Selasa, 12 Januari 2010

Ketika Cinta Mulai Hadir (2)

Chapter 2
Daniel Julian


Daniel Julian bersenandung lirih sambil sesekali tangannya merapikan baju-baju yang bergantungan di butiknya. Kerjanya dalam dunia wanita menyebabkan perwatakannya agak sedikit lembut. Dia memang cerewet, apalagi menyakut orang-orang disekelilingnya yang tidak up to date dalam fashion. Kerjanya sedikit terhenti ketika tiba-tiba asistennya Niken memanggil.

“Boss, ada telepon dari Maminya nih. Mau terima nggak?”

“Ok! Bawa sini telponnya.”

“Hallo Mi…” Sapa Daniel setelah gagang telepon berpindah tangan.

“Ya ampun, Daniel!! Kenapa HP Daniel nggak aktif, hah? Aduhhh, Daniel mau bikin Mami jadi stress ya? Kapan Daniel mau mulai masuk kantor? Aduh, Mami udah capek ditanyain Papi Daniel terus, Daniel nggak kasihan apa sama Papi? Papi Daniel itu sudah tua, sudah waktunya istirahat Daniel…” Ibu Nirmala Lestari (Mami Daniel) tidak henti-hentinya berbicara.

Daniel menelan ludah, “Aduh gimana nih… gawat…” Daniel menepuk dahinya. Memang dulu Daniel pernah berjanji akan menggantikan posisi papinya di kantor, tapi itu hanya sekedar untuk menyenangkan hati kedua orang tuanya. Tidak disangka pula mereka kini menuntut janjinya.

“Eee... Mami kasih Daniel waktu lagi deh? Daniel minta seminggu aja gimana? Daniel janji deh, minggu depan Daniel bakalan masuk kantor.” Daniel memohon ke Maminya.

“Nggak, Mami nggak setuju, Daniel itu nggak bisa dipercaya. Daniel bilang minggu depan, minggu depannya lagi, sampe entar sebulan… pokoknya nggak. Mami mau, Daniel besok sudah masuk kantor. Nggak ada alasan lagi…” Dengan tegas Ibu Nirmala memberi perintah.

“Tapi... Mi...”

“Nggak ada tapi-tapian, peduli amat dengan butik Daniel itu? Daniel tahu nggak butik itu pekerjaan wanita, tidak sesuai untuk Daniel, Daniel itu kan anak laki-laki.” Memang dari dulu Ibu Nirmala tidak pernah setuju dengan minat anak lelakinya itu tapi apa boleh buat. Ia tidak bisa menghalangi keinginan anaknya, tapi sekarang ia harus tegas.

“Ya ok, oklah ... Mi” jawab Daniel lesu, akhirnya ia mengalah juga.

Ibu Nirmala tersenyum di ujung telepon, lega kali ini Daniel mau mengikut kehendaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar