Rabu, 30 Desember 2009

Noda Ungu (2)

Chapter 2
Pengakuan Papa


Aurel bertanya-tanya dalam hati, kantuknya menghilang seketika. Perlahan Aurel membuka jendela kamar. Udara pagi menyerbu masuk tanpa permisi. Aurel menyalakan komputer, mengklik list winamp lalu connect ke dunia maya. Aurel memeriksa kotak suratnya di Yahoo.

“Ada berita apa ya selama aku ke Aceh. Sibuk gak karuan, sampai buka email aja gak ada waktu. Lagipula gak enaklah, di sana aku harus membantu orang yang susah, bukannya piknik atau jalan-jalan ambil gambar foto.” Batin Aurel.

Uh…. Aurel melepaskan nafas panjang.

Ada 4 email dari sesama sukarelawan dan 4 email tak dikenal dengan nama Long_Kiss, sisanya email sampah. Satu persatu email dibuka, rasa penasaran memenuhi benak Aurel. Anehnya si pengirim menulis subjectnya : buat si petualang sejati, Aurel makin penasaran, setahu Aurel tidak ada yang tahu Aurel menjadi relawan, teman-teman kampus pun tidak, selama ini Aurel dikenal sebagai redaktur majalah kampus. Siapa ya?

Long_Kiss #1 klik
Buat petualang sejati, Aurelia Cempaka
Maaf Papa mengatakan ini lewat email, Papa tak kuasa memendam cerita ini sendiri. Papa harap Aurel mau mengerti dan menyimpan rahasia ini baik-baik. Mungkin sekarang Aurel sedang sibuk melaksanakan tugas sebagai relawan, hingga tak banyak waktu buat Papa. Papa maklum. Papa tidak marah. Papa bangga Aurel punya niat yang tulus dan visi yang bagus. Tidak semua orang mau bekerja tanpa dibayar atau dibayar dengan sedikit uang. Teruslah berkarya anakku. Pasti ada hadiah dari Allah untuk tangan-tangan ikhlas. Mungkin sekarang Aurel belum merasakan. Kehidupan Aurel masih panjang. Mungkin nanti akan ada keajaiban d isaat Aurel terjebak dalam masalah, saat itulah Aurel akan merasakan keajaiban tangan Allah mengangkat Aurel dari kubangan masalah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Hidup ini misteri. Jangan takut menerjang badai Aurel, karena banyak orang yang mendoakan Aurel. Mungkin Aurel bertanya darimana Papa memperoleh email Aurel. Papa menemukan kartu nama Aurel di kamar, disana ada alamat email Aurel.



***



Tumben Papa mengirimi Aurel email, biasanya langsung ngobrol lama di telepon. Hati Aurel berdebar, seperti mau pergi jauh, ngasih wejangan buat anak gadisnya. Tunggu. Ini dia email kedua. Pasti lanjutannya..

Long_Kiss #2 klik
Aurel, Papa akan mulai bercerita. Aurel jangan kaget, Papa minta sebelumnya Aurel harus merubah cara pandang Aurel. Papa minta Aurel jangan menanggapi ini dengan emosi sesaat. Pahamilah ini dengan sudut pandang Papa, untuk beberapa saat Aurel meminjam sudut pandang Papa dulu. Baru Aurel memutuskan akan bereaksi seperti apa. Terima kasih Aurel mau menuruti keinginan Papa. Maaf Papa banyak meminta.

Aurel, belasan tahun lalu terjadi sebuah peristiwa yang selalu Papa ingat sampai sekarang. Kamulah orang pertama yang tahu. Mama tentu tidak tahu, sebab Papa tahu apa reaksi Mama jika mengetahui ini. Papa pikir, Papa dapat melupakan kejadian itu seiring dengan waktu. Pada awalnya Papa dapat mengatasi masalah ini dengan tenggelam dalam kesibukan. Namun, dalam kesendiran bayangan itu selalu hadir memenuhi pikiran, dada Papa terasa sesak, terkadang Papa menangis sendiri.

Awal kuliah Papa mengenal seorang gadis, namanya Keysha, dia teman Oom Aditya sahabat Papa sewaktu kuliah. Keysha bukan gadis cantik, yang jelas dia tidak sama dengan gadis-gadis lain yang papa kenal. Dia memang tidak memoles wajahnya dengan kosmetik, tapi siapapun yang pernah mengenalnya, pasti setuju kalau Keysha berkepribadian hangat, rendah hati, empatinya luar biasa, dia tidak bisa melihat orang lain menderita. Keysha bukan orang kaya, tapi selalu menolong teman yang kesusahan, siapapun orang itu. Pernah Keysha memberikan seluruh uang tabungannya untuk menolong teman yang keluarganya tidak bisa makan. Padahal Keysha sendiri selama sebulan hanya makan nasi putih tanpa lauk. Saat itulah Papa mulai tertarik. Papa heran, kok ada manusia seperti ini.

Lalu Papa mulai sering main ke rumahnya, telepon atau sekedar memberi perhatian kecil. Lama kelamaan ada sesuatu diantara kami. Kita berdua menyadari apa yang terjadi. Kami semakin dekat tanpa ada ikatan. Kami sering bercerita masa-masa SMA, berita politik, kehidupan kampus, bahkan sampai masalah pribadi. Kita jadi sering bersama dalam setiap waktu. Keysha sangat peduli dengan Papa, Keysha orang yang paling sabar menghadapi papa, merawat papa dengan kasih sayang jika penyakit papa kambuh. Papa sangat menyayanginya. Meskipun begitu Keysha tidak pernah meminta status dari papa terhadap hubungan yang kami jalani.



***



Dada Aurel semakin berdebar. Jadi Papa sering mengirim email buat Aurel? Papa nggak pernah cerita. Aurel menyalahkan diri sendiri kenapa gak pernah ngecek email. Aurel berkali-kali menyalahkan dirinya sendiri. Bukan salah Aurel kalau tak ada waktu buat buka email, banyaknya pekerjaan membuat Aurel kalang kabut dan kehabisan waktu untuk keluarga. Aurel kembali ke inbox dengan double klik.

Long_Kiss #3, klik
Waktu kakek pulang dari Jerman, kakek ingin Papa menikah segera dengan seorang gadis keturunan bangsawan teman seperjuangan kakek. Gadis itu adalah Mama. Papa tak kuasa menolak perjodohan. Resikonya berat jika Papa tidak menikah dengan gadis yang derajatnya sama, istri Papa tidak akan diakui sebagai anggota keluarga besar Burhandihardjo (Keluarga konglomerat di Jogyakarta, Keluarga besar Andhika Kusuma Burhandiharjo_Papa Aurel). Papa terpaksa menerima tawaran kakek karena papa belum bekerja, calon mertua Papa telah menyediakan pekerjaan dengan gaji tinggi. Seharusnya Papa bisa menolak perjodohan itu. Sejak dulu Papa diajarkan patuh terhadap orang tua. Adat jawa melarang Papa untuk menolak kenginan orang tua. Menurut mereka apa yang dilakukan orang tua buat kita adalah yang terbaik. Papa baru menyadari sekarang, selama ini papa hidup sebagai pecundang bukan petarung seperti yang Aurel lihat ketika Papa memimpin perusahaan. Papa merasa bersalah karena meninggalkan Keysha begitu saja. Waktu Papa ke rumahnya untuk meminta maaf dan menceritakan kondisi yang sebenarnya, Keysha hanya diam dan sesekali tersenyum. Papa tidak mengerti ekspresi wajah dan senyumnya. Ekspresi yang selalu membayang di pikiran Papa.

Hari itu hari terakhir Papa melihat Keysha, setelah itu Papa tidak tahu dimana Keysha berada. Oom Aditya juga tidak tahu kabarnya. Papa tahu Keysha terluka, tapi dia menyembunyikannya dalam senyum, lalu tiba-tiba menghilang untuk merajut hati yang terkoyak. Sampai Papa menikah, hubungan itu tidak pernah berawal dan berakhir. Beberapa bulan lalu Papa membaca iklan di internet tempat nongkrong para penggemar buku, namanya Coklut Book Café, pemiliknya bernama Keysha. Meskipun telah 30 tahun berpisah, Papa tetap mengenali wajah khasnya, senyumnya di foto yang dipajang disamping artikel. Lalu papa menghubung Keysha, kita sering bertemu di cafenya. Bernostalgia dengan getar-getar yang dulu Papa rasakan. Kebetulan koleksi buku dan minumannya lengkap. Papa sering menghabiskan waktu disana berjam-jam untuk menyelesaikan tulisan tanpa ada yang mengganggu. Keysha menyediakan corner khusus buat Papa. Dan membiarkan Papa berakrab ria dengan notebook. Hubungan kami kembali muncul ke permukaan. Efeknya papa jadi jarang sakit, karena ada yang memperhatikan Papa. Belakangan papa tahu kalau Keysha janda, Papa ingin kembali menjalin kisah dengan Keysha sekaligus menebus kesalahan Papa.

28 tahun cukup buat Papa membuat keluarga besar Mama bangga. Mama sama sekali tidak peduli dengan papa. Papa lelah dengan ini semua. 28 tahun Aurel, hidup Papa buat Mama, tanpa penghargaan, tanpa komunikasi yang enak, Papa selalu harus mau menuruti keinginan Mama. Kadang Mama tidak mau mengerti kalau Papa sedang tidak bisa memenuhinya. Mama selalu marah jika keinginannya tidak dipenuhi, sebulan lalu Mama tidak mau menemani Papa check up karena cemburu sama perawat dokter Reyhan. Akhirnya dokter Reyhan yang datang ke rumah. Papa jadi malu sama dokter Reyhan, untung beliau memahami. Sudah tua begini belum sembuh juga penyakit Mama. Papa tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kondisi ini, Keysha jadi oase di siang hari dan embun pagi Papa. Keysha tidak mengetahui kondisi rumah tangga Papa. Dia hanya tahu semua baik-baik saja seperti yang orang lihat.



***


Aurel semakin penasaran, debaran di hati Aurel tak kunjung reda. Ternyata memang benar kata orang, air yang tenang menyimpan gejolak. Aurel tak pernah lihat ada yang salah dengan perkawinan Mama-Papa. Rasa kagum Aurel terhadap Papa kian bertambah. Seperti apa rasanya 28 tahun tanpa penghargaan diri, Aurel seperti bisa merasakan gejolak di hati Papa. Perasaan benci mulai merayapi hati Aurel ke Mama. Oh God…

Long_kiss #4, klik
Aurel, Papa telah memikirkan ini baik-baik. Keputusan ini Papa ambil karena kamu sudah dewasa, Papa ingin meminta pendapatmu. Enam bulan terakhir Papa sering bangun malam memikirkan kondisi yang Papa alami. Akibatnya, pagi hari Papa baru bisa tidur. Hal ini membuat Mama uring-uringan. Membuat kepala Papa ingin pecah. Mama nggak mau mengerti, Mama hanya menyalahkan, menuntut ini itu. Waktu Papa bercerita sering terbangun malam dan terjaga sampai pagi, Mama menuduh Papa chatting untuk cari pacar baru. Padahal Papa email ke Aurel, karena tidak bisa tidur lagi, papa browsing lihat perkembangan dunia atau ngecek kondisi perusahaan.

Aurel, Papa ingin berpisah dengan Mama. Aurel masih anak Papa, walau bagaimanapun hubungan Aurel sama Papa akan selamanya. Papa tetap yang akan menjadi wali nikah Aurel. Aurel boleh berpetualang kemanapun Aurel suka. Jadilah petualang yang tangguh. Papa jenuh. Papa ingin, kehidupan Papa kembali normal, Keysha-lah yang bisa memenuhi kebutuhan Papa, seperti Nenek yang bisa mengerti Papa. Papa ingin istirahat dari segala macam kejenuhan yang menghimpit. Papa tidak bisa lagi berhubungan dengan Mama. Mungkin ini noda buat perkawinan Papa dan Mama. Noda ungu, noda yang Papa inginkan. Noda yang seharusnya tidak ada, tapi noda itu sangat indah buat Papa. Papa tidak ingin seumur hidup menyesal karena mengambil keputusan yang salah. Papa ingin menghabiskan sisa umur Papa dengan orang yang mau mengerti, mencintai dan merawat Papa, dan sebaliknya. Maafkan Papa Aurel, ini yang terbaik menurut Papa. Mungkin Aurel akan membenci perbuatan Papa. Lakukanlah Aurel. Tapi please jangan benci Papa, Aurel adalah bahan bakar agar semangat hidup Papa tetap menyala. Jika kebencian telah tertanam di hati Aurel, Papa jadi sedih.

Terima kasih Aurel mau mendengar isi hati Papa
Salam sayang buat petualang sejati
Papa Aurel



***



Membaca email terakhir, serasa Aurel mau pingsan. Untung di kamar, bukan di warnet. Aurel bisa pingsan sesuka hati di kamar. Aurel tidak selemah itu. Aurel menganggap masalah tersebut biasa yang terjadi dalam rumah tangga. Aurel pikir kejadian ini cuma di sinetron pengisi waktu luang ibu-ibu rumah tangga. Ini bukan masalah berat jika kita mau mengembalikan semua pada Allah, Sang pemilik jagat raya.

Aurel bangkit dari duduk, menatap keluar, hamparan sawah dan pepohonan hijau dengan latar belakang gunung yang indah itu masih disana, diam, tenang, megah, seolah tak terjadi apapun. Jika Allah menghendaki, gunung itu dapat meletus. Begitu pula yang terjadi dengan Papa sekarang. Aurel menggeliat, meregangkan seluruh otot badan. Lalu menuju kamar mandi mengambil air wudhu, ritual dhuha tak berniat ditinggalkan. Aurel seperti punya hutang yang belum dibayar. Dalam damainya Dhuha, Aurel memohon petunjuk.

Ya Allah, berilah papa petunjuk. Kuatkanlah beliau untuk bertahan, Rei tahu cerai adalah perbuatan halal yang tidak engkau sukai. Papa hanya manusia biasa sepertiku. Yang punya keterbatasan. Jika saatnya nanti Papa harus melepas semua yang beliau miliki sekarang, maka lepaskanlah dengan ringan, janganlah engkau beri beban yang tidak sanggup beliau pikul. Ya Allah buatlah Papa kembali ke jalanMu, gerakkanlah hatinya untuk selalu mengingatMu setap saat. Papa masih sering meninggalkan sholat, padahal hanya engkau tempat yang kuat untuk berpijak.

Ya Allah di waktu Dhuha ini mudahkanlah segala urusan papa, mudahkanlah apa yang menurut beliau sulit. Dan janganlah Engkau menggerakkan hatiku yang lemah ini untuk memelihara dan tenggelam dalam perasaan benci.
Amin

Mukena Aurel basah oleh air mata. Aurel tahu hanya Allah yang dapat menolong Aurel keluar dari kesulitan ini. Segera Aurel melepas mukena dan mandi. Aurel ingin sarapan bersama Papa-Mama.



***




Sejak shubuh Mama sudah bangun menyiapkan segala kebutuhan Papa, mulai menemani jalan pagi, mencuci piring, mencuci baju sampai membuat sarapan.

“Pa, Mama sudah siapkan obat di meja makan, jangan lupa diminum. Ingat jangan terlalu banyak makan jeroan. Pagi ini mama mau ke acara launching baju pengantin dari serat alami. Bayak perancang terkenal yang datang. Lumayan kan buat nambah ilmu Mama. Supaya BoUTIQuE nggak ketinggalan jaman.” kata Mama panjang lebar sembari memoles eye shadow.

“Ya terserah Mama sajalah. Apa yang menurut Mama baik ya lakukan. Tapi kali ini Papa tidak bisa menemani.” sahut Papa sambil membaca koran.

“Kok papa gitu sih. Kayaknya nggak mendukung Mama deh, kalau Papa nggak bisa ngomong enak mending diam aja, daripada ganggu mood Mama. Nggak pa-pa kok mama pergi sendiri, lagian kalau Papa ikut paling-paling jelalatan lihatin daun muda. Iya kan? emang Mama enggak tahu. Ya udah deh ngomong sama Papa nggak ada habisnya. Mama pergi dulu.”

“Hati-hati ya Ma!”

Aurel mendengar pembicaraan Mama-Papa, baru sekali ini Aurel mendengar dengan telinga Aurel sendiri. Aurel hampir tak percaya. Mama yang selama ini Aurel kenal, telah berubah. Mama yang lembut dan penuh sayang, Mama yang mengerti kebutuhan keluarga. Aurel bisa merasakan letupan emosi di hati Papa. Aurel juga merasakan kepedihan. Betapa yang Papa butuhkan adalah rasa damai.

Setelah Mama pergi, Aurel mengetuk pintu kamar Papa.

“Permisi Pa, apa Aurel boleh masuk?” Tanya Aurel lembut.

“Come on girl, this is free area. Ada apa sih kok kamu serius sekali, pasti kamu mau curhat ya? kita ngobrol disamping yuk, sambil kamu sarapan. Kamu belum sarapan kan?” Papa sok menutupi gejolak dihatinya.

Aurel mengambil sepiring nasi goreng dan segelas air putih. Aurel memenuhi ajakan Papa. Sarapan sambil ngobrol-ngobrol ditemani pemandangan menyejukkan mata. Sambil makan Aurel mendengarkan Papa bercerita tentang proses penulisan novel terbarunya. Aurel tekun menyimak cerita Papa. Aurel menyelesaikan sarapan pagi tepat kata terakhir keluar dari mulut papa.



***



“Nah, sekarang giliran Aurel mau nanya sesuatu sama Papa.”

“Oke.”

“Pa, jadi papa sudah membuat keputusan? Papa yakin?” pertanyaan Aurel merubah raut wajah Papa.

“Aurel baru membaca email Papa. Maaf ya Pa, baru sempat. Abis di base camp banyak kerjaan. Kalau itu keputusan Papa dan itu yang terbaik, Aurel mendukung Papa. Tadi Aurel tidak sengaja mendengar pembicaraan Mama-Papa. Terus terang Aurel tidak percaya membaca email Papa, kejadian barusan membuat Aurel tak dapat menolak kenyataan yang terjadi. Papa tidak usah memikirkan perasaan Aurel. Aurel baik-baik saja dan Aurel bisa mengatasi keadaan yang ada. Kalau Aurel boleh memberi saran, apa Papa tidak sebaiknya melanjutkan sandiwara 28 tahun itu? Dan membiarkan Mama seolah tetap menjadi ratu di hati Papa. Aurel akan menympan ini semua. Aurel tidak membenci Papa atau Mama. Walau bagaimanapun Mama-Papa adalah orang tua Aurel, yang akan menikahkan Aurel dengan orang yang mencintai Aurel kelak.” ucap Aurel.

“Terima kasih Aurel, Papa menghargai pendapatmu. Kamu akan merasakan posisi Papa jika kamu telah menikah nanti. Papa berharap tidak terjadi pada rumah tangga Aurel.” Papa terdiam sejenak, sepertinya Papa ingin mengatakan sesuatu.

“Aurel, Papa minta tolong antarkan ini ke Coklut Book Café, berikan pada Keysha, jangan katakan dari papa. Makasih ya Aurel.” mata Papa berkaca-kaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar