Kamis, 07 Januari 2010

Maaf Terakhir (11)

Chapter 11
Dimana Tasya???


Hati Indra mulai merasa tidak enak. Suara beberapa orang membaca surat yasin terdengar dari kamar Tasya. Indra melangkah masuk diikuti Om Marvel-Papa Tasya. Om Marvel mendahuluinya ke kamar.

Kebanyakan tamu yang hadir berwajah sendu dan tidak sempat menyapa. Tidak terlepas juga dari suara isakan.

Dengan mata yang merah dan bengkak, Beby-adik tasya menghampirinya dan langsung memeluk Indra.

”Beb... Ada apa Beb???”

Calon adik iparnya itu terdiam, kerongkongannya bagaikan tersekat sesuatu.

”Tante Melati mana??”

”Ada di dalam..”

”Tasya udah pulang???”

”Sudah... jam 8 pagi tadi. Bang Indra kedalam aja. Semuanya ngumpul di dalam.

”Ada yang meninggal ya, Beb???”

Beby hanya tertunduk, tidak bisa menjawab apa-apa. Hanya airmatanya yang semakin deras mengalir dan beberapa tetes jatuh ke lantai.

”Temani Abang kedalam, Yuk.”

Indra masuk ke kamar Tasya. Diatas tempat tidurnya ada seseorang yang terbujur kaku ditutupi kain batik. Tante Melati-Mama Tasya dengan suara yang terisak-isak menyelesaikan bacaan yasin-nya yang masih terbuka di tangan.

Indra duduk di depan pintu, tidak mau mengganggu Tante Melati menyelesaikan bacaannya. Semua keluarga Tasya berkumpul di kamar itu.

”Semuanya ada. Tapi... dimana Tasya?? Ah nggak... nggak mungkin.” Batin Indra.

”Siapa yang meninggal, Tante???” Tiba-tiba dada Indra terasa sesak dan air matanya meleleh tak dapat dibendungnya lagi. Hatinya tidak rela jika harus membayangkan bahwa jenazah yang ada diatas tempat tidur itu adalah Tasya. Indra menoleh keluar kamar berharap dilihatnya sosok Tasya disana sedang menangisi seorang yang terbujur kaku diatas tempat tidur itu.

”Indra...”

Indra menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.

”Tante Melati.” Indra langsung menghampirinya dan mencium tangannya.

”Sabar ya Ndra, tabahkan hatimu. Semuanya ini kehendak Allah.” Tante Melati memeluk Indra sambil menepuk-nepuk punggungnya.

”Tante... Siapa yang meninggal???”

”Bukalah Ndra... Lihatlah untuk terakhir kali...”

Indra menghampiri tubuh yang diselimuti kain batik itu. Kedua tangannya membuka kain yang menutupi bagian kepalanya.

”Tasyaaaaa...”

Indra terduduk hingga bagian belakang kepalanya terbentur ke dinding. Bibirnya bergetar menahan tangis yang tak bisa dibendungnya lagi. Kemudian ia berdiri dan keluar kamar, berlari menuju mobilnya tanpa sepatah kata. Pintu mobil dibuka dan dihempaskannya tubuhnya di jok mobil.

Setelah pintu mobil ditutup, Indra menangis melampiaskan semua perasaannya yang tak dapat dijelaskannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar