Rabu, 30 Desember 2009

Pastikan Dia Jangan Menunggu (2)

Chapter 2

Cintakah Dia?




“Ntar ke rumah Virgo nggak, Beb ?”



“Mungkin. Kenapa emangnya ?”



Ryan mengeluarkan amplop coklat dari dalam ranselnya. “Titip ini buat Virgo, ya? Terus ingatin dia, Beb. Wisudanya bulan depan. Dia harus datang mengurus administrasi. Jangan lupa bawa foto.”



“Oke.”



“Thanks.” Ryan melambai sambil menjauh.



“Kenapa harus lo sih yang ngerawat si bayi besar itu, hah?” Tanya Chacha setelah Ryan berlalu.



“Ngingetin dia makan lah. Terus sekarang, lo harus ngingetin dia untuk acara wisudanya. Sementara dia sendiri nggak ingat apa-apa selain melukis.”



“Bayi besar yang mana?”



“Ya si Virgo lah! Siapa lagi?”



“Oo.” Beby tersenyum manis. Kalau bukan gue, trus siapa lagi dong? Lagian Virgo kan banyak bantuin gue.”



“Kimia?” Chacha mencibir.



“Sebenernya tanpa dia, lo juga bisa kali Beb.”



“Biarin aja lah. Lagian Virgonya sendiri nggak keberatan kok.”



“Apa sih yang lo cari dari dia, Beb?”



“Nggak ada.”



“Lo nggak lagi jatuh cinta sama dia, kan?”



“Nggak!”



“Lo terlalu cepet buat ngejawab, nggak.”



Jatuh cinta? Beby bahkan tidak pernah memikirkan itu. Dia cuma merasa senang berada di dekat Virgo.



“Apa dia nggak terlalu tua buat lo, Beb?”



“Lo ini ngomong apa, sih?!” Beby mendelik. Mulai sebal dengan Chacha yang nyinyir.



“Gue cuma kasihan ngeliat lo. Selama ini selalu lo yang ngedatengin dia. Meratiin dia. Terus apa dia pernah ngelakuin yang sebaliknya ke lo?”



Beby terdiam. Memang tidak pernah, jawabnya dalam hati.



“Gue nggak nuntut apa-apa ke dia,” sanggah Beby. Tapi dia tahu hatinya tidak yakin.



“Lo nggak jujur, Beb!”



“Jangan ngebahas Virgo lagi deh, Cha!”



“Kalau lo menghindar terus, semua bisa terlambat. Dia terlalu tua buat lo. Lo sendiri aja baru semester satu, terus si Virgo udah mau lulus.”



“Kita Cuma beda lima tahun kok!”



“Mendingan lo cari yang seumuran lo deh! Yang ngedeketin lo tuh banyak, Beb. Buat apa sih lo ngejar-ngejar dia terus, dia aja nggak cinta sama lo?”



“Gue nggak bilang, gue jatuh cinta sama dia.”



“Kalau kaya’ begini terus, suatu saat lo bisa aja jatuh cinta sama dia.”



Benarkah?



“Beb, gue ngomong kaya’ gini, karena gue kenal Virgo dengan baik. Gue udah bertemen sama dia lama banget. Bahkan saat dia masih sama Tasya. Dia cinta banget ma tuh cewek.”



”Gue tahu.”



“Bahkan mungkin sampai sekarang,” lanjut Chacha hati-hati.



“Gue bilang ini ke lo, karena gue nggak mau lo kecewa. Lo temen baik gue, Beb. Gue nggak mau ngeliat lo terluka, sementara gue nggak bisa ngelakuin apa-apa buat lo.”



Lalu dia harus apa?!



Beby bahkan tidak tahu harus bagaimana. Dia bahkan tidak tahu apa benar dia jatuh cinta pada Virgo, seperti yang dikatakan Chacha? Namun hati kecilnya membenarkan sebagian besar yang dikatakan Chacha.



Apa dia harus mencoba menjauh dari Virgo, sekadar mencari tahu apa Virgo peduli padanya? Lalu bagaimana kalau ternyata Virgo memang tidak mencarinya, kalau ternyata bagi cowok itu seorang Beby memang bukan apa-apa?



Beby tidak berani membayangkan.



Dia bahkan tidak berani memikirkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar