Rabu, 30 Desember 2009

Noda Ungu (1)

Chapter 1

Papa Mama Tercinta




Sejenak Aurel memandang keluar jendela pesawat yang sebentar lagi mendarat di bandara Ali Sadikin. Hamparan awan memenuhi mata elangnya yang sipit dan tajam. Aurel tersenyum damai. Aurel ingat waktu kecil dulu ingin tidur di atas awan, ingin tahu seperti apa rasanya awan. Mungkin seperti kapas wajah milik Mama. Aurel ingin suatu saat terbang di atas awan, kini Aurel ingat impiannya dulu menjadi kenyataan, terbang menggunakan pesawat (tentu saja), bukan sayap seperti malaikat kecil dalam dongeng. 20 menit lagi Aurel menginjakkan kaki di bumi parahiyangan tercinta, setelah 1 tahun tak pulang ke rumah. Ini semua demi cita-cita Aurel bergabung dengan LSM asing untuk Aceh Development. Aurel sengaja tidak memberitahu Andhika Kusuma dan Syafa Kirana (Papa-Mama Aurel) atas kepulangannya. Lagipula Papa harus banyak istirahat dirumah karena penyakit lamanya kambuh lagi, kebanyakan begadang. Kalau tahu Aurel pulang, Papa pasti memaksa untuk menjemput Aurel di bandara. Mama juga sibuk di BoUTIQuE (nama butik milik Syafa Kirana-Mama Aurel).



Kadang Aurel merasa bangga dengan kedua orang tuanya. Pada satu titik tertentu mereka bukan orang yang suka mengejar uang. Maka Papa-Mama langsung memberi lampu hijau waktu Aurel mengutarakan niat ingin menjadi sukarelawan di Aceh. 3 tahun lalu Papa rela melepas jabatan Presdir perusahaan real estate yang sekarang di limpahkan ke Oom Marvel, adik papa yang baru pulang dari New York. Papa ingin menikmati hidup sebagai manusia biasa. Kembali menjalani hari-hari tanpa stres di kantor. Tak ada lagi meeting panjang yang melelahkan pikiran. Juga deadline-deadline yang membuat manusia tak ingat waktu. Papa memutuskan menulis buku dan novel melanjutkan cita-cita semasa SMA. Sedangkan Mama memutuskan keluar dari perusahaan asing yang telah membesarkannya selama 20 tahun. Mama mendirikan BoUTIQuE dengan uang hasil tabungan selama bekerja. Mama sangat menikmati pekerjaannya, sampai-sampai tak memperhatikan papa. Akibatnya papa sering sakit untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang dari mama.



“Kepada penumpang Flower Arlines, pesawat sebentar lagi mendarat, cek kembali barang bawaan anda, jangan sampai ada yang tertinggal. Terima kasih atas kepercayaan anda menggunakan jasa kami.”



Begitu pesawat mendarat, Aurel mampir sebentar ke Shop Corner (sebuah took oleh-oleh di Bandara) membeli oleh-oleh untuk Papa dan Mama. Papa suka memesan pulpen buat siapapun yang pulang dari perjalanan jauh dan mama suka sekali dengan bros.



Setelah mendapat barang yang dicari, Aurel segera membayar di kasir. Aurel ingin cepat sampai rumah. Tak sepert biasanya Aurel selalu menyempatkan diri menyeruput cappucino hangat di Coffee Beans (Sebuah café kopi di Bandung yang sering dikunjungi Aurel). Aurel ingin sekali memeluk Papa-Mama. Aurel kangen. Selama menjadi sukarelawan Aurel kehilangan kehangatan keluarga. Taksi mengantarkan Aurel tepat di depan rumah.



Aurel mampir ke BoUTIQuE yang terletak persis di seberangnya. Di sana Mama sering menghabiskan waktu. Aurel ingin mengejutkan mama. Tampak mama sibuk memasang scraft di manekin.



“Pesanan scraf saya sudah ada Bu?” Aurel menggoda Mama.



“Aurel…” Mama langsung memeluk Aurel.



“Bagaimana kabarmu sayang? Kamu baik-baik saja kan?Mama khawatir. Kenapa tidak kasih tahu Mama dulu kalau mau pulang. Kan Mama sama Papa bisa jemput kamu.”



“Aurel mau kasih kejutan. Tara…ini oleh-oleh buat Mama. Sorry Ma, Aurel nggak sempet jalan-jalan waktu di Aceh, tadi Aurel mampir di Corner Shop bandara. Mama pasti suka deh.”



“Nggak apa-apa sayang. Kamu malah repot-repot beli oleh-oleh buat Mama. Kamu pulang dalam keadaan sehat Mama sudah senang, yang penting adalah kesehatan kamu. By the way, kebetulan Mama baru aja membuat setelan pesta yang cocok dengan bros ni. Makasih ya sayang” Mama mencium pipi Aurel dan memeluknya erat.



“Ma, Aurel kangen Mama. Di sana Aurel nggak bisa makan Sop Seafood buatan Mama. Aurel juga kangen Papa. Gimana kondisi Papa?” Aurel mendadak teringat Papa.



“Yuk kita ke rumah. Mama sampai lupa.”



Mereka berdua menyeberang jalan menuju rumah utama. Kemudian langsung ke ruang keluarga yang menyatu dengan pemandangan dari luar. Biasanya Papa suka menghabiskan waktu di sana, viewnya terlihat kontras sekali. Dari beranda terlihat hamparan sawah dan pepohonan hijau dengan latar belakang gunung yang indah. Membuat siapapun malas beranjak. Papa rela menghabiskan waktu berjam-jam ditemani laptop kesayangannya.



“Pa, coba lihat siapa yang datang.” Mama mengagetkan Papa yang sedang membuat bagian akhir novelnya



“Iya sebentar. Suruh tunggu dulu di ruang tamu, sebentar lagi Papa selesai, tanggung nih.” Papa menyahut tanpa melihat ada Aurel di belakang.



“Silakan sang maestro melanjutkan tugas, saya tidak akan mengganggu, saya akan menunggu sampai maestro selesai.”



Papa mengenal betul suara seseorang yang dibelakangnya.



“Aurel…” Papa memeluknya erat.



Aurel memeluk Papa erat, sama eratnya dengan pelukan Papa. Ada energi hangat menyembul diantara keduanya. Sesuatu yang selalu dirasakan Aurel setiap kali Papa memeluk Aurel, seolah Aurel tak ingin Papa dimiliki yang lain, selain Aurel dan Mama. Meski Aurel tahu diluar sana seorang wanita telah memberi kehangatan seperti ini pada Papa. Sesuatu yang tak pernah Papa peroleh dari Mama. Aurel ingin wanita itu pergi dari kehidupan Papa, tapi Aurel tak bisa menghalangi apa yang Papa butuhkan buat hidupnya. Perasaan Aurel kembali ungu.



“Apa kabar maestro?”



“Apa kabar juga petualang?”



Mereka berdua tertawa bersama, tawa renyah yang Aurel selalu rindu kala jauh dari rumah. Mama ikut merasakan kehangatan itu. Tawa mereka berderai. Cerita mengalir seru dari mulut Aurel selama di Aceh. Papa dan Mama bertukar cerita tentang aktivitas akhir-akhir ini. Malam menyapa pelan, ketika rangkaian cerita ketiganya hampir selesai. Mama mempersilahkan Aurel membersihkan diri dan istirahat. Aurel mencium pipi Papa-Mama, lalu minta ijin istirahat.



***

Aurel meletakkan 2 ransel besar di kamar, rasa penat mulai menyergap. Aurel menikmati segarnya air shower hangat. Selama menjadi sukarelawan kebiasaan mandinya yang lama tak pernah dilakukan lagi. Air shower menelusuri tubuh Aurel yang lelah dan penuh sisa keringat. Aurel membaluri tubuh dengan scrub, membilas, dan terakhir berendam di bath up yang telah diberi minyak aromaterapi. 45 menit Aurel sudah siap dengan baju tidur, tak lupa Aurel mengoleskan krim malam untuk wajah. Doa pengantar tidur mengiring Aurel sampai pulas.



Pukul 3.30 pagi Aurel terbangun oleh jam biologisnya. Aurel mengambil air wudhu, sholat tahajud, tadarus sambil menunggu shubuh. Setelah sholat shubuh Aurel tidak kembali tidur. Aurel mengingat mimpi semalam. Aurel bertemu dengan seorang wanita, usianya tidak jauh dari usia Papa. Pertemuan tak sengaja di bandara dalam perjalanan Aceh-Bandung. Wanita itu tidak sengaja menabrak Aurel yang sedang keluar dari Corner shop dan meminta maaf atas kelalaiannya, ia ingin mentraktir Aurel minum kopi buat menebus kesalahan. Karena tergesa-gesa, maka ia hanya memberikan kartu nama. Aurel terpaksa menerimanya.

Keysha Seruningtyas

Coklut Book Café

Meet me at : Tulip raya 86 Bandung

‘Hidup Akan Berarti Bila Hari Ini Kita Memberi Arti’

Mengapa ada seorang Keysha tiba-tiba masuk dalam mimpiku? siapa dia?, apakah aku mengenalnya? Rasanya tidak. Apa hubungannya denganku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar