Kamis, 17 Desember 2009

Seharusnya Kau Tahu (1)

Chapter 1
Rendy Yang Tak tergantikan


Kulangkahkan kakiku melintasi taman belakang, masuk ke kompleks pemakaman. Yah, dulu disini Rendy kecil dan aku-Beby yang nakal... sering bermain. Rumahku memang langsung menyambung dengan kompleks pemakaman. Aku dan Rendy sering sekali menjelajah nisan demi nisan, mencabuti ilalang yang tumbuh sekaligus menggoyang-goyangkan dengan keras pohon kamboja yang banyak tumbuh disekitarnya. Mengharap bunga-bunganya akan gugur. Dan kalau belum juga gugur Rendy akan menendang pohon itu keras-keras sampai bunga-bunga kamboja itu jatuh ke tanah.

Setahun yang silam nama Rendy terukir di deretan nisan itu, tapi Rendy tak pernah meninggalkan aku-Bebynya tersayang. Entah ia tahu atau tidak kalau diam-diam aku mencintainya. Tapi seharusnya dia tahu.
Aku melangkah mendekati nisan Rendy. Menggoyangkan dahan kamboja di sebelah nisannya dengan kencang. Tak berapa lama bunga-bunga kamboja itu pun gugur. Sedetik kemudian kurasakan Rendy sudah berdiri di dekatku. Senyum konyolnya menghiasi wajah tampannya yang pucat.

”Gimana sekolah lo hari ini?” Tanya Rendy pura-pura.

”Lo pikir gue bisa lo bohongin? Lo kan yang ngebuat pulpen gue melayang-layang di udara tadi? Tadi Virgo lihat tahu, untung aja dia nggak percaya sama yang namanya hantu. Jadi waktu gue bilang dia berhalusinasi karena stress abis ulangan fisika, dia percaya aja.” Semburku kesal.

Rendy langsung ngakak. Melihatnya begitu riang, kekesalanku langsung lenyap.

”Gue mohon Ren, jangan terlalu sering ngikutiin gue ke sekolah. Anak-anak di sekolah udah mulai curiga. Tadi Tasya mengira gue udah agak sinting karena nyebut-nyebut nama lo.”

”Gimana kalo’ gue coba ngomong sama Tasya?”

”Jangan, Ren! Tasya pasti lapor ke Mama. Mama pasti bakalan coba buat misahin kita.”

”Tapi gue bosen sendiri. Nggak enak jadi hantu. Kadang-kadang gue mikir mendingan gue bener-bener ninggalin dunia ini aja.”

”Rendy! Lo tega ya? Lo janji bakalan nemenin gue terus!” Seruku dengan marah.

”Sorry. Tapi lo jangan lupa Beb, entar kalo’ lo udah punya pengganti gue... gue bakalan pergi.” Kata Rendy sambil menatap tajam ke arahku.

”Gue tahu. Tapi gue rasa gue nggak akan pernah bisa nerima orang lain sebagai pengganti lo, Ren.”

”Beby, harus ada orang yang menggantikan tempat gue. Gue nggak bisa terus tinggal di bumi.”

”Kenapa lo harus pergi, Ren? Gue mau lo selamanya ada di dekat gue.”

”Itu nggak mungkin! Gue nggak mau terombang-ambing di antara dua alam.”

”Ok! Tapi lo harus janji Ren, jangan pergi sebelum gue nemuin orang yang bisa gantiin lo.”

”Jangan khawatir, Beb!” Senyum Rendy menenangkanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar