Kamis, 07 Januari 2010

Maaf Terakhir (9)

Chapter 9
Perjalanan Ke Rumah Tasya


Surat bersampul biru yang diberikan Tasya untuknya dibolak-balik, lalu diselipkannya ke dalam Agenda berwarna coklat miliknya. Alarm di Hpnya di setting pada pukul 5 pagi.

Badan Indra disandarkannya kembali pada sofa yang menghadap TV yang dibiarakannya menyala sejak tadi.

”Eh, Tasya nggak telpon Mamanya dulu apa?” Tiba-tiba terbesit pertanyaan itu di dalam hati Indra.

”Ehm... Tasya kan udah gede, dia pasti tahu apa yang harus dia lakukan.” Pertanyaan itu dijawab oleh hatinya sendiri.

Mata Indra tertuju pada layar TV tetapi pikirannya melayang-layang memikirkan Tasya. Matanya mulai terasa pedih karena mengantuk. Diambilnya remote TV dan dimatikannya. Satu persatu lampu pun dimatikan.

Suasana di dalam rumah menjadi gelap. Indra membuka pintu kamarnya dan menghempaskan badannya ke tempat tidur. HP diletakkannya di atas meja di sebelah tempat tidurnya. Mata mulai dipejamkannya... mimpi-mimpi merangkak menjelajahi setiap ruang bawah sadarnya.

Tit tittt... tit titttt... tit tittttt...

Alarm Hpnya telah berbunyi. Tepat jam 5 pagi, suaranya yang nyaring memecahkan kesunyian yang terdengar jelas di telinga Indra. Waktu begitu cepat berlalu.

Teringat janjinya dengan Tasya, Indra bergegas bangun. Walaupun matanya belum terbuka sempurna. Dinginnya pagi bukanlah penghalang Indra untuk ke kamar mandi. 15 menit sudah cukup untuk mandi membersihkan diri. Tidak dihiraukannya badannya yang menggigil, hingga menimbulkan bunyi gemeretuk dari gigi atas dan bawah.

Sudah waktunya berkemas. Dengan menggerak-gerakan jarinya Indra mengira-ira berapa banyak baju yang harus dibawanya. Kadang-kadang rencana hanya untuk sehari bisa berlanjut sampai berhari-hari jika mau bertemu dengan orang tersayang. Baju, celana, sikat gigi, parfum... semuanya dimasukkan dan disusun dalam Travel bagnya. Persiapan untuk 3 hari.

Indra lalu mengambil kunci mobil dan memanaskan mesin mobilnya.

”Opps, hampir aja lupa.” Diambilnya agenda berwarna coklat dan dibukanya untuk memastikan surat bersampul biru yang diberikan Tasya untuknya tidak tercecer. Karena baginya surat itu salah satu bukti cintanya pada Tasya. Karena surat ini, Indra harus menepati janjinya pada Tasya.

Satu-persatu barang bawaannya dimasukkannya dalam bagasi mobil. Suara mesin mobil miliknya memecahkan kesunyian pagi yang dingin.

Jam pada mobilnya menunjukkan pukul 7 pagi. Mobilnya kini telah keluar dari perumahannya. Dilajukannya kendaraannya dengan kecepatan standar. Tangan kirinya mencari channel di radio mencari lagu yang bisa menemaninya dalam perjalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar