Chapter 9
Gemintang Di Hatiku
Reyhan
Walau aku bukan gadis istimewa
Yang bahkan namanya pun tak pernah kau ingat
Tapi aku berharap bisa meninggalkan
Sesuatu yang berarti dalam kenanganmu
Sebab aku cinta padamu
(Aurelia Cempaka)
Sesuatu yang Istimewa
***
Melati menghela napas panjang. Dadanya berdebar. Setiap mengingat gadis dari Ferindo itu, ada rasa bersalah yang mengaduk-aduk hatinya. Kenapa harus keysha yang berkorban, dan membiarkan Marvel Andromedha memilih gadis yang bernama Melati Ananda ? Kenapa dia begitu bodoh mau melepas Marvel, dan membiarkan hatinya dirundung sunyi. Padahal saat itu dia tengah bergulat dengan penyakitnya. Apakah ini yang dinamakan takdir?
Melati menggigit bibir.
Semuanya seperti mimpi. Sekarang ia berada di hotel ini. Menempuh kembali jalan-jalan kenangan yang pernah dilaluinya bersama Marvel. Pandewa yang mempesona memang telah menggamangkan hatinya. Dia sendiri tidak tahu mengapa bisa kembali di tempat ini. Barangkali takdir mengharuskan dua hati bersatu. Seperti ikrarnya dengan Marvel di bawah hujan meteor dahulu.
Tapi setiap mengingat betapa sakitnya dua hati di pihak lain, maka rasa-rasanya ia rela tidak dipertemukan dan dipersatukan kembali dengan Marvel untuk selama-lamanya. Keysha dan Aditya, dua hati anak manusia yang dirapuhkan oleh cinta!
Sejenak ia kembali ragu menekan tuts nomor telepon yang akan menghubungkannya dengan telepon kabel di Istana Ferindo. Ia tidak yakin dapat membendung emosinya saat berbincang dengan salah satu keluarga Kerajaan Ferindo tersebut. Namun ia harus menerima kenyataan. Kalau ia menangis karena ketegaran Keysha, itu berarti Keysha memang lebih pantas menerima cinta Marvel. Kalaupun akhirnya ia yang memiliki Marvel, hal itu semata-mata karena takdir.
Ya, takdir yang telah ditentukan dari langit!
“May I speak with keysha?”
Sebuah prosedur yang ia maklumi sebagai protokoler sesaat setelah jemarinya dengan gesit menekan tombol nomor pada pesawat telepon. Dibayangkannya romantika yang akan mengharu-biru.
Suara seorang wanita di seberang sana menjawabi, membalas beberapa saat sebelum terdengar nada tunggu. Limabelas detik sebelum akhirnya gagang telepon terdengar diangkat.
“Hallo....”
“Halo, Keysha?!”
“Hai, Melati!”
“Keysha....”
“Apa kabar, Melati?”
“Ak-aku... ba-baik! Ka-kamu bagaimana?”
“Hm, baik. Cuma sedikit masalah pada kesehatan. Biasa.”
“Keysha, aku kangen sekali sama kamu!”
“Sama. Aku juga kangen sama kalian semua. Eh, kamu di mana?”
“Aku di Pandewa.”
“Hah?! Kamu di Pandewa?!”
“Iya. Ceritanya panjang....”
Keysah menyimak suara separuh tangis di speaker gagang telepon. Mendengar kata pandewa, seolah-olah ia tengah dibangunkan dari mimpinya yang panjang.
“Keysha....”
“Melati, kok kamu menangis sih?”
“Aku bahagia dapat ngobrol dengan kamu, Keysha.”
keysha tertawa. “Dasar bodoh. Hei, aku tidak mau pertemuan kita, meski hanya via kabel telepon ini, dibanjiri dengan airmata!”
Melati turut menderaikan tawa di antara sesenggukannya. “Tapi, aku bahagia sekali....”
“Aku juga. Hm, eh kamu belum menceritakan untuk apa ke Pandewa?”
“Pokoknya, ceritanya panjang. Keysha, kamu sekarang sudah sembuh beneran, kan?”
“Tentu saja. Kalau tidak, mana mungkin kamu dapat mendengar suaraku saat ini.”
“Syukurlah. Kami semua mengkhawatirkan-mu, Keysha.”
“Thanks. Berkat doa-doa kalian semua, aku berhasil menjalani operasi transplantasi sumsum tulang dengan lancar.”
“Ya, aku sudah tahu. Kak Indra sudah menceritakan pada kami semua di Beemart tempo hari.”
“Kak Indra masih sering mengontak aku via e-mail ke sini, kok. Kadang-kadang salah satu anggota Zinc 3 bergantian mengontakku.”
“Maksudmu, meneleponmu....”
“Ya, iyalah. Masa lewat telepati. Hahaha....”
Terdengar derai tawa di seberang.
Melati masih tertawa. Namun hatinya menangis. Sungguh, Keysha telah berkorban segalanya. Ia menggigit bibir. Besok lusa ia akan menikah dengan Marvel. Oh, pantaskah pemuda itu bersanding dengannya? Bukankah lebih baik jika ia saja yang berkorban, lalu membiarkan seorang Keysha bersama Marvel?
Sejenak ia menggeleng.
Sungguh, ia tidak tahu!
Gemintang Di Hatiku
Reyhan
Walau aku bukan gadis istimewa
Yang bahkan namanya pun tak pernah kau ingat
Tapi aku berharap bisa meninggalkan
Sesuatu yang berarti dalam kenanganmu
Sebab aku cinta padamu
(Aurelia Cempaka)
Sesuatu yang Istimewa
***
Melati menghela napas panjang. Dadanya berdebar. Setiap mengingat gadis dari Ferindo itu, ada rasa bersalah yang mengaduk-aduk hatinya. Kenapa harus keysha yang berkorban, dan membiarkan Marvel Andromedha memilih gadis yang bernama Melati Ananda ? Kenapa dia begitu bodoh mau melepas Marvel, dan membiarkan hatinya dirundung sunyi. Padahal saat itu dia tengah bergulat dengan penyakitnya. Apakah ini yang dinamakan takdir?
Melati menggigit bibir.
Semuanya seperti mimpi. Sekarang ia berada di hotel ini. Menempuh kembali jalan-jalan kenangan yang pernah dilaluinya bersama Marvel. Pandewa yang mempesona memang telah menggamangkan hatinya. Dia sendiri tidak tahu mengapa bisa kembali di tempat ini. Barangkali takdir mengharuskan dua hati bersatu. Seperti ikrarnya dengan Marvel di bawah hujan meteor dahulu.
Tapi setiap mengingat betapa sakitnya dua hati di pihak lain, maka rasa-rasanya ia rela tidak dipertemukan dan dipersatukan kembali dengan Marvel untuk selama-lamanya. Keysha dan Aditya, dua hati anak manusia yang dirapuhkan oleh cinta!
Sejenak ia kembali ragu menekan tuts nomor telepon yang akan menghubungkannya dengan telepon kabel di Istana Ferindo. Ia tidak yakin dapat membendung emosinya saat berbincang dengan salah satu keluarga Kerajaan Ferindo tersebut. Namun ia harus menerima kenyataan. Kalau ia menangis karena ketegaran Keysha, itu berarti Keysha memang lebih pantas menerima cinta Marvel. Kalaupun akhirnya ia yang memiliki Marvel, hal itu semata-mata karena takdir.
Ya, takdir yang telah ditentukan dari langit!
“May I speak with keysha?”
Sebuah prosedur yang ia maklumi sebagai protokoler sesaat setelah jemarinya dengan gesit menekan tombol nomor pada pesawat telepon. Dibayangkannya romantika yang akan mengharu-biru.
Suara seorang wanita di seberang sana menjawabi, membalas beberapa saat sebelum terdengar nada tunggu. Limabelas detik sebelum akhirnya gagang telepon terdengar diangkat.
“Hallo....”
“Halo, Keysha?!”
“Hai, Melati!”
“Keysha....”
“Apa kabar, Melati?”
“Ak-aku... ba-baik! Ka-kamu bagaimana?”
“Hm, baik. Cuma sedikit masalah pada kesehatan. Biasa.”
“Keysha, aku kangen sekali sama kamu!”
“Sama. Aku juga kangen sama kalian semua. Eh, kamu di mana?”
“Aku di Pandewa.”
“Hah?! Kamu di Pandewa?!”
“Iya. Ceritanya panjang....”
Keysah menyimak suara separuh tangis di speaker gagang telepon. Mendengar kata pandewa, seolah-olah ia tengah dibangunkan dari mimpinya yang panjang.
“Keysha....”
“Melati, kok kamu menangis sih?”
“Aku bahagia dapat ngobrol dengan kamu, Keysha.”
keysha tertawa. “Dasar bodoh. Hei, aku tidak mau pertemuan kita, meski hanya via kabel telepon ini, dibanjiri dengan airmata!”
Melati turut menderaikan tawa di antara sesenggukannya. “Tapi, aku bahagia sekali....”
“Aku juga. Hm, eh kamu belum menceritakan untuk apa ke Pandewa?”
“Pokoknya, ceritanya panjang. Keysha, kamu sekarang sudah sembuh beneran, kan?”
“Tentu saja. Kalau tidak, mana mungkin kamu dapat mendengar suaraku saat ini.”
“Syukurlah. Kami semua mengkhawatirkan-mu, Keysha.”
“Thanks. Berkat doa-doa kalian semua, aku berhasil menjalani operasi transplantasi sumsum tulang dengan lancar.”
“Ya, aku sudah tahu. Kak Indra sudah menceritakan pada kami semua di Beemart tempo hari.”
“Kak Indra masih sering mengontak aku via e-mail ke sini, kok. Kadang-kadang salah satu anggota Zinc 3 bergantian mengontakku.”
“Maksudmu, meneleponmu....”
“Ya, iyalah. Masa lewat telepati. Hahaha....”
Terdengar derai tawa di seberang.
Melati masih tertawa. Namun hatinya menangis. Sungguh, Keysha telah berkorban segalanya. Ia menggigit bibir. Besok lusa ia akan menikah dengan Marvel. Oh, pantaskah pemuda itu bersanding dengannya? Bukankah lebih baik jika ia saja yang berkorban, lalu membiarkan seorang Keysha bersama Marvel?
Sejenak ia menggeleng.
Sungguh, ia tidak tahu!
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar