Chapter 2
Ternyata…
Aku terus mendapat informasi ‘menyakitkan’ dari Tari. Ternyata Tari juga melihat Farel bersama seorang ‘tante-tante’. Oh my God, jangan bilang Farelku itu.
“… aarrggghhh… kenapa bisa begini sihh??” Akhirnya setelah seminggu, aku mengurung diriku… aku memutuskan untuk menemui Farel dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya…
“Tar, lo dimana sekarang?”
“Gue di MMB (Murah Meriah Banget) resto, jl. Batu bata no. 301!”
“Farelnya ada nggak di sana?”
“Ada koq’, cepetan lo datang sebelum Farel pergi!”
Aku pun cepat-cepat menancap gas mobilku, agar cepat sampai di MMB resto. Sesampainya di sana, aku segera berlari memasuki resto itu. Aku melihat Farel tengah duduk berduaan dengan seorang cewek yang menurutku nggak terlalu cantik koq’, lebih cantikan aku (narsiz mode : on) hehe… Cuma gendutan aku dikit. Aku langsung menghampiri Farel dan segera tangan kananku menempel keras ke pipi kiri Farel.
“Gini ya kamu ternyata… tukang selingkuh!”
“Tunggu, Vi! Dengerin penjelasan aku dulu.”
“Apalagi yang perlu lo jelasin semua udah jelas, ternyata lo itu nggak jauh dari cowok penipu… pembohong… culas… jahat… kejam… jorok !!!”
“Wadoeh gue udah kayak lalat kotor di iklan pembasmi nyamuk nih!” Tanggap Farel dengan nada berguraunya, berharap dapat mencairkan suasana. Tetapi kali ini aku teguh pada pendirian, aku nggak akan pernah mencair walau diberi humor selucu apapun.
“Sorry, humor murahan kayak gitu nggak mempan ama gue lagi Rel!” Mendengar jawabanku itu, wajah Farel menjadi kecewa berat. Aku tahu Farel, dia paling sedih kalo ada orang yang tidak suka dengan humornya. “Maaf Rel, tapi aku bener-bener sebel ama kamu.” Kulanjutkan lagi perkataanku diiringi dengan tangisanku.
“Gue itu cinta ama lo, tapi lo tega banget ngehianatin gue… !” Di sela-sela adu mulutku dengan Farel, muncullah seorang tante-tante yang datang langsung menarik tangan Farel.
“Ada apa ini?”
“Tante tanya aja ama cowok muda tante ini!” Jawabku ketus.
“Bicara apa kamu ini?” Lanjutnya lagi, “Dia itu anak saya!”
“Ooohh my God… kayaknya ada masalah baru lagi nih! Aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban tante-tante yang ternyata adalah Mama Farel. Aku pun menatap Farel perlahan, dengan maksud Farel mau memaafkanku.
“Tapi cewek ini siapa?” Tandasku lagi, berharap caraku berhasil untuk mengalihkan pembicaraan.
“Dia itu adek gue!”
Jeddaaarrr…. bagaikan kilat di siang bolong lagi yang mau menimpaku terus. Aku langsung secepat kilat mengubah ekspresiku yang tadinya penuh amarah menjadi lebih kalem, berharap mendapat simpati dari Farel dan keluarganya.
“Tadinya gue nggak ngehubungin lo, karena gue mau buat surprise buat lo!” Lanjutnya lagi, “Gue mau ngasih lo… cincin! Gue mau ngelamar lo, jadi tunangan gue.”
Aku pun langsung tidak bisa berkata apa-apa lagi, tidak terasa air mataku jatuh. Tetapi kali ini bukan air mata kesedihan, melainkan kebahagiaan. Aku tidak menyangka selama 3 tahun aku menjadi pacarnya, tidak pernah sekalipun ia membahas mengenai “pertunangan”. Farel pun mengambil sebuah kotak cincin berwarna biru tua dihiasi pita merah dari dalam kantong celananya dan membukanya, lalu bersiap untuk memasukkan cincin itu ke dalam jari manisku.
“Silvia, mau nggak lo jadi tunangan gue?” Karena aku tidak tahu harus berkata apalagi, aku pun hanya bisa menganggukkan kepalaku sambil tidak henti-hentinya aku berpikir... “apakah ini hanya mimpi?”, karena biasanya Farel tidak pernah serius dalam mengatakan sesuatu. Farel kemudian memasukkan cincin indah itu ke dalam jari manisku. Lalu spontan aku memeluknya dan rasanya kali ini aku tidak mau melepasnya lagi. Tidak akan pernah!!!
Ternyata…
Aku terus mendapat informasi ‘menyakitkan’ dari Tari. Ternyata Tari juga melihat Farel bersama seorang ‘tante-tante’. Oh my God, jangan bilang Farelku itu.
“… aarrggghhh… kenapa bisa begini sihh??” Akhirnya setelah seminggu, aku mengurung diriku… aku memutuskan untuk menemui Farel dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya…
“Tar, lo dimana sekarang?”
“Gue di MMB (Murah Meriah Banget) resto, jl. Batu bata no. 301!”
“Farelnya ada nggak di sana?”
“Ada koq’, cepetan lo datang sebelum Farel pergi!”
Aku pun cepat-cepat menancap gas mobilku, agar cepat sampai di MMB resto. Sesampainya di sana, aku segera berlari memasuki resto itu. Aku melihat Farel tengah duduk berduaan dengan seorang cewek yang menurutku nggak terlalu cantik koq’, lebih cantikan aku (narsiz mode : on) hehe… Cuma gendutan aku dikit. Aku langsung menghampiri Farel dan segera tangan kananku menempel keras ke pipi kiri Farel.
“Gini ya kamu ternyata… tukang selingkuh!”
“Tunggu, Vi! Dengerin penjelasan aku dulu.”
“Apalagi yang perlu lo jelasin semua udah jelas, ternyata lo itu nggak jauh dari cowok penipu… pembohong… culas… jahat… kejam… jorok !!!”
“Wadoeh gue udah kayak lalat kotor di iklan pembasmi nyamuk nih!” Tanggap Farel dengan nada berguraunya, berharap dapat mencairkan suasana. Tetapi kali ini aku teguh pada pendirian, aku nggak akan pernah mencair walau diberi humor selucu apapun.
“Sorry, humor murahan kayak gitu nggak mempan ama gue lagi Rel!” Mendengar jawabanku itu, wajah Farel menjadi kecewa berat. Aku tahu Farel, dia paling sedih kalo ada orang yang tidak suka dengan humornya. “Maaf Rel, tapi aku bener-bener sebel ama kamu.” Kulanjutkan lagi perkataanku diiringi dengan tangisanku.
“Gue itu cinta ama lo, tapi lo tega banget ngehianatin gue… !” Di sela-sela adu mulutku dengan Farel, muncullah seorang tante-tante yang datang langsung menarik tangan Farel.
“Ada apa ini?”
“Tante tanya aja ama cowok muda tante ini!” Jawabku ketus.
“Bicara apa kamu ini?” Lanjutnya lagi, “Dia itu anak saya!”
“Ooohh my God… kayaknya ada masalah baru lagi nih! Aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban tante-tante yang ternyata adalah Mama Farel. Aku pun menatap Farel perlahan, dengan maksud Farel mau memaafkanku.
“Tapi cewek ini siapa?” Tandasku lagi, berharap caraku berhasil untuk mengalihkan pembicaraan.
“Dia itu adek gue!”
Jeddaaarrr…. bagaikan kilat di siang bolong lagi yang mau menimpaku terus. Aku langsung secepat kilat mengubah ekspresiku yang tadinya penuh amarah menjadi lebih kalem, berharap mendapat simpati dari Farel dan keluarganya.
“Tadinya gue nggak ngehubungin lo, karena gue mau buat surprise buat lo!” Lanjutnya lagi, “Gue mau ngasih lo… cincin! Gue mau ngelamar lo, jadi tunangan gue.”
Aku pun langsung tidak bisa berkata apa-apa lagi, tidak terasa air mataku jatuh. Tetapi kali ini bukan air mata kesedihan, melainkan kebahagiaan. Aku tidak menyangka selama 3 tahun aku menjadi pacarnya, tidak pernah sekalipun ia membahas mengenai “pertunangan”. Farel pun mengambil sebuah kotak cincin berwarna biru tua dihiasi pita merah dari dalam kantong celananya dan membukanya, lalu bersiap untuk memasukkan cincin itu ke dalam jari manisku.
“Silvia, mau nggak lo jadi tunangan gue?” Karena aku tidak tahu harus berkata apalagi, aku pun hanya bisa menganggukkan kepalaku sambil tidak henti-hentinya aku berpikir... “apakah ini hanya mimpi?”, karena biasanya Farel tidak pernah serius dalam mengatakan sesuatu. Farel kemudian memasukkan cincin indah itu ke dalam jari manisku. Lalu spontan aku memeluknya dan rasanya kali ini aku tidak mau melepasnya lagi. Tidak akan pernah!!!
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar