengan sikap dingin.

"Tapi, gue nggak suka Lo seenaknya bikin acara siang nanti tanpa seizin gue, Yan!"

"Sorry. Itu kesalahan gue. Tapi, semua gue lakukan demi Lo. Gue pengen bikin Lo happy. Gue pengen menebus kesalahan gue yang lalu-lalu, Cha!"

"Ta-tapi, bukan begitu caranya...."

"Gue tahu Lo masih benci sama gue, Cha! Lo belum dapat menerima kegagalan cinta kita semasa SMP dulu. Tapi, swear! Waktu itu gue nggak bermaksud nyakiti hati Lo. Gue...."

Chacha mengibaskan tangan. "Udahlah, Yan! Itu masa lalu!"

"Tapi gue masih mencintai Lo, Cha!" Ryan berteriak tanpa mempedulikan penghuni ‘Kost’ yang menyaksikan mereka.

"Gue nggak bisa melupain Lo. Sampai kapan pun juga!"

Chacha menutup telinganya dengan kedua belah telapak tangan. Namun Ryan menarik kedua lengan Chacha, menyentaknya dan memandang sepasang mata telaga itu dalam-dalam.

"Oke, oke. Dulu, memang gue yang salah karena nggak punya pendirian seperti yang lo tuduhin ke gue. Tapi, gue mau Lo jujur. Kenapa Lo nggak nyari ‘Kost’ lain begitu lo tahu sebenarnya gue ini anak Ibu Olivia Mentari, pemilik ‘Kost’ ini?! Kenapa, kenapa, Cha?!"

Chacha tercenung. Digigitnya bibir keras-keras. Airmatanya sudah menitik. Ada kalimat yang berdenyar di nuraninya. Kenapa?! Ya, kenapa?! Karena sesungguhnya ia pun masih mencintai Ryan!

Dan ketika Agung menarik tubuhnya ke dalam pelukannya, ia tidak kuasa menolaknya lagi. Hanya airmatanya saja yang semakin menderas.

"Gue cinta sama Lo, Cha," jelas Ryan.

"Dan gue nggak pengen kehilangan Lo lagi. Selamanya."

Chacha terisak. Rasa sakit yang selama ini berkecamuk di dadanya mendadak lenyap. Mungkin sudah saatnyalah ia membuka pintu hatinya untuk pemuda cinta pertamanya itu.

"Met ultah ya, Cha," bisik Ryan lembut, mempererat pelukannya.
Sementara itu terdengar riuh tepuk tangan nyaris seantero penghuni ‘Kost’. Persis penonton dalam ruang teater yang menyaksikan akhir cerita yang membahagiakan. Happy ending.




TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Happy B`Day Cinta (2)

Chapter 2

Cinta Pertama Chacha




Bandung kala itu masih menyimpan kenangan manis. Mungkin hal tersebut merupakan euforia cinta masa remajanya. Ryan yang merupakan kakak kelasnya suatu ketika mengungkapkan isi hatinya pada seorang gadis bernama Rossa Anastasya. Namun sayang, kenangan indah cinta mereka tak berlangsung lama. Chacha yang tulus mencintai Ryan, dan Ryan yang ternyata hanya menomorduakan cinta mereka di bawah prioritas sekolah dan orangtuanya.



“Gue nggak bermaksud nyakitin hati lo, Cha.”



“Tapi, nyata-nyata Lo udah melukai hati gue!"



"Gue minta maaf. Tapi gue nggak mau dianggap anak nggak berbakti, Cha. Mending kita backstreet aja. Ini solusi buat ngakalin hubungan kita yang jelas-jelas ditentang sama bokap-nyokap gue."



"Gue nggak mau main-main dengan cinta kita, Yan! Gue nggak mau backstreet. Lo seperti nggak punya pendirian, Yan! Gue mau hubungan kita ini jelas. Terus atau putus!"



"Tapi...."



Waktu itu Chacha tidak mau berkompromi. Usia dini masa SMP baginya bukanlah alasan kalau cinta itu dijadikan sebentuk konsekuensi akil-balig dan pencarian jatidiri remaja. Cinta adalah sesuatu yang harus dibina dengan keseriusan. Tidak ada backstreet. Tidak ada cinta monyet. Makanya, diputuskannya untuk mengakhiri hubungannya yang singkat dengan Adrian Yudhistira, yang kala itu dianggapnya tidak memiliki pendirian dan masih terkekang oleh orangtuanya.



Namun sang waktu mempertemukan mereka kembali. Sebagai siswa berprestasi di sekolah, Chacha mendapat prioritas beasiswa di SMA Tunas Bangsa Jakarta sehabis menamatkan SMP-nya. Tapi siapa nyana ia dapat bertemu kembali dengan cinta pertamanya di Jakarta. Barangkali sang waktu ingin kembali menguakkan luka lama di hatinya. Barangkali sang waktu tidak ingin seorang Rossa Anastasya melupakan masa lalunya yang pahit. Ah, entahlah. Ia sendiri tidak tahu!



Dan barangkali bukan kebetulan kalau ia akhirnya bertemu dengan cowok itu lagi, justru di ‘Kost’annya di Jakarta. Luka lama itu kembali menguak begitu Adrian Yudhistira hadir di ‘Kost’annya suatu hari. Dan ia hadir sebagai anak sulung Ibu Olivia Mentari, pemilik ‘Kost’an tersebut.

Happy B`Day Cinta (1)

Chapter 1

Kejutan Untuk Chacha




Kalau sepagi ini terdengar riuh rutinitas di lantai bawah yang asalnya dari ruang dapur, tentulah bukan hal yang lumrah. Masih terlalu pagi. Bahkan terlalu pagi sekadar menjalankan aktivitas semisal mengebulkan asap kompor buat sarapan sekalipun. Tapi hari ini semuanya jadi aneh. Nyaris seluruh penghuni ‘Kost’ grasa-grusu seperti hendak menyambut kedatangan makhluk dari Planet Mars. Sibuknya luar biasa.



Acara tidurnya terganggu. Padahal, jarang-jarang ia memiliki waktu luang untuk dipakai tidur senyenyak-nyenyaknya. Masa liburan sebulan sekolah lalu pun tak pernah dikecapnya dengan nyaman seperti gadis-gadis penghuni Kost lainnya. Sebab ia mesti kerja sambilan untuk menambah biaya sekolahnya. Kesadaran yang datangnya dari lubuk hati atas kondisi keluarganya yang pas-pasan di daerah. Mungkin dia kurang beruntung terlahir dalam keluarga sederhana di Bandung, tapi ia masih tetap bersyukur karena terlahir dalam keadaan sempurna lahir dan batin.



“Ada kejadian apa sih, Beb?" tanya Chacha pada Beby, sahabatnya yang tinggal bersebelahan kamar dengannya. Sembari mengucek-ngucek mata, gadis yang masih mengantuk dan sesekali menguap itu bertanya sesaat setelah turun dari lantai atas.



“Ada acara makan-makan ya, Beb?”



Beby menggeleng cuek. Sama sekali tidak berminat menanggapi kebingungan Chacha. Pertanyaan gadis bertubuh mungil itu dijawabi dengan satu kibasan tangan. Dan gadis tajir asal Surabaya itu terus saja bergelut dengan kegiatannya yang super-sibuk di dapur. Membersihkan piring-piring dan gelas-gelas yang sudah berdebu di lemari dapur, satu-satunya aset ‘Kost-Kost’an yang ditinggal pemiliknya untuk penghuni kost yang baru.



Chacha masih tercenung di ujung tangga setelah turun buru-buru tadi dengan daster yang masih melekat di badan. Alisnya mengernyit. Diliriknya jam dinding yang tergantung di atas bingkai pintu utama. Jarum pendek masih menunjuk tepat di angka enam. Biasanya juga kalau jam-jam begini gadis-gadis itu masih pada ngorok. Ih, boro-boro bikin sarapan. Menyentuh air di kamar mandi saja rasanya ogah!



Tapi hari ini memang lain. Pasti ada 'something wrong'. Kalau tidak, mana mungkin nona-nona tajir itu mau kompakan bangun pagi dan bersibuk-sibuk ria dengan senang hati di dapur. Tentu saja. Buktinya tadi, saking sibuknya, Beby yang nyinyir itu malah tidak punya waktu untuk menjelaskan ‘what happen in kitchen’.



“Beb...”



“Sorry. Gue sibuk.”



“Tapi....”



“Udah deh, Cha. Lo tidur aja sana. Jangan ganggu kita-kita!”



“Gue bantuin, ya?”



“Jangan. Kita-kita di sini nggak butuh PRT lagi.”



Chacha tersenyum geli. “Hei, emangnya gue babu apa?”



Beby hanya tersenyum sebentar sebelum melanjutkan kegiatannya yang ‘misterius’. Chacha mengedikkan bahunya tanda tidak paham. ‘Kita-kita’ yang dimaksud cewek tajir asal Surabaya tadi adalah geng rumpi ‘Kost-Kost’an; Helenia Tiara Azizah, Natasya Permata, Aurelia Cempaka, Syafania Kirana, dan Beby Galia putri. Heh, sejak kapan nona-nona tajir itu tiba-tiba dengan suka rela tanpa dipaksa-paksa mau bekerja ala PRT?



Chacha masih menggeleng tidak mengerti, dan baru saja hendak menapaki undakan naik tangga ketika berpapasan dengan Bik Narti yang berjalan turun dari lantai atas.



“Eh, Bik Narti...,” Chacha mengurungkan niatnya ke lantai atas, hendak meneruskan tidurnya yang terganggu gaduh ‘misterius’ sahabat satu ‘kost-kost’an dengannya. Dijawilnya pundak pembantu wanita yang mengurusi keperluan penghuni Kost.



“Ya, ada apa, Non Chacha?”



“Ada acara apaan sih, Bik Narti? Kok, kelihatannya mereka sibuk banget?”



“Lho, Non Chacha nggak tahu?” Wanita separo baya itu seperti terperanjat.



“Apa Non Chacha belum diberitahu sama anak-anak kalau acara siang nanti....”



“Acara?!” Chacha membeliak.



“Acara apaaan?!”



“Acara ulangtahun. Kan hari ini ulangtahun Non Chacha?”



“Hah?!” Chacha nyaris terjatuh dari tangga saking kaget.



“U-ulangtahun gue?! Ya, ampun!”



“Non Chacha lupa, ya?”



“Tapi, kok mereka yang sibuk sih, Bik Narti?!”



“Ya, tentu saja mereka sibuk, Non Chacha. Soalnya, mereka kan sudah diwanti-wanti sama Den Ryan untuk bikin acara ulangtahun Non Chacha hari ini.”



Astaga!



Ia sendiri lupa kalau hari ini merupakan hari ulangtahunnya. Dan cowok bernama ‘RYAN’ itu mengingatnya! Bahkan hendak merayakannya secara diam-diam siang nanti untuknya!



“Ry… Ryan?!”



”Ya, Den Ryan. Putra sulung Ibu Olivia. Non Chacha sudah kenal, kan?”



Kepala Chacha mendadak berdenyar. Dicengkeramnya pegangan tangga erat-erat. Ryan?! Adrian Yudhistira?! Rasa-rasanya kepalanya hendak pecah dipenuhi serpihan-serpihan kenangan lama. Tubuhnya serasa limbung.



“Non Chacha, Non Chacha!” Bik Narti tercenung tidak mengerti.



“Non Chacha nggak apa-apa, kan?”



Chacha menggeleng. Meneruskan langkah menuju kamarnya di lantai atas.

Rabu, 13 Januari 2010

Happy B`Day Cinta (Sinopsis)

(Created By Sweety Qliquers)
www.dindasweet-86.blogspot.com




Happy B`Day, Cinta
Chapter 1 Kejutan Untuk Chacha
Chapter 2 Cinta Pertama Chacha
Chapter 3 Ternyata Cinta Itu Masih Ada


Sinopsis
Bandung kala itu masih menyimpan kenangan manis. Mungkin hal tersebut merupakan euforia cinta masa remajanya. Ryan yang merupakan kakak kelasnya suatu ketika mengungkapkan isi hatinya pada seorang gadis bernama Rossa Anastasya. Namun sayang, kenangan indah cinta mereka tak berlangsung lama. Chacha yang tulus mencintai Ryan, dan Ryan yang ternyata hanya menomorduakan cinta mereka di bawah prioritas sekolah dan orangtuanya.



Sebenarnya Ryan pun mencintai Chacha, tapi karena ia tidak mau dianggap anak yang tidak berbakti, Ryan menuruti semua perintah kedua orang tuanya. Ia meminta Chacha untuk backstreet dan menurutnya itu adalah solusi paling tepat untuk mengakali hubungan mereka yang jelas-jelas ditentang kedua orang tua Ryan. Chacha tidak mau main-main dengan cinta mereka! Ia tidak mau backstreet. Ia lebih memilih putus dengan Ryan.



Waktu itu Chacha tidak mau berkompromi. Usia dini masa SMP baginya bukanlah alasan kalau cinta itu dijadikan sebentuk konsekuensi akil-balig dan pencarian jatidiri remaja. Cinta adalah sesuatu yang harus dibina dengan keseriusan. Tidak ada backstreet. Tidak ada cinta monyet. Makanya, diputuskannya untuk mengakhiri hubungannya yang singkat dengan Adrian Yudhistira, yang kala itu dianggapnya tidak memiliki pendirian dan masih terkekang oleh orangtuanya.



Namun sang waktu mempertemukan mereka kembali. Sebagai siswa berprestasi di sekolah, Chacha mendapat prioritas beasiswa di SMA Tunas Bangsa Jakarta sehabis menamatkan SMP-nya. Tapi siapa nyana ia dapat bertemu kembali dengan cinta pertamanya di Jakarta. Barangkali sang waktu ingin kembali menguakkan luka lama di hatinya. Barangkali sang waktu tidak ingin seorang Rossa Anastasya melupakan masa lalunya yang pahit. Ah, entahlah. Ia sendiri tidak tahu!



Dan barangkali bukan kebetulan kalau ia akhirnya bertemu dengan cowok itu lagi, justru di ‘Kost’annya di Jakarta. Luka lama itu kembali menguak begitu Adrian Yudhistira hadir di ‘Kost’annya suatu hari. Dan ia hadir sebagai anak sulung Ibu Olivia Mentari, pemilik ‘Kost’an tersebut.


Karakter Tokoh Happy B`Day, Cinta :


Rossa Anastasya (Chacha)
Gadis dari keluarga sederhana di Bandung. Karena mendapatkan beasiswa di SMA Tunas Bangsa Jakarta, mengharuskan Rossa Anastasya (Chacha) tinggal di rumah ‘kost’ di Jakarta. Dan disanalah ia bertemu kembali dengan Adrian Yudhistira (Ryan), cintanya di masa SMP.


Adrian Yudhistira (Ryan)
Cinta Pertama Rossa Anastasya (Chacha). Ketika semasa SMP dulu Adrian Yudhistira (Ryan) menganggap cintanya pada Rossa Anastasya (Chacha) hanya ada diurutan no.2, sedangkan sekolah dan orang tua baginya adalah prioritas utama.Menuruti perintah Mamanya untuk menjauhi Rossa Anastasya (Chacha), karena tidak mau dianggap anak yang tidak berbakti.


Beby Galia Putri (Beby)Membantu Adrian Yudhistira (Ryan) untuk membuat pesta kejutalan Ultah Rossa Anastasya (Chacha). Beby Galia Putri (Beby) dan anak-anak kost yang lain mau membantu Adrian Yudhistira (Ryan) karena Adrian Yudhistira (Ryan) yang bertugas menagih uang bulanan sewa kamar para penghuni kost sering memberi kelonggaran bagi mereka yang terlambat mendapat 'kiriman' dari Orang Tua mereka.


Olivia Mentari (Mama Ryan)
Mama Adrian Yudhistira (Ryan). Wanita yang menentang hubungan Adrian Yudhistira (Ryan) – anaknya dengan Rossa Anastasya (Chacha) dimasa mereka masih duduk di bangku SMP. Pemilik Kost yang ditempati Rossa Anastasya (Chacha) di Jakarta.

Kerikil-Kerikil Cinta (6-TAMAT)

Chapter 6
Keputusan Dhika


“Dhika kenapa kamu lakukan ini?” Syafa masih mencoba mencari tahu. Dhika tersenyum getir, menatap gadis yang kini duduk di sampingnya. Betapa berat melepas gadis itu, bagaimanapun juga Syafa sangat berarti dalam kehidupannya. Gadis itu membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dan kini haruskah ia lepas? Dia memang salah memasuki ruang di antara mereka berdua. Dia menjadi penghalang bagi cinta Syafa dan Marvel.

Sungguh Dhika takkan pernah sanggup, menjadi benalu pada pohon yang telah memberinya tempat untuk hidup. Dan dia telah memutuskan untuk pergi dari sisi Syafa, walaupun itu akan terasa pahit bagi hati dan pikirannya.

Tapi harus bagaimana lagi? Ia tak ingin melukai perasaan Marvel, walaupun besar rasa cintanya pada Syafa.

“Ini nggak adil! Aku tulus mencintaimu! Aku memang pernah punya kenangan bersama Marvel. Tapi itu sudah menjadi bagian dari masa lalu!” tegas Syafa memberi keyakinan.

“Benarkah? Lalu apakah aku pantas disebut sebagai sahabat? Bahagia dengan cintaku, sementara hati sahabatku terluka? Apa kata orang nanti?” ucap Dhika tapi hanya dalam hati. Ia tidak ingin semakin melukai Syafa. Walaupun hatinya sekarang ini benar-benar terpuruk.

Kini Dhika telah meninggalkan mereka berdua menempuh jalannya sendiri. Tapi mengapa Syafa belum mampu melupakan Dhika? Dan Marvel tak pernah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menyelubungi hatinya.

“Tidak bisakah kita renda kembali tali kasih cinta kita?” tanya Marvel penuh asa. Syafa menggeleng lemah.

Perlahan kepalanya terangkat dan matanya menatap Marvel pedih.

“Aku tidak bisa lagi mencintaimu. Cinta itu entah kapan telah berlalu dari hatiku.”

“Tapi kalian juga tidak mungkin bersama lagi! Marvel telah meninggalkanmu, tidakkah itu cukup sebagai alasan agar kamu melupakan dia?”

“Tidak peduli dia ada di mana, aku akan tetap menunggunya. Aku yakin dia akan berlabuh di hatiku.”

Pedih! Itu yang dirasakan Marvel saat dengan tegas Syafa mengucapkan semua itu. Jika memang itu keputusan Syafa, berhakkah dia melarangnya?

Cinta datang tanpa diminta pergi pun tanpa kita tahu. Walau jalan cinta penuh dengan kerikil-kerikil tajam, tapi banyak yang berhasil melaluinya. Dan Marvel punya harapan yang begitu besar. Berharap suatu saat nanti, Syafa mampu menghilangkan kerikil-kerikil tajam itu untuk mendapatkan cinta sejatinya.





TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Kerikil-Kerikil Cinta (5)

Chapter 5

Dilema Dhika




Jangan pernah melepaskan orang yang telah membawa perubahan besar dalam hidupmu dan kamu tahu, Sya? Kamulah orang itu, kamulah dewi itu. Dan aku takkan pernah melepasmu. Setetes airmata membasahi kedua pipi Syafa saat mengingat ucapan Dhika 3 bulan yang lalu. Saat itu Dhika baru saja sembuh dari ketergantungannya pada drugs. Lima bulan yang lalu Dhika benar-benar sosok yang rapuh. Dan suatu hari Marvel memintanya untuk mendekati Dhika, memberi perhatian dan kasih sayang. Tapi dalam usaha menjauhkan Dhika dari drugs tidak disangka cinta akan datang menyusup di hatinya.



Padahal saat itu dia sedang menjalin cinta dengan Marvel. Memang hubungannya dengan Marvel, tidak ada satu pun teman mereka yang tahu. Awal mula Marvel memintanya untuk mendekati Dhika, Syafa sempat menolak. Tapi Marvel terus memaksa dengan alasan Dhika sahabatnya dan ia tidak ingin Dhika semakin terjerumus. Dengan keyakinannya, Marvel memastikan Dhika pasti akan meninggalkan drugs setelah mendapat perhatian yang tulus dari Syafa.



Dan Marvel memang benar, Dhika berhasil meninggalkan dunia drugs dan cintanya pada Syafa yang jadi pemacunya. Kalau mau jujur, pesona Dhika memang mampu membuat cinta Syafa berpaling dari Marvel. Dan salahkah dirinya bila cintanya pada Marvel sudah luntur saat dia memutuskan untuk mendampingi Dhika?

Kerikil-Kerikil Cinta (4)

Chapter 4

Syafa & Marvel




“Apa yang sebenarnya pernah terjadi di antara kalian? Sepertinya Gue berhak mencari tahu, kan?” tanya Dhika. Syafa membalikkan badannya menghadap Marvel. Matanya penuh harap menatap Marvel. Berharap Marvel tidak mengatakan apa-apa pada Dhika, tentang apa yang terjadi di antara mereka.



“Marvel, Lo sahabat Gue dan Syafa adalah cinta Gue. Kalian berdua punya kedudukan penting dalam kehidupan Gue. Gue menyayangi kalian,” Dhika masih mencoba mencari tahu. Tanpa kata Marvel beranjak meninggalkan ruangan tanpa memedulikan pertanyaan yang dilontarkan Dhika. Dhika menatap punggung Marvel dengan tanda tanya di hatinya. Kini tatapnya berganti ke arah Syafa. Gadis itu hanya mampu menunduk tanpa mengatakan apa-apa.



“Tolong jangan tatap aku seperti itu Di. Aku tahu aku salah. Jangan membuatku semakin merasa bersalah,” ucap Syafa getir.

Kerikil-Kerikil Cinta (3)

Chapter 3

Rencana Marvel




Syafa merasa gelisah sekali malam ini, dan itu karena semua kata-kata Marvel padanya tadi siang.



Marvel telah berubah, sama sekali berubah!. Salahkah dirinya bila sekarang ini lebih mementingkan keberadaan Dhika daripada Marvel? Salahkah dirinya, bila cinta itu datang begitu saja tanpa ia mampu mengelak?.



Marvel berdiri tepat di depan Syafa. Syafa melihat sekeliling ruangan. Ia memang paling belakangan pulang saat bel sudah berbunyi 10 menit yang lalu.



“Kenapa? Lo takut Dhika memergoki kita?” sinis Marvel memaksa Syafa menatap tajam cowok itu, tepat di retina matanya. Cinta itu masihkah memberi warna pada mata elangnya?



“Gue cuma nggak pengen Dhika punya prasangka buruk sama kita!” tukas Syafa cepat.



“Gue janji nggak bakalan lama,” ucap Marvel akhirnya. Syafa kembali duduk di bangkunya.



“Seberapa jauh hubungan kalian tiga bulan ini?” tanya Marvel menyelidik, membuat Syafa mengerutkan keningnya. Ia jadi bingung dengan pertanyaan Marvel.



Pertanyaan itu seolah-olah Marvel ingin menghakiminya.



“Bukannya Lo sendiri yang nyuruh Gue buat ngedeketin Dhika? Membantunya untuk lepas dari drugs!”



“Tapi Gue nggak nyuruh Lo untuk jatuh cinta sama dia!” balas Marvel sinis membuat Syafa terkejut dengan nada bicara Marvel yang naik satu oktaf lebih tinggi. Dijawab juga percuma! Syafa meraih tasnya dan beranjak pergi. Tapi langkah itu terhenti seketika, saat sesosok tubuh atletis berdiri di ambang pintu dengan tatap penuh tanda tanya.

Kerikil-Kerikil Cinta (2)

Chapter 2

Rasa Cemburu Marvel




Marvel terlihat memainkan stick drum-nya tanpa ekspresi sedikit pun. Seolah-olah apa yang baru saja dikatakannya, sama sekali tidak membuat telinga merah. Syafa merasa kecewa sekali dengan ucapan Marvel tadi. Tidak seharusnya Marvel mempermalukan Dhika di hadapan anak-anak. Seharusnya cowok itu bisa memahami bagaimana perasaannya Dhika, tidak asal bicara. Marvel masih tidak bergeming. Menatapnya sekilas pun tidak ia lakukan. Dan itu sungguh membuat Syafa merasa tertekan. Marvel tersenyum getir. Ia menghentikan aktivitasnya memainkan drum.



“Lo ngakhawatirin perasaan Dhika kan? Lalu gimana dengan perasaan Gue, Sya? Pernah nggak sih Lo pikirin walaupun Cuma sedikit?” tuntut Marvel membuat Syafa tak mampu mengatakan sepatah kata pun. Syafa menarik nafas perlahan. Seharusnya Marvel bisa memahami posisinya bukan malah menyudutkannya. Namun apa yang dilakukannya?



“Lo nggak bisa begitu saja menjadikan Gue sebagai sampah. Saat merasa bimbang Lo bisa membuang Gue, tapi begitu Lo inginkan lo coba untuk meraihnya lagi!”



Syafa tak mampu menahan beban di hatinya selama tiga bulan ini. Hingga tercurahlah kata-kata itu. Kata-kata yang selama ini tak pernah ingin ia

sampaikan pada Marvel. Syafa beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar ruangan.



“Gue nggak pernah menjadikan Lo sampah di hati Gue,” ucap Marvel membuat langkah Syafa terhenti. Ucapan itu begitu lirih, namun Syafa mampu mendengarnya. Marvel merasa semakin terluka, saat tanpa bicara Syafa kembali meneruskan langkahnya, meninggalkannya dalam kebimbangan.

Kerikil-Kerikil Cinta (1)

Chapter 1

Syafa & Dhika




Syafa dan Dhika tertegun di depan pintu, saat tiba-tiba saja seisi ruangan menghentikan aktivitasnya main band dan menatap tajam ke arah mereka berdua. Dengan kikuk Syafa mencoba tersenyum dan segera duduk di kursi yang tersedia di sudut ruangan. Dhika langsung mengambil gitar yang tergeletak di samping Melati.



“Kenapa berhenti? Kalian marah karena gue datang terlambat? Kita bisa mulai lagi kan?”



Dhika mulai memetik gitar dan memainkan intro sebuah lagu. Saat sadar teman-teman yang lain tidak mengimbangi permainannya. Dhika hanya tersenyum kecil. Ia paham mereka pasti kecewa karena dia datang terlambat.



“Dua jam, Dhik. Lo terlambat dua jam!! Gue kecewa sama Lo. Demi seorang cewek lo mengorbankan waktu latihan kita! Sejak bersama Syafa Lo mengesampingkan grup band kita. Dan lo seenaknya saja bilang terlambat!” celetuk Marvel panjang lebar dengan nada sinis.



Syafa terkejut mendengar ucapan Marvel yang tidak ia sangka. Aditya, Melati, dan Reyhan yang berada di ruangan itu juga tampak terkejut mendengarnya. Muka Dhika merah padam, sedetik kemudian ia meletakkan gitarnya dan meninggalkan studio latihan. Anak-anak yang lain segera keluar menyusul. Syafa masih terpaku di tempatnya.

Kerikil-Kerikil Cinta (Sinopsis)

(Tentang Sebuah Cinta Sejati Yang Tak Tergantikan)
Created By Sweety Qliquers




Kerikil-Kerikil Cinta
Chapter 1 Syafa & Dhika
Chapter 2 Rasa Cemburu Marvel
Chapter 3 Rencana Marvel
Chapter 4 Syafa & Marvel
Chapter 5 Dilema Dhika
Chapter 6 Keputusan Dhika


Sinopsis
Karena ingin menyembuhkan ketergantungan Drug sahabatnya - Andhika Kusuma (Dhika), Marvel Andromedha (Marvel) meminta kekasihnya – Syafania Kirana (Syafa) untuk mendekati Andhika Kusuma (Dhika).

Dengan keyakinannya, Marvel Andromedha (Marvel) memastikan Andhika Kusuma (Dhika) pasti akan meninggalkan drugs setelah mendapat perhatian yang tulus dari Syafania Kirana (Syafa).

Dan Marvel Andromedha (Marvel) memang benar, Andhika Kusuma (Dhika) berhasil meninggalkan dunia drugs dan cintanya pada Syafania Kirana (Syafa) yang jadi pemacunya.

Kalau mau jujur, pesona Andhika Kusuma (Dhika) memang mampu membuat cinta Syafania Kirana (Syafa) berpaling dari Marvel Andromedha (Marvel). Dan salahkah dirinya bila cintanya pada Marvel Andromedha (Marvel) sudah luntur saat dia memutuskan untuk mendampingi Andhika Kusuma (Dhika)?


Karakter Tokoh Kerikil-Kerikil Cinta :


Syafania Kirana (Syafa)
Niat awalnya untuk menyembuhkan Andhika Kusuma (Dhika) dari ketergantungan Drugs, dengan cara memberi perhatian dan kasih sayang. Tapi dalam usaha menjauhkan Andhika Kusuma (Dhika) dari drugs tidak disangka cinta akan datang menyusup di hati Syafania Kirana (Syafa).


Andhika Kusuma (Dhika)
Sahabat Marvel Andromedha (Marvel). Andhika Kusuma (Dhika) berhasil meninggalkan dunia drugs dan cintanya pada Syafania Kirana (Syafa) yang jadi pemacunya.

Menurutnya terlalu berat melepas Syafania Kirana (Syafa), bagaimanapun juga Syafania Kirana (Syafa) sangat berarti dalam kehidupannya. Gadis itu membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dan kini haruskah ia lepas? Dia memang salah memasuki ruang di antara mereka berdua. Dia menjadi penghalang bagi cinta Syafania Kirana (Syafa) dan Marvel Andromedha (Marvel).
Andhika Kusuma (Dhika) takkan pernah sanggup, menjadi benalu pada pohon yang telah memberinya tempat untuk hidup. Dan dia telah memutuskan untuk pergi dari sisi Syafania Kirana (Syafa), walaupun itu akan terasa pahit bagi hati dan pikirannya.


Marvel Andromedha (Marvel)
Suatu hari Marvel Andromedha (Marvel) meminta Syafania Kirana (Syafa) untuk mendekati Andhika Kusuma (Dhika), dengan cara memberi perhatian dan kasih sayang.

Padahal saat itu Marvel Andromedha (Marvel) sedang menjalin cinta dengan Syafania Kirana (Syafa). Memang hubungannya dengan Syafania Kirana (Syafa), tidak ada satu pun teman mereka yang tahu.

Awal mula Marvel Andromedha (Marvel) meminta Syafania Kirana (Syafa) untuk mendekati Andhika Kusuma (Dhika), Syafania Kirana (Syafa) sempat menolak. Tapi Marvel Andromedha (Marvel) terus memaksa dengan alasan Andhika Kusuma (Dhika) sahabatnya dan ia tidak ingin Andhika Kusuma (Dhika) semakin terjerumus.

Dengan keyakinannya, Marvel Andromedha (Marvel) memastikan Andhika Kusuma (Dhika) pasti akan meninggalkan drugs setelah mendapat perhatian yang tulus dari Syafania Kirana (Syafa).

Poster Bintang Idola (3-TAMAT)

Chapter 3
Kok Aditya Nggak Cemburu Sih??

Ketika Angkot sudah mulai berjalan lagi, Keysha gagal menyembunyikan kesal dan kekecewaannya. Keysha mengeluarkan tabloidnya.

“Ini buat Lo aja!” Dilemparkannya tabloid itu ke pangkuan Melati.

Melati terkejut bukan main. “Lho, kenapa?”

“Siapa yang suka baca tabloid gosip!”

“Kalo nggak suka, ngapain beli? Lo suka poster Marvel-nya aja?”

“Lo ambil semuanya aja!”

“Lho?” Melati semakin heran.

“Poster Marvel?”

“Siapa yang suka Marvel?”

“Semua cewek suka cowok ganteng itu. Ibu-ibu juga pada suka. Tiga sinetronnya ditayangkan bersamaan di tiga stasiun TV. Aktingnya bagus. Kemarin dia baru dapet nominasi terbaik di Festival Sinetron.”

“Masa bodoh! Sekali pun Gue belum pernah nonton sinetronnya.”

“Tapi Lo udah ngebela-belain nyuratin dia, kan? Nggak usah malu lah.”

“Siapa sudi kirim surat buat dia.”

“Ih…Waaw? Jadi?” Melati menahan tawa.

“Setahu Gue, dia Cuma hebat di urusan gonta-ganti cewek. Paling demen bikin gosip murahan untuk mendongkrak popularitas. Huh! Tiap hari gosipnya selalu muncul di Infotainment.”

“Ih, waaw… Lo pasti penonton yang rajin menyantap berita-berita di infotainment.”

“Iya, sih. Dari situ Gue jadi banyak ngerti sepak terjang Marvel.” Kata Keysha dengan muka sebal.

“Memahami karakter dan isi kepalanya yang asli.” Lanjutnya.

Melati tertawa.

“Terus buat apa Lo beli tabloid ini, mengagumi poster Marvel, sampai Lo peluk dan Lo ciumin tuh poster?”

Wajah Keysha memerah. Ia menunduk.

“Gue cuma pengen ngebuat Aditya cemburu…” katanya lirih.

Melati membekap mulutnya sendiri untuk menahan tawanya yang nyaris pecah lagi. Ia ingin tertawa lepas, mendengar pengakuan Keysha. Tapi ketika melihat Kondisi Keysha saat ini. Melati jadi tak tega. Ekspresi wajahnya terlihat amat merana.

Ya, sudah cukup lama Melati tahu, sahabat baiknya ini diam-diam menaruh hati pada Aditya.




TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Poster Bintang Idola (2)

Chapter 2
Surat Dari Marvel


Selesai di Buku’s, ketiganya naik Angkot. Kebetulan rumah mereka bertiga satu jurusan. Mereka bertiga duduk sebangku.

“Udah dong, Key!” Melati merasa risih dengan kelakuan Keysha. Ia masih terus memandangi poster Marvel. Bahkan mendekapnya di dada. Sudah tiga kali Keysha menciumi posternya.

“Norak Lo, Key!” kata Melati sengit.

Aditya tetap membisu, membuang pandang ke luar.

Keysha melipat tabloid dengan amat hati-hati dan memasukannya ke dalam tas sekolahnya.

“Lo tahu nggak Me,. Marvel nyuratin Gue?”

“Mimpi kali Lo!” Melati membentak.

“Idih, beneran! Maksud Gue, dia balas surat Gue.”

“Kapan?”

“Dua hari yang lalu. Dia kirimin foto plus tanda tangan.”

“Kok Lo nggak ngasih tahu Gue, Key?”

Keysha tersenyum. “Ntar Lo cemburu lagi!”

Melati mencubit paha Keysha.

Aditya yang sedari tadi tetap diam, berdiri dari duduknya.

“Gue turun.” Katanya. Angkot sebentar lagi sampai di depan gang masuk rumahnya.

Keysha nampak kecewa, tapi ia hanya diam.

“Besok jadi ke rumah Gue, kan?” kata Melati kepada Aditya.

“Di rumah Gue aja,” potong Keysha cepat.

“Di rumah Melati aja, Key. Kalo’ harus ke rumah Lo, kan jauh banget. Rumah Lo juga nggak jauh dari rumah Melati, kan?”

“Oke, di rumah Gue aja,” kata Melati.

“Ya. Besok tugas kita harus selesai.” Aditya menjawab sambil berjalan ke arah pintu keluar.

Angkot pun berhenti, Aditya melompat turun. Keysha hanya bisa menatap dengan hampa.

Poster Bintang Idola (1)

Chapter 1
Poster Marvel

Mereka bertiga ke Buku’s, toko buku paling lengkap di kota ini. Langsung, sepulang dari sekolah. Tugas kelompok menyusun karya tulis itu memerlukan beberapa referensi yang harus didapatkan dan dibeli.

Keysha dan Melati langsung bersuka cita di belantara buku-buku. Aditya seperti bodyguard yang selalu menempel di belakang mereka. Melati yang paling akrab dengan toko buku ini tahu di mana dipajang buku-buku yang mereka butuhkan.

Tapi sebelum tiba di deretan yang mereka tuju, Keysha dan Melati, seperti dikomando, berbelok ke arah pajangan majalah dan tabloid. Melati, yang punya julukan si Ratu Dapur, segera membuka-buka majalah yang memberikan bonus resep aneka kue kering. Keysha meneliti sebuah tabloid gosip terbaru dan seketika menjerit kegirangan.

“Marvel Andromedha!”

Melati ikut melongo, sedangkan Aditya berdiri, bergeming.

“Ada poster Marvel Andromedha!” Keysha menarik bonus poster besar itu dari dalam tabloid itu, bernafsu. Lalu buru-buru menaruhnya kembali di tengah tabloid dengan amat hati-hati agar tak kucel dan terlipat.

“Lo mau beli, Key?” Tanya Melati.

“Iya dong. Ada poster Marvel!” Keysha menyembunyikan tabloid itu di belakang punggungnya, seakan takut direbut oleh Melati.

“Katanya Lo nggak punya duit!” Melati merengut. Tadi sebelum berangkat kemari Keysha sudah mengancam dan memaksa Melati yang membayar ongkos Angkot.

“Ada jatah buat jajan besok. Tapi demi Marvel, nggak makan seminggu juga Gue rela.” Keysha sengaja mengeraskan suaranya. Ia melirik ke arah Aditya untuk memastikan cowok itu mendengar perkataannya. Ia ingin mencuri lihat ekspresinya. Aditya tetap berdiri mematung, tanpa ekspresi yang berarti.

Keysha menarik lagi poster foto close up Marvel itu.

Menatapnya dengan senyum terkembang dan mata berbinar.

“Aduh, keren banget sih nih cowok…” desah Keysha.

Melati menggeleng-gelengkan kepala. Diam-diam ia menangkap sesuatu yang tidak wajar. Ada yang aneh pada semua sikap Keysha sejak mereka bertiga berangkat dari sekolah tadi.

Tapi Melati memilih diam sambil sesekali berpikir nakal, “Barangkali Keysha lupa minum obatnya.”

Mereka lalu meninggalkan counter majalah dan menuju deretan buku Ilmu Pengetahuan Alam. Sementara Melati dan Aditya sibuk mencari-cari buku yang mereka butuhkan, Keysha terus sibuk mengagumi posternya.

Poster Bintang Idola (Sinopsis)

(Created By Sweety Qliquers)






Poster Bintang Idola
Chapter 1 Poster Marvel
Chapter 2 Surat Dari Marvel
Chapter 3 Kok Aditya Nggak Cemburu Sih???


Sinopsis
Karena ingin membuat cemburu cinta Aditya Permadi (Adit) – teman sekelas Keysha Dianita (Keysha) yang diam-diam dicintainya. Keysha Dianita (Keysha) rela membeli sebuah tabloid gosip yang berisi poster close up Marvel Andromedha – pemain sinetron yang lagi digandrungi para ibu-ibu rumah tangga dan remaja-remaja putri seperti dirinya. Walaupun ia sebenarnya tidak menyukai Marvel Andromedha.


Karakter Tokoh Poster Bintang Idola :



Keysha Dianita (Keysha)
Diam-diam menaruh hati pada teman sekelasnya – Aditya Permadi (Adit). Dan berusaha membuat cemburu Aditya Permadi (Adit) dengan cara membahas artis sinetron yang sedang naik daun – Marvel.

Menurut Keysha Dianita (Keysha), Marvel Cuma hebat di urusan gonta-ganti cewek. Paling demen bikin gosip murahan untuk mendongkrak popularitas. Yang tiap hari gosipnya selalu muncul di Infotainment.



Melati Ananda (Melati)
Sahabat Keysha Dianita (Keysha). Jago masak dan saksi kunci kalau sahabatnya itu sedang jatuh hati dengan teman sekelas mereka – Aditya Permadi (Adit) yang pembawaannya cool banget.


Aditya Permadi (Adit)
Teman sekelas Keysha Dianita (Keysha) dan Melati Ananda (Melati), yang disukai Keysha Dianita (Keysha). Dengan pembawaannya yang cool banget, Aditya Permadi terkesan cuek sekali dengan keadaan di sekitarnya. Hingga ia tak menyadari bahwa Keysha Dianita (Keysha) menyukai dirinya.


Marvel Andromedha (Artis Sinetron)
Pemain sinetron yang lagi digandrungi para ibu-ibu rumah tangga dan remaja-remaja putri. Tiga sinetronnya ditayangkan bersamaan di tiga stasiun TV. Aktingnya bagus. Dan dia baru dapet nominasi terbaik di Festival Sinetron.

Cinta Nggak Datang 2x (6-TAMAT)

Chapter 6
Nembak Afgan


“Apa, Cin?” Afgan nampak kaget, nggak percaya.

“Iya, Gan. Setelah gue pikir-pikir, gue timbang-timbang, gue rasa-rasa, kaya’nya sekarang saatnya kalau gue mau bilang sama lo, kalau gue…”

“Apa, Cin?” tanya Afgan nggak sabar.

“Gu… gue… gue nerima lo, Gan! Gue mau jadi pacar lo!” kata Cinta riang.

Afgan tersenyum. Lalu bengong karena tersadar.

“What???”

“Kita jadian, Bel! Gue sekarang jadi milik lo! Cewek lo! Gue mau sama lo!!”

“Tapi…”

“Tapi apa??? Udah deh. PD aja sama gue. Gue nggak bakal nuntut lo buat jadi cowok yang sempurna kok!”

“Tapi…”

“Apa? Jangan khawatir. Gue bakal nyayangin lo walau perlahan…” potong Cinta lagi.

“Tapi… maksudku… nggak mungkin Cinta. Aku baru jadian sama Arumi-teman sekelasku dua hari yang lalu… maaf ya… kamu nggak marah kan???” Kata Afgan pelan dan tegas.

Cinta bengong… Malu banget… Inilah. Kadang rumput tetangga emang lebih hijau. Bener banget pepatah itu… Dan sesuatu kadang tidak akan terulang untuk kedua kalinya….


TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com

Cinta Nggak Datang 2x (5)

Chapter 5
Coba Aja Dulu!!


Hingga akhirnya, Cinta mendapat berita yang sangat menyesakkan hati. Suatu ketika Asthon ditangkap polisi gara-gara ketahuan memakai obat-obatan terlarang! Cinta SHOCK! Cinta STRESS berat!!!

“Udah, Cin. Hentikan mimpi Lo untuk menemukan cowok yang sempurna. Lihat apa yang ada di hadapan Lo. Tiap orang punya kelebihan dan kekurangan kok…. Lo tinggal sempurnakan kekurangan dia, dan Lo jadikan guru kelebihan dia…” komentar Olivia.

“Jadi?”

“Iya, terima aja si Afgan. Dia sabar, baik dan sayang sama lo. Jangan sampai lo kecewa. Belum tentu ada cowok yang lebih baik dari si Afgan. Yang sayang sama lo luar dalem!”

Cinta mulai memikirkan masukan sahabatnya. Hingga beberapa minggu kemudian, setelah merenung, setelah tanya kanan-kiri, setelah cari info tentang siapa Afgan, dengan PD dan yakin, Cinta ngajak ketemu Afgan, untuk ngajak Afgan pacaran.

Cinta Nggak Datang 2x (4)

Chapter 4
Tidak Ada Yang Sempurna


“Non, nggak ada yang sempurna di dunia ini. Mbok Nah rasakan banget. Dulu Mbok merasa punya suami tukang ojek itu paling sempurna dalam hidup Mbok, karena kemana-mana ada yang nganter, nggak perlu naik kebo. Ternyata selama Mbok nikah dengan tukang ojek, hidup Mbok juga susah! Lalu Mbok merasa paling sempurna hidup Mbok kalau nikah dengan lelaki yang kaya. Eh, Mbok dinikahi Pak Kades yang kaya raya. Ternyata Mbok disia-siain sama dia. Mbok jadi istri ke-dua belas…” si Mbok tersedu.

“Apa Mbok? Ke-dua belas???”

Si Mbok mengangguk.

“Belum selesai lagi Non. Si Mbok pernah merasa juga kalau laki-laki sempurna itu yang pinter berenang karena badannya keker. Ternyata nggak. Setelah nikah, dia masuk angin terus. Mbok tiap malam hanya ngerokin dia kerjaannya…” kata si Mbok pilu.

“Wah, Mbok playgril juga ya?” kata Cinta.

“Iya sih, Non…” Jawab Mbok Nah GR.

“Emang playgirl itu apa, Mbok?”

“Itukan kalau badan suka rematik?” jawab Mbok.

“Yeee, itu mah pegel Mbok!”

Si Mbok tetep nggak ngeh.

Cinta Nggak Datang 2x (3)

Chapter 3
Ternyata… Afgan Itu Baik

Begitu acara selesai Cinta langsung cabut. Pulang ke rumah, pengen cepet bobok. Capek…. Dan baru saja Cinta memejamkan mata, ia tersentak bangun.

“My Handphone!!!”

Cinta membongkar semua tasnya. NGGAK ADA! Dan ketika ia mencoba mengingat-ingat, tiba-tiba bel rumahnya berdentang.

“Mbok, buka pintu!”

“Mbok lagi sibuk, Non… Non aja yang buka pintu…” Jawab si Mbok.

Ih, makin bete deh. Si Mbok selalu begitu kalau disuruh. Ada saja alasannya. Cinta masuk ke ruang makan. Di ruang makan, si Mbok lagi nonton sinetron sambil nangis-nangis.

“Sibuk apaan sih, Mbok? Lagi nonton sinetron gitu dibilang sibuk! Maksa amat sih!!!”

“Iya, Non. Nonton sinetron kan juga sudah jadi salah satu kesibukan, si Mbok. Iya kan? Non buka pintu sendiri ya???” pinta Mbok Nah tulus.

Haduuhhhh……

Daripada lama, Cinta membuka pintu sendiri. Dan Cinta kaget setengah mati. Ternyata cowok yang dia temui di acara diskusi pelajar SMA se-DKI udah di depan pintu. Dengan senyumnya yang sederhana dan menyejukkan hati. Apaan sih?!?!

“Assalamu’alaikum….”

“Wa’alaikumsalam… Mau apa lagi sih? Mau nyeramahin ya? Aduh, udah deh. Ke mesjid aja sono…” kata Dara cuek.

“Cinta… aku ke sini mau…”

“Mau ngasih tahu kalo’ lo jago nyeramahin orang ya? Mau bikin gue jadi better? Lain kali aja deh! Gue mau bobok siang!”

“Tunggu, aku mau ngembaliin HP kamu. Tadi HP kamu aku temuin di bawah kursi waktu kita ikutan acara diskusi…” jawabnya tenang sambil menunjukkan HP Cinta.

WHAT???

“Hp-ku!!!” dengan cepat Cinta mengambil HP itu.

“Aduh, thanks banget! Baru aja kelimpungan nyari…” wajah Cinta lansung berubah Happy.

“Kebetulan tadi ada telepon masuk, dari teman kamu, Olivia. Aku nanya alamat kamu biar bisa balikin ni HP. Olivia yang ngasih tahu. Okay? Aku pamit dulu ya? Assalamua’alaikum…” Cowok itu siap meninggalkan rumah Cinta.

“Walaikumsalam. Tapi tunggu!”

“Ada apa…”

“Gue harus ngucapin tarima kasih sama Lo. Lo kan udah nolongin Gue. Minum dulu ya? Bikinin minum tamu panas-panas gini kan dapat pahala!” kata Cinta. Dan Cinta tersadar. Wah, kata-kata dia jadi ikut-ikutan baik.

“Asal nggak ngerepotin aja…”

“Nggak kok! Suer. Tunggu sebentar ya?” Cinta dengan happy menuju ke ruang makan.

“Mbok! Sini!”

“Ada apa, Non? Si Mbok sedang si…”

“Sibuk nonton sinetron? Udah deh, Mbok! Kali ini nggak ada alasan lagi. Bikinin minum ya?”

“Buat siapa, Non? Beliin teh botol aja ya? Yang praktis tapi nggak ekonomis!”

“Eh, si Mbok. Maunya enak aja. Bikinin es Sirup apa susahnya sih?” Cinta mulai bete. Abis pembokatnya itu maniak banget nonton sinetron Indonesia. Dari sinetron bermutu sampai yang tidak bermutu, semua sukses ditonton. Kali’ kalau ada kuis “Who Wants to be Millionaire” edisi sinetron, Mbok Nah pasti pemenangnya dan akan membawa hadiah ratusan juta rupiah. Semua dialog dia hapal, Scene berapa pas bintang utama nangis juga hapal.

Kembali ke masalah Cinta dan Afgan. Kini keduanya sudah saling duduk berhadap-hadapan di kursi.

“Makasih ya, lo baik banget. Sorry, gue sempet jutek sama lo…” Dara membuka percakapan.

“Nggak papa’. Aku seneng kamu sudah mau bersahabat denganku…” jawab Afgan nggak kalah senangnya.

Itulah awal pertemuan Cinta dengan Afgan. Dan sejak itulah Afgan terus mendekati Cinta. Tapi Cinta tetep keukeuh karena merasa Afgan bukan tipenya.

Cinta Nggak Datang 2x (2)

Chapter 2
Sosok Sederhana Bernama Afgan


Hingga suatu ketika, ketika Cinta datang di acara diskusi tentang “Pacaran Yang Sehat”, ia bertemu satu sosok sederhana bernama Afgan, yang duduk di sebelahnya saat seminar berlangsung. Pertemuannya, saat makan snack dengan cueknya pakai tangan kiri, Afgan langsung menyapanya.

“Kok nggak pake tangan kanan? Yang kanan baik-baik aja kan tangannya?” tegur Afgan sopan sambil tersenyum.

Cinta sadar. Ia memindah kue-nya ke tangan sebelah kanannya.

“Thanks…” itu saja yang keluar dari mulut Cinta. Dan keduanya meneruskan konsen berdiskusi. Cinta sih sadar kalau diam-diam Afgan sering meliriknya. Tapi Cinta nyante-nyante aja. Nggak ada keinginan untuk kenalan sama sekali. Dia nggak sekeren Asthon sih!

Nggak lama kemudian, ketika pulpennya jatuh, reflek Cinta dengan latah berucap, “e… copot!” lagi-lagi cowok itu berkomentar.

“Daripada bilang e… copot, mending baca istighfar. Kita kan harus jadi cerminan kebaikan?” katanya santai.

Ih, Cinta empet banget. Apa-apa dikomentari. Apa-apa diralat.

“Emangnya lo Ustadzah????? Dari tadi ngomentarin Gue terus!”

Afgan ketawa.

“Aku bukan Ustadzah. Ustadzah kan cewek…” Cowok itu tertawa lucu.

Ih, dengan bete Cinta pindah kursi ke depan. Aman, Nggak ada lagi yang komentar. Mau nungging kek, mau keselek kek. Bebas… nggak ada yang ngasih komentar lagi.

Selasa, 12 Januari 2010

Cinta Nggak Datang 2x (1)

Chapter 1
Fans Berat Cinta


Inbox
From Afgan

Seperti kupu-kupu, tak pernah lelah aku mencarimu
Biarpun luka, aku tetap mengagungkan cinta
Hingga siang berganti malam, kamu adalah mimpi indahku
Tetaplah di sini, di hatiku…

Cinta sambil tersenyum, menutup SMS yang dikirim Afgan kepadanya. SMS ke seratus enam puluh kali, yang dikirim laki-laki sederhana itu, benar-benar menggetarkan hatinya.

“Kenapa, lo Cin? Dari Afgan lagi ya?”

“Yap. Ke seratus enam puluh kali!”

“Hah?!” Olivia melongo. “Sampe lo itungin gitu!”

“Lihat ni. Baca aja!” Cinta menunjukkan SMS Afgan pada Olivia, sahabatnya. Olivia menggeleng-geleng takjub.

“Gile. Romantis banget?! Dia cinta banget ama lo, Cin!” ucap Olivia.

“Iye. Gue tahu…”

“So? Tunggu apa lagi? Jadian aja. Apa sih susahnya???”

“Ya, lo tahu si Afgan kan?”

“Tahu. Emang kenapa? Dia baik. Tampangnya nggak jelek-jelek amat...”

“Ya, Gue tahu. Tapi gue nggak bisa nerima sikap dia…”

“Kenapa? Dia kurang tajir?”

“Nggak!”

“Dia kurang ngetop?”

“Bukan itu. Maksud gue, Afgan kan bukan tipe gue…” Akhirnya Cinta menjawab lirih.

“Aduh. Lo ini aneh banget. Kurang apa sih si Afgan? Lo mau cari cowok yang kayak apa sih?”

“Kayak Asthon…”

“Asthon Kutcher? Si bule blasteran norak itu???”

“Hush! Sembarangan. Dia itu bule keren. Cakep, putih, atletis, jago basket, royal banget, gayanya cuek, kalau pakai baju matching banget…”

“Aduh, Cin. Wake up. Asthon itu oke di luar aja. Dalemnya lo nggak tahu kan?”

Cinta menggeleng.

“Gue tahu ampe dalem-dalemnya!”

Cinta melongo.

“Maksud lo… ya ampun, Liv. Lo pernah ngintip dia mandi ya???” Cinta bengong dengan khusyu.

“Yeee, tulalit amat sih. Maksud gue tu, hatinya dia. Dia itu secara pribadi, kata Pak Ustadz secara akhlak, nggak baik! Dia itu suka gontai-ganti cewek! Intinya dia itu PLAYBOY!!!” papar Olivia.

“Gue ngerti. Tapi…”

“Udah deh. Lo terima aja si Afgan. Lo pasti bahagia dunia Akherat kalo sama dia!”

“Hiperbol baget sih lo. Masa’ sampe akherat?”

“Iya dong! Afgan itu kan cowok baek-baek, ya alim lah! Kalo kita pacaran sama cowok alim, siapa tahu nanti kita bakalan tertular alimnya. Terus kita jadi better….”

Cinta ngangguk-angguk ngantuk.

Yang jelas, Obsesi Cinta Pengen jadian sama Asthon sampai detik ini nggak juga ilang. Asthon anak baru yang keturanan Perancis.

Tapi udah berkali-kali Cinta ngedeketin Asthon, Asthon-nya cuek-cuek aja. Padahal Cinta tahu bener kalau Asthon nggak punya cewek tetap hingga detik ini.

Pendekatan lebih kenceng lagi? Gengsi dong ah…