Rabu, 30 Desember 2009

Beby Dan Virgo (3)

Chapter 3
Beby Nangis???


Virgo menguap, diliriknya jam kamarnya. Jam tujuh lewat. Ia keluar. Eh, kok masih sepi sih? Sayup-sayup terdengar suara Ungu dari kamar Beby. Baru saja Virgo akan membuka kamar Beby ketika telinganya menangkap isakan kecil. Eh! Kok Pasha Ungu nangis, sih? Versi baru, ya? Ia berpikir sejenak. Atau...


Virgo menempelkan daun telinganya ke pintu. Benar! Si Beby yang menangis.


Virgo duduk di depan pintu kamar Beby, sibuk berpikir apa yang membuat si bontot itu menangis. Gara-gara Mama pergi nggak ngajak si Beby?


Virgo menggeleng.


Beby kan udah gede, nggak suka ngekor lagi. Gara-gara dia suka ngeledekin Beby? Virgo kembali menggeleng. Perasaan selama ini ledekannya masih wajar-wajar aja. Atau...


Mata Virgo membulat.


Pasti gara-gara cowok! Si Beby mungkin lagi jatuh cinta tapi nggak kesampaian. Atau mungkin ada cowok yang nyakitin Beby, ya?


Virgo menggeram.


Ia lalu mengendap-endap mendekati telepon di ruang tamu yang persis berada di samping kamar Beby. Dipencetnya beberapa nomor.


”Hallo?” Ucapnya berbisik.


”Hallo.” Terdengar suara nada heran di ujung telepon.


”Chacha, ya?” Virgo masih berbisik.


”Iya. Ini siapa, sih?”


”Virgo.” Bisik Virgo lagi sambil melirik deg-degan ke pintu kamar Beby.


”Siapa?”


”Virgo!” Ulang Virgo berbisik serak.


”Virgo yang mana?”


”Virgonya Beby!”


”Ohhhhh... Abangnya Beby.”


”Eh, si Beby kenapa sih?”


”Kenapa gimana?” Tanya Chacha bingung.


”Kok dia nangis?” Virgo kembali melirik kamar Beby. Mudah-mudahan Beby nangis terus dan nggak keluar! Doanya dalam hati.


Chacha terdiam di seberang.


”Wooiii! Gue tanya si Beby kenapa?” Ulang Virgo mulai tak sabar.


”Ng...”


Virgo mendesis jengkel. ”Mau ngomong nggak, sih?”


”Entar si beby marah kalau...”


”Gue nggak bakal ngasih tahu, deh!” Sela Virgo cepat.


”Bener nih?”


Virgo mengangkat dua jarinya. ”Eh! Bener! Bener!” Ucapnya cepat, sadar kalau Chacha tidak bisa melihatnya.


”Indra ngecewain Beby.”


”Apa?!” Virgo berteriak marah. Ia mendekap mulutnya, kaget dengan suaranya sendiri. Matanya melirik curiga ke pintu kamar Beby. Pintu itu tidak terbuka. Virgo menghembuskan napas lega.


”Hallo? Bang Virgo? Lo masih ada kan?”


”Iya, iya! Si Indra tadi kenapa?” Virgo kembali berbisik.


”Si Indra ngomomg kalo’ dia tuh suka sama Tasya, padahal dia tahu kalo’ Beby tuh suka sama di...”


”Kurang ajar!” Desis Virgo marah.


”Eh, tapi...?”


”Indra itu kelas berapa?” sela Virgo.


”Kelas I-2. Mau ngapaian, Bang?” Tanya Chacha khawatir.


”Nggak kok!” Virgo mengubah suaranya menjadi manis.


”...”


”Cuma pengen tahu aja.” Bohongnya.


”...”


”Sudah ya, thanks buat infonya.” Lanjutnya lagi mengakhiri.


”Eh, tapi bener loh... nggak bilang ke Beby?”


”Iya... iya! Bye... Bye... Chacha manis!”


”...”


Virgo mengepalkan tangannya. Senyumnya menghilang.


”Awas lo, Ndra!” Geramnya dengan wajah sangar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar