Chapter 4
Kepergian Nayshila
Saat ini pun aku masih dalam keadaan tidak percaya bahwa aku telah kehilangan orang yang begitu dekat, begitu berarti bagiku. Ia selalu ada saat kubutuhkan, ia satu-satu nya teman yang mau mendengarkanku ataupun teman-teman lain saat kami tak tahu mau cerita pada siapa, saat kami memiliki masalah. Kini Nayshila telah tiada.
Aku baru tahu bahwa hari itu ketika ia datang ke rumahku dan kabur dari rumahnya adalah lagi-lagi karena ayahnya memukuli ibunya. Mereka berdua bertengkar dan sepakat untuk bercerai. Nayshila anak tunggal yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari kedua orangtuanya justru merasakan hal sebaliknya. Hari itu ia kabur dari rumahnya, tak tahan mendengar pertengkaran ayah ibunya. Anehnya kenapa orangtuanya tak sadar atas kepergian anak mereka? Ah mereka pun sama sepertiku pusing dengan masalah mereka sendiri! Pikirku kemudian.
Aku tahu air mata dan rasa penyesalan ini tak akan dapat mengembalikan dirinya, dan menebus seluruh perbuatanku padanya. Aku selalu berpikir seandainya saat itu aku mau mendengarkannya. Seandainya saat itu aku mau menemaninya atau mendengarkannya. Seandainya aku tidak menulikkan hati dan telinga. Seandainya aku menahanya, tidak menyuruhnya pulang, membiarkannya bermalam di rumahku. Tentu hal itu tak akan pernah terjadi. Kalau saja…
Aku bertekad kuat sejak hari itu tak akan kubiarkan ada Nayshila-Nayshila lain di sekelilingku. Aku akan berubah. Tak akan lagi jadi Keyla yang egois. Aku akan lebih perhatian, aku akan mendengarkan teman-teman yang membutuhkan telingaku. Aku akan berusaha menebus kesalahanku pada Nayshila, mungkin hanya ini yang dapat kulakukan.
Kepergian Nayshila
Saat ini pun aku masih dalam keadaan tidak percaya bahwa aku telah kehilangan orang yang begitu dekat, begitu berarti bagiku. Ia selalu ada saat kubutuhkan, ia satu-satu nya teman yang mau mendengarkanku ataupun teman-teman lain saat kami tak tahu mau cerita pada siapa, saat kami memiliki masalah. Kini Nayshila telah tiada.
Aku baru tahu bahwa hari itu ketika ia datang ke rumahku dan kabur dari rumahnya adalah lagi-lagi karena ayahnya memukuli ibunya. Mereka berdua bertengkar dan sepakat untuk bercerai. Nayshila anak tunggal yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari kedua orangtuanya justru merasakan hal sebaliknya. Hari itu ia kabur dari rumahnya, tak tahan mendengar pertengkaran ayah ibunya. Anehnya kenapa orangtuanya tak sadar atas kepergian anak mereka? Ah mereka pun sama sepertiku pusing dengan masalah mereka sendiri! Pikirku kemudian.
Aku tahu air mata dan rasa penyesalan ini tak akan dapat mengembalikan dirinya, dan menebus seluruh perbuatanku padanya. Aku selalu berpikir seandainya saat itu aku mau mendengarkannya. Seandainya saat itu aku mau menemaninya atau mendengarkannya. Seandainya aku tidak menulikkan hati dan telinga. Seandainya aku menahanya, tidak menyuruhnya pulang, membiarkannya bermalam di rumahku. Tentu hal itu tak akan pernah terjadi. Kalau saja…
Aku bertekad kuat sejak hari itu tak akan kubiarkan ada Nayshila-Nayshila lain di sekelilingku. Aku akan berubah. Tak akan lagi jadi Keyla yang egois. Aku akan lebih perhatian, aku akan mendengarkan teman-teman yang membutuhkan telingaku. Aku akan berusaha menebus kesalahanku pada Nayshila, mungkin hanya ini yang dapat kulakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar