Chapter 2
Surat Alvian
Uh, Aira teringat lagi dengan wajah Alvian. Wajah itu diam-diam mencuri hatinya.
Aira menemukan sepucuk surat berwarna merah muda yang terselip di buku diarinya. Surat itu sudah kelihatan buram. Sejak kepergian Aira meninggalkan kota Yogyakarta. Alvian mengembalikan buku diari Aira yang dipinjamnya.
Aira Larasati,
Mungkin aku sangat merindukanmu. Aku pasti sangat kesepian, dan sendiri. Dan mungkin kepergianmu akan menambah luka di hatiku. Betapa aku sangat menyayangimu. Aku sangat mengaggumimu. Tahukah kamu... aku sangat mencintaimu!
Alvian Erlangga
Aira mendekap surat itu sambil menerawang jauh. Benarkah Alvian mencintainya? Aira tersenyum sambil terus terlayang pada lamunan yang jauh. Hatinya berbunga-bunga. Aira membuka gorden merah muda berbunga indah. Ia membuka sedikit jendela kamarnya. Dimana dulu ia sering mengintai Alvian dari ventalasi itu. Memperhatikan Alvian tak jemu-jemu. Dan kini ia ingin melihat sosok Alvian yang tumbuh dewasa. Mungkin Alvian begitu tampan dan berwibawa. Dengan bentuk tubuh yang porposional serta otot yang kuat. Belum lagi wajahnya yang sangat menggemaskan kaum hawa.
Hm, Aira tersenyum tipis. Kemudian senyum itu berubah kecut. Rumah Alvian kelihatan sepi. "Kemana Alvian?" batinnya.
"Aira..." Sebuah suara menyapanya. Membuyarkan lamunannya untuk sesaat. Aira berpaling dengan perlahan. Menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
"Mama...." serunya sambil beringsut memeluk Mama. "Aira kangen banget, Ma."
"Kenapa nggak telepon Mama dulu sih, biar dijemput."
"Aira mau buat kejutan, Ma."
"Mm, dasar kamu. Yah, sudah, kamu mandi dulu. Mama tunggu di ruang tamu, ya?"
Aira mengangguk seraya melepaskan rengkuhannya. Kemudian meraih handuk di gantungan. Dan menuju kamar mandi.
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar