Chapter 3
Perkenalan Helen & Rendy
Empat minggu sudah Helen tidak hadir dengan cerita-cerita sedihnya. Aku jadi bertanya-tanya. Apa yang telah terjadi pada Helen? Apakah...
”Hayoo! Ngelamunin siapa nih?” Aku kaget. Menoleh. Rendy, ketua OSIS sekolahku yang keren itu tersenyum. Aku merasa meleleh sesaat. Ah, senyum itu mengapa selalu menimbulkan getar di dalam sini? Mengapa aku mendadak dag...dig...dug... begini?
”Hayoo, ngelamun terus nih!” Rendy menepuk bahuku. Aku tersipu.
”Mikirin siapa sih?” Tanya Rendy sambil duduk di kursi yang ada disampingku.
”Eh, nggak mikirin siapa-siapa kok.” Aku menggeleng.
”Bohong. Lo mikirin gue kan?” Rendy menatapku dengan tatapan menggoda.
”Idih, sembarangan! Ngapain juga mikirin lo?”
”Udah... ngaku aja. Gue kan cowok lo, pantes dong dipikirin.”
Uf! Apa? Rendy tadi bilang apa? Dia, cowokku? Tapi, sejak kapan dia jadi cowokku? Ah, seandainya itu jadi kenyataan.
”Asyik dua-duaan nih yee!” Lagi sibuk-sibuknya aku bengong, seraut wajah oval muncul dari balik pintu pagar yang tidak terkunci. Kurasakan wajahku langsung memanas.
”Siapa Beb?” Tanya Rendy.
”Ooo... dia Helen, sahabat gue.” Sahutku sambil bangkit.
”Eh, Helen! Ayo, masuk!” Panggilku menghampirinya.
”Ganggu nggak nih?” Helen masuk sambil senyum menggoda. Aku memukul bahunya, pelan.
”Sialan lo! Dia Cuma temen gue, tahu.” Desisku di telinganya.
”Kalo’ gitu, boleh gue gebet dong.” Bisik Helen. Aku mengangguk tapi dalam hati... menyembul sepercik rasa takut akan kata-kata Helen. Semoga di Cuma bercanda.
”Rendy, kenalin nih. Sahabat gue yang paling cantik, Helen.” Kutarik tangan Helen.
”Rendy Pratama.” Tangan Rendy segera terulur.
”Helenia Tiara Azizah.”Helen menjabat tangan Rendy. Matanya memancarkan rasa terpesona pada ketampanan Rendy. Bibirnya mengulas senyum manis. Oh, kucoba untuk tidak merasa sakit menyaksikan semua itu. Rendy kan’ bukan apa-apaku. Dia Cuma teman baik. Tak lebih dari itu.
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar