Senin, 15 Februari 2010

Sepenggal Masa Lalu (Chapter 3)

Chapter 3

Kekecewaan Aira




Sudah dua hari Aira tidak menemukan sosok Alvian. Kemana gerangan sang pujaan hati? Aira kembali membuka jendela kamarnya, dan melihat rumah mewah milik keluarga Alvian. Memperhatikan balkon kamar Alvian yang seperti tidak terurus. Mendadak saja ia terkejut melihat sosok Alvian. Dan segera keluar dari kamarnya menuju balkon. Dengan antusias ia memanggil nama Alvian dari jauh.



"Alvian...!" teriaknya. "Alvian! Ini aku, Aira!" panggilnya lagi. Namun Alvian tidak bergeming barang sedikit pun. Acuh tak acuh, cuek dan sombong.



"Sombong banget, sih!" rutuk Aira kesal. Dari jauh Aira melihat seorang gadis menghampiri Alvian sambil membawakan segelas jus buah. Terlihat mesra seperti sepasang kekasih. Aira terlihat cemburu. Wajahnya berubah cemberut.



"Siapa dia?" tanya Aira dalam hati. "Ugh! Itu pasti pacarnya Alvian!" sewotnya dengan hati belah. "Dasar buaya!"



Aira bergegas saja meraih ponsel di meja belajarnya. Kemudian menekan nomor telepon Alvian. Nyambung....



"Halo...." sapa Alvian berat. Suara itu mengingatkan Aira pada sebuah kenangan manis yang pernah mereka rasakan. Tapi kini Aira berusaha untuk melupakannya.



"Kamu egois, Al. Kamu keterlaluan!" suara Aira mendadak saja meninggi. Alvian yang tidak tahu menahu masalahnya mendadak saja menjadi heran.



"Halo, ini siapa ya?" tanya Alvian lagi dengan suara berat.



"Nggak usah basa-basi, Al! Aku sangat kecewa padamu. Tahukah kamu, betapa hancur hatiku mengharapkan dirimu. Tapi kamu begitu apatis. Kamu buaya, Al. Aku benci melihatmu! Dan aku tidak ingin melihatmu lagi!" sergah Aira, semakin ketus.



Alvian yang di seberang sana mendengarkan makian itu dengan pilu. Berusaha mengingat kembali sebuah suara yang dulu sangat dikaguminya.



"Aira... kamukah itu?" gumam Alvian dengan suara serak. Matanya mulai merebak. Berkaca-kaca dan menetes tanpa sengaja.



"Hm, ternyata ingatanmu masih tajam juga, Al!" tukas Aira lagi.



"Aira, maafkan aku. Aku tidak bermaksud...."



"Sudahlah, Al. Aku kecewa padamu! Nikmati saja hari-harimu. Mungkin kamu lebih baik begitu."



Hati Alvian seakan teriris pedih. Ia menelan air liurnya dengan pahit.



"Aira, dengar dulu penjelasanku...."



"Tidak perlu, Al. Aku tidak butuh penjelasanmu. Sekian lama aku memendam rasa cintaku padamu, dan ternyata kamu sama saja seperti laki-laki lain. Kamu menghianati aku, Al. Aku sudah cukup jelas melihatnya!" Suara Aira masih tidak bersahabat.



"Jadi kamu sudah mengetahuinya?" tanya Alvian sendu.



"Aku tahu semuanya, Al!" ucap Aira sambil menutup ponselnya.



"Aira... Aira... dengar dulu, Aira...."



Aira mematikan ponselnya dengan sikap sarkastis.



Alvian tertunduk sambil terpaku. Kini gadis pujaannya pun juga tidak dapat menerima kehadirannya. Terlebih, dunia yang begitu angkuh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar