Chapter 1
Tiara Pergi
“Tiara kecelakaan, dan dia ninggalin kita.”
Kata-kata Dara barusan membuat Rendy terhenyak, antara percaya dan tidak. Ia tertegun sebentar, berharap berita itu hanya keisengan Dara dan Tiara yang sering mengerjai dirinya. Tapi… haruskah Rendy berpikir demikian? Sedang air mata Dara jelas menunjukan rasa kehilangan terlampau besar. Perlahan, isakan Dara mulai terdengar. Rendy mengamati siluet wajah Dara. Segera cowok itu menundukan kepalanya dalam diam. Kedua kelopak matanya terasa berat. Ada yang mendesak ingin keluar dari mata indah itu, tapi Rendy berusaha menahannya.
“Waktu Tiara di rumah sakit, dia meminta untuk nggak ngasih tahu kamu. Biar kamu lebih fokus ke festival… dan aku sama sekali nggak bisa nolak permintaan itu. Maafin aku Ren…” Jelas Dara terbata-bata.
Rendy berusaha menenangkan Dara, meskipun suasana hatinya mulai terasa kacau. Kali ini Rendy tak mampu lagi menahan butiran-butiran kristal itu. Kedua pipinya mulai basah.
Sesaat Rendy dan Dara terdiam, membiarkan memori tentang Tiara bermain di benak mereka. Tiara yang bawel, lucu, penuh perhatian dan cantik. Tiara yang selalu memberi solusi saat masalah menerpa pribadi Rendy maupun Dara, Tiara yang… akh, semakin diingat semakin tak sanggup otak mereka mengulangnya. Sosok itu sudah tak ada lagi, selamanya!
Usai dapat mengendalikan diri, Dara pamit. Tapi sebelumnya, gadis berambut panjang itu memberikan sesuatu pada Rendy. Sebuah diary berwarna biru–warna favorit Dara.
“Tiara nitip ini untuk kamu.”
Tiara Pergi
“Tiara kecelakaan, dan dia ninggalin kita.”
Kata-kata Dara barusan membuat Rendy terhenyak, antara percaya dan tidak. Ia tertegun sebentar, berharap berita itu hanya keisengan Dara dan Tiara yang sering mengerjai dirinya. Tapi… haruskah Rendy berpikir demikian? Sedang air mata Dara jelas menunjukan rasa kehilangan terlampau besar. Perlahan, isakan Dara mulai terdengar. Rendy mengamati siluet wajah Dara. Segera cowok itu menundukan kepalanya dalam diam. Kedua kelopak matanya terasa berat. Ada yang mendesak ingin keluar dari mata indah itu, tapi Rendy berusaha menahannya.
“Waktu Tiara di rumah sakit, dia meminta untuk nggak ngasih tahu kamu. Biar kamu lebih fokus ke festival… dan aku sama sekali nggak bisa nolak permintaan itu. Maafin aku Ren…” Jelas Dara terbata-bata.
Rendy berusaha menenangkan Dara, meskipun suasana hatinya mulai terasa kacau. Kali ini Rendy tak mampu lagi menahan butiran-butiran kristal itu. Kedua pipinya mulai basah.
Sesaat Rendy dan Dara terdiam, membiarkan memori tentang Tiara bermain di benak mereka. Tiara yang bawel, lucu, penuh perhatian dan cantik. Tiara yang selalu memberi solusi saat masalah menerpa pribadi Rendy maupun Dara, Tiara yang… akh, semakin diingat semakin tak sanggup otak mereka mengulangnya. Sosok itu sudah tak ada lagi, selamanya!
Usai dapat mengendalikan diri, Dara pamit. Tapi sebelumnya, gadis berambut panjang itu memberikan sesuatu pada Rendy. Sebuah diary berwarna biru–warna favorit Dara.
“Tiara nitip ini untuk kamu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar