Senin, 22 Februari 2010

Sumpah I Love You (1)

Chapter 1
Salah Masuk


Aku menyesal. Akulah yang salah. Semalam, aku dan Sheila, kekasihku bertengkar hebat. Kami tidak mencapai kata sepakat tentang kepergiannya ke London untuk melanjutkan sekolah. Aku tahu. Aku yang egois. Tapi, jika dia pergi lalu aku bagaimana? Sekarang, aku benar-benar menyesal. Setelah semuanya terlanjur terjadi, setelah kata perpisahan itu terlontar dari mulutku, aku sadar, kalau aku sangat mencintainya.

“La, maafin aku, ya… Bagaimana pun caranya, aku harus segera pergi ke bandara, aku harus minta maaf, aku harus katakan kepadanya, jika aku sangat mencintainya…”

Aku lihat jam ditanganku, “Buset!! Sudah jam 12! Berarti penerbangan menuju London tinggal 3 jam lagi!” Aku harus buru-buru. Aku pakai motor balapku kencang melewati keramaian kota dan kemacetan kota bandung. Sempet ditilang polisi, nyaris keserempet bus, nabrak tiang listrik dan dilempar nenek-nenek gara-gara ngelindes jempol kakinya…. Tapi aku tak peduli, aku pacu terus motorku, sampe tangan pada pegel-pegel. Aku tidak boleh gagal, Sheila, kekasihku tercinta harus tahu, kalo aku sangat mencintainya…. Sesampainya di bandara, aku kebingungan setengah mati, karena disana kosong! Nggak ada orang!! Alamak! Pada kemana semuanya…? Aku pun bertanya pada seseorang yang berjaga disana. Seorang lelaki tua.

“Maaf pak, numpang tanya?”

“Oh boleh…”

“Kenapa kosong ya?”

“Ya… biasanya juga gini Nak…”

“Bukannya bandara biasanya penuh? banyak orang?” Lelaki tua itu mengernyitkan dahinya.

“Bandara?” tanyanya.

“Iya bandara, ini bandara kan?”

“Nak… ini mah kuburan, kalo bandara mah sebelah sana, yang ujung!!”

GUBRAK!!! Pantesan sepi, salah masuk!!

Aku tinggalkan motorku dan segera berlari kencang menuju bandara. Napas udah senin kemis kayak penderita TBC. Ah, itu dia. Disana penuh!! Banyak orang!! Ini pasti bandara!! Dan aku lihat papan keberangkatan besar, melihat data pesawat yang menuju london dan… Aku langsung lemas… Pesawat itu sudah berangkat. 10 menit yang lalu. Seandainya aku tidak kesasar dulu dikuburan tadi, mungkin nggak akan jadi begini… Mungkin aku masih bisa menahannya pergi, masih bisa mengatakan rasa cintaku padanya. Penyesalan memang selalu datang di belakang. Aku pun terduduk dilantai bandara, meratapi nasibku yang malang, dan mulai menangis. Tidak peduli beberapa orang melihatku dengan tatapan keheranan. Mungkin mereka menyangka aku anak hilang. Sebodo amat. Aku tidak perduli lagi. Sheila telah pergi dan cintaku hilang untuk selamanya, sampai…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar