Chapter 2
Diary Biru Tiara
Malam menjatuhkan jubah hitamnya.
Rendy masih mematung di jendela kamarnya, menikmati ribuan bintang yang berkedip manja di langit Bandung. Bayangan Tiara berkelebat di benaknya. Rendy tahu, gadis itu sangat mengagumi bintang, dan Tiara tidak pernah sekalipun membiarkan malam tanpa menyaksikan parodi bintang-bintang.
“Tiap malam, kalo nggak mendung, aku pasti curhat-curhatan sama bintang-bintang,” kata Tiara suatu malam saat mereka bertiga ngobrol di taman depan rumah Dara.
“Oh ya? Curhat apa saja?” tanya Rendy penasaran.
“Mmm… secret!”
“Tapi aku tau lho…” celetuk Dara.
“Huss, jangan ngebongkar hal yang nggak perlu begitu.” Tiara melotot.
Dara tertawa kecil, Tiara pun mengimbanginya dengan tawa lebar. Lantas keduanya mengumbar gelak tawa. Rendy tersenyum mengingatnya. Ada rindu yang menyergapnya begitu saja.
Rendy menutup jendela kamar dan melangkahkan kaki menuju meja belajar. Tangannya meraih diary biru yang menggeletak, dan mendekapnya hangat. “Diary ini untukku, ya ini pemberian terakhirnya.” Batinya. Perlahan, Rendy membuka lembar demi lembar. Isinya kisah biasa, cerita tentang kisah-kisah lucu mereka, dirinya, Dara dan Tiara. Rendy menyemat senyum sebentar.
Rendy terkejut saat mendapati tulisan lain Tiara, “Tiara naksir seseorang? Tapi dia tak pernah memberitahuku!” Batinnya. Penasaran mengiring Rendy menelusuri lembar-lembar berikutnya, tak ada petunjuk hingga meninggalkan lembar terakhir.
Bedroom, 230810
Hai Diary-ku,
Aku lagi kangen banget nich sama “dia” hehehehe… tapi Dara bilang, aku nggak boleh cengeng. Iya juga sich, “dia” kan lagi berjuang keras di Jakarta, demi masa depannya dan juga band-nya. Aku senang akhirnya band-nya tampil juga di festival itu. Apalagi mewakili Bandung. Pasti pendukungya banyak. Aku nggak mau ganggu kosentrasinya. Hmmm…. Diary, lama-lama aku ngerasa makin sayang sama dia. Tapi aku nggak bisa ngungkapin semuanya. Aku hanya berani ngomong semuanya ke bintang, soalnya aku takut kalo Rendy tau aku suka sama dia, dia bakalan benci dan ninggalin aku. Persahabatan buatku lebih sejati…
“No! ini nggak mungkin.” Batin Rendy.
“Tiara suka sama aku?”
Mendadak jantung Rendy berdegup tidak karuan. Tiara bercerita detil di halaman terakhir diary-nya ini setelah dua hari Rendy berangkat ke Jakarta, tepat sehari sebelum kecelakaan itu. Tiba-tiba rasa sedih menyergap hati Rendy, membuat cowok itu memohon kepasrahannya___ “Tuhan aku mohon kembalikan Tiara.” Permohonan konyol itu tak akan pernah terwujud. Tiara tak akan pernah kembali.
Rendy menangis dalam diam, menggenggam diary dengan rasa kehilangan. Tiara sudah pergi… pergi dengan membawa sepenggal rasa yang sejujurnya bisa dirasakannya. Rendy menyesal, tak sempat mengungkapkannya sebelum gadis itu pergi. Bahwa dirinya pun memiliki rasa yang sama dengan apa yang dirasakan Tiara. Dan kini… yang ada hanya penyesalan…
Diary Biru Tiara
Malam menjatuhkan jubah hitamnya.
Rendy masih mematung di jendela kamarnya, menikmati ribuan bintang yang berkedip manja di langit Bandung. Bayangan Tiara berkelebat di benaknya. Rendy tahu, gadis itu sangat mengagumi bintang, dan Tiara tidak pernah sekalipun membiarkan malam tanpa menyaksikan parodi bintang-bintang.
“Tiap malam, kalo nggak mendung, aku pasti curhat-curhatan sama bintang-bintang,” kata Tiara suatu malam saat mereka bertiga ngobrol di taman depan rumah Dara.
“Oh ya? Curhat apa saja?” tanya Rendy penasaran.
“Mmm… secret!”
“Tapi aku tau lho…” celetuk Dara.
“Huss, jangan ngebongkar hal yang nggak perlu begitu.” Tiara melotot.
Dara tertawa kecil, Tiara pun mengimbanginya dengan tawa lebar. Lantas keduanya mengumbar gelak tawa. Rendy tersenyum mengingatnya. Ada rindu yang menyergapnya begitu saja.
Rendy menutup jendela kamar dan melangkahkan kaki menuju meja belajar. Tangannya meraih diary biru yang menggeletak, dan mendekapnya hangat. “Diary ini untukku, ya ini pemberian terakhirnya.” Batinya. Perlahan, Rendy membuka lembar demi lembar. Isinya kisah biasa, cerita tentang kisah-kisah lucu mereka, dirinya, Dara dan Tiara. Rendy menyemat senyum sebentar.
Rendy terkejut saat mendapati tulisan lain Tiara, “Tiara naksir seseorang? Tapi dia tak pernah memberitahuku!” Batinnya. Penasaran mengiring Rendy menelusuri lembar-lembar berikutnya, tak ada petunjuk hingga meninggalkan lembar terakhir.
Bedroom, 230810
Hai Diary-ku,
Aku lagi kangen banget nich sama “dia” hehehehe… tapi Dara bilang, aku nggak boleh cengeng. Iya juga sich, “dia” kan lagi berjuang keras di Jakarta, demi masa depannya dan juga band-nya. Aku senang akhirnya band-nya tampil juga di festival itu. Apalagi mewakili Bandung. Pasti pendukungya banyak. Aku nggak mau ganggu kosentrasinya. Hmmm…. Diary, lama-lama aku ngerasa makin sayang sama dia. Tapi aku nggak bisa ngungkapin semuanya. Aku hanya berani ngomong semuanya ke bintang, soalnya aku takut kalo Rendy tau aku suka sama dia, dia bakalan benci dan ninggalin aku. Persahabatan buatku lebih sejati…
“No! ini nggak mungkin.” Batin Rendy.
“Tiara suka sama aku?”
Mendadak jantung Rendy berdegup tidak karuan. Tiara bercerita detil di halaman terakhir diary-nya ini setelah dua hari Rendy berangkat ke Jakarta, tepat sehari sebelum kecelakaan itu. Tiba-tiba rasa sedih menyergap hati Rendy, membuat cowok itu memohon kepasrahannya___ “Tuhan aku mohon kembalikan Tiara.” Permohonan konyol itu tak akan pernah terwujud. Tiara tak akan pernah kembali.
Rendy menangis dalam diam, menggenggam diary dengan rasa kehilangan. Tiara sudah pergi… pergi dengan membawa sepenggal rasa yang sejujurnya bisa dirasakannya. Rendy menyesal, tak sempat mengungkapkannya sebelum gadis itu pergi. Bahwa dirinya pun memiliki rasa yang sama dengan apa yang dirasakan Tiara. Dan kini… yang ada hanya penyesalan…
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar