Chapter 4
Biarkan Waktu Yang Menjawabnya
Ketika pulang sekolah, Kamila langsung lari ke toko buku tempat ia janjian dengan Dimas.
Lima belas menit ia menunggu.
Akankah Dimas benar-benar muncul seperti janjinya?
Buk!
Sebuah pukulan kecil dengan buku mengenai punggung Kamila. Kamila menengok. Dimas!!!!
“Hai, udah lama nunggu?” Dimas menebarkan senyum manisnya yang sangat memukau bagi Kamila….
“Aduh, usil banget sih. Gue kaget….” Hati Kamila panas dingin nggak karuan.
“Sorry….”
“Ada apa? Kayaknya penting?”
Dimas tersenyum.
“Nggak papa kok… cuman pengen ketemu aja….”
Ah, hati Kamila terbang setinggi langit.
Hingga siang terasa begitu sempit.
“Mil….” Tiba-tiba Dimas menatap Kamila dengan tajam. Kamila salah tingkah. Pipinya merah. Tatapan Dimas begitu dalam.
“Ada yang mau gue omongin sama lo….”
“Apa sih?” Tanya Kamila. Entah kenpa, jantung Kamila berdebam keras. Suasana terasa sangat romantis baginya. Apa kira-kira yang akan Dimas katakan padanya?
Tapi Dimas terdiam.
Dimas nggak bicara apa-apa kecuali hanya diam seribu bahasa. Menatap lembut Kamila.
Keduanya akhirnya terdiam.
“Kita pulang aja?” Tanya Dimas.
Kamila mengangguk.
“Gue anter?”
Kamila menggeleng.
“Nggak usah. Gue bisa sendiri….” Ah, itulah Kamila. Selalu aja gengsi untuk berkata “iya” akan semua tawaran Dimas.
“Bener? Ati-ati ya? Makasih udah mau datang…. Sekedar lihat wajah elo, gue udah bahagia. Lo cantik, smart… Lo ikut pemilihan miss-miss-an pasti bakalan menang….”
“Pemilihan bintang misteri gunung berapi maksudnya?” Kamila mencoba ngocol. Dimas tersenyum.
Kaku sekali keduanya bertatatapan.
Yang jelas, keduanya berjalan dengan saling berbeda arah.
Tapi tahukah kita tentang cinta?
Cinta itu memang misteri yang tidak dapat terpecahkan oleh siapa pun. Andai Kamila tahu, sebenarnya pertemuan tadi, Dimas ingin mengatakan pada Kamila, bahwa ia sangat mencintai Kamila. Andai mungkin Dimas lebih memilih Kamila daripada Stella. Tapi Dimas mencoba tetap setia pada komitmennya dengan Stella.
Berhari-hari Dimas kepikiran sosok Kamila yang di mata Dimas sangat mandiri dan smart.
Dimas hanya ingin Kamila tahu bahwa ia, sangat mencintai Kamila.
Walau Dimas tahu, saat ini keduanya nggak mungkin bisa bersatu….
Tapi ternyata hari itu mulut Dimas terasa terkunci.
Ia tak mampu mengutarakan isi hatinya.
Sama persis seperti yang dirasakan Kamila.
Ketika ia hanya ingin ucapkan, Dimas I love U, itu juga sangat berat baginya.
Dalam hati Dimas berkata, andai Kamila tahu betapa ia merasa kurang nyaman dengan Stella karena Stella bukan cewek idamannya. Stella bener-bener seperti kucing anggora yang hanya suka dandan dan sangat manja. Sementara cewek idaman Dimas adalah cewek yang mandiri dan nggak manja-manja amat.
Sementara Kamila sangat suka cowok yang energik, nggak males, care dengan dia. Dan semua itu nggak pernah ia dapetin dari Andhika yang terlalu asyik dengan dirinya sendiri.
Tapi keduanya mencoba bertahan, menjaga komitmen masing-masing yang sudah terbangun terlebih dahulu.
Tanpa diucapkan secara langsung melalui kata-kata, keduanya memiliki sikap yang sama.
Mencoba setia dengan apa yang sudah dijalani. Mengorbankan perasaan dan rasa cinta yang lebih kuat tercipta.
Andai keduanya tahu saat itu keduanya sama-sama dalam konflik batin yang amat dalam….
Ingin menyatukan cinta dalam satu kebersamaan, namun dipupuskan agar tidak menyakiti hubungan yang sudah lebih dahulu terbangun….
“Mil… lo satu-satunya cewek di hati gue yang sudah menempati kisi batin gue yang paling dalam. Belum ada yang menggantikan, Mil…. Sahabat cewek gue banyak, tapi lo adalah yang terbaik bagi gue….” Itu kata-kata yang terucap dari batin Dimas.
“Dimas, I love U… gue cinta elo dengan tulus…. Biarlah waktu yang mempertemukan kita, Dim….” Desah Kamila sambil mengusap airmata yang menetes di pipinya. Ia berjalan dalam alunan lagu Nidji, HAPUS AKU.
Kutuliskan kesedihan
Semua tak bisa kau ungkapkan
Dan kita kan bicara dengan hatiku
Buang semua puisi
Antara kita berdua
Kau bunuh dia sesuatu
Yang kusebut itu cinta
Yakinkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku
Sadarkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku….
(Nidji_Hapus Aku)
Sementara itu di rumahnya yang bergaya Timur Tengah, Syafa baru saja selesai sholat, masih pake mukena, berdoa dengan khusyu’ untuk sahabatnya, “Ya Allah, jika Dimas adalah yang terbaik bagi Kamila, fertemukan mereka dalam naungan cinta sejati-Mu….”
Dan Syafa pun juga tak kalah menangis, tergugu.
Kini masing-masing hanya mampu menunggu waktu….
Biarkan Waktu Yang Menjawabnya
Ketika pulang sekolah, Kamila langsung lari ke toko buku tempat ia janjian dengan Dimas.
Lima belas menit ia menunggu.
Akankah Dimas benar-benar muncul seperti janjinya?
Buk!
Sebuah pukulan kecil dengan buku mengenai punggung Kamila. Kamila menengok. Dimas!!!!
“Hai, udah lama nunggu?” Dimas menebarkan senyum manisnya yang sangat memukau bagi Kamila….
“Aduh, usil banget sih. Gue kaget….” Hati Kamila panas dingin nggak karuan.
“Sorry….”
“Ada apa? Kayaknya penting?”
Dimas tersenyum.
“Nggak papa kok… cuman pengen ketemu aja….”
Ah, hati Kamila terbang setinggi langit.
Hingga siang terasa begitu sempit.
“Mil….” Tiba-tiba Dimas menatap Kamila dengan tajam. Kamila salah tingkah. Pipinya merah. Tatapan Dimas begitu dalam.
“Ada yang mau gue omongin sama lo….”
“Apa sih?” Tanya Kamila. Entah kenpa, jantung Kamila berdebam keras. Suasana terasa sangat romantis baginya. Apa kira-kira yang akan Dimas katakan padanya?
Tapi Dimas terdiam.
Dimas nggak bicara apa-apa kecuali hanya diam seribu bahasa. Menatap lembut Kamila.
Keduanya akhirnya terdiam.
“Kita pulang aja?” Tanya Dimas.
Kamila mengangguk.
“Gue anter?”
Kamila menggeleng.
“Nggak usah. Gue bisa sendiri….” Ah, itulah Kamila. Selalu aja gengsi untuk berkata “iya” akan semua tawaran Dimas.
“Bener? Ati-ati ya? Makasih udah mau datang…. Sekedar lihat wajah elo, gue udah bahagia. Lo cantik, smart… Lo ikut pemilihan miss-miss-an pasti bakalan menang….”
“Pemilihan bintang misteri gunung berapi maksudnya?” Kamila mencoba ngocol. Dimas tersenyum.
Kaku sekali keduanya bertatatapan.
Yang jelas, keduanya berjalan dengan saling berbeda arah.
Tapi tahukah kita tentang cinta?
Cinta itu memang misteri yang tidak dapat terpecahkan oleh siapa pun. Andai Kamila tahu, sebenarnya pertemuan tadi, Dimas ingin mengatakan pada Kamila, bahwa ia sangat mencintai Kamila. Andai mungkin Dimas lebih memilih Kamila daripada Stella. Tapi Dimas mencoba tetap setia pada komitmennya dengan Stella.
Berhari-hari Dimas kepikiran sosok Kamila yang di mata Dimas sangat mandiri dan smart.
Dimas hanya ingin Kamila tahu bahwa ia, sangat mencintai Kamila.
Walau Dimas tahu, saat ini keduanya nggak mungkin bisa bersatu….
Tapi ternyata hari itu mulut Dimas terasa terkunci.
Ia tak mampu mengutarakan isi hatinya.
Sama persis seperti yang dirasakan Kamila.
Ketika ia hanya ingin ucapkan, Dimas I love U, itu juga sangat berat baginya.
Dalam hati Dimas berkata, andai Kamila tahu betapa ia merasa kurang nyaman dengan Stella karena Stella bukan cewek idamannya. Stella bener-bener seperti kucing anggora yang hanya suka dandan dan sangat manja. Sementara cewek idaman Dimas adalah cewek yang mandiri dan nggak manja-manja amat.
Sementara Kamila sangat suka cowok yang energik, nggak males, care dengan dia. Dan semua itu nggak pernah ia dapetin dari Andhika yang terlalu asyik dengan dirinya sendiri.
Tapi keduanya mencoba bertahan, menjaga komitmen masing-masing yang sudah terbangun terlebih dahulu.
Tanpa diucapkan secara langsung melalui kata-kata, keduanya memiliki sikap yang sama.
Mencoba setia dengan apa yang sudah dijalani. Mengorbankan perasaan dan rasa cinta yang lebih kuat tercipta.
Andai keduanya tahu saat itu keduanya sama-sama dalam konflik batin yang amat dalam….
Ingin menyatukan cinta dalam satu kebersamaan, namun dipupuskan agar tidak menyakiti hubungan yang sudah lebih dahulu terbangun….
“Mil… lo satu-satunya cewek di hati gue yang sudah menempati kisi batin gue yang paling dalam. Belum ada yang menggantikan, Mil…. Sahabat cewek gue banyak, tapi lo adalah yang terbaik bagi gue….” Itu kata-kata yang terucap dari batin Dimas.
“Dimas, I love U… gue cinta elo dengan tulus…. Biarlah waktu yang mempertemukan kita, Dim….” Desah Kamila sambil mengusap airmata yang menetes di pipinya. Ia berjalan dalam alunan lagu Nidji, HAPUS AKU.
Kutuliskan kesedihan
Semua tak bisa kau ungkapkan
Dan kita kan bicara dengan hatiku
Buang semua puisi
Antara kita berdua
Kau bunuh dia sesuatu
Yang kusebut itu cinta
Yakinkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku
Sadarkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku….
(Nidji_Hapus Aku)
Sementara itu di rumahnya yang bergaya Timur Tengah, Syafa baru saja selesai sholat, masih pake mukena, berdoa dengan khusyu’ untuk sahabatnya, “Ya Allah, jika Dimas adalah yang terbaik bagi Kamila, fertemukan mereka dalam naungan cinta sejati-Mu….”
Dan Syafa pun juga tak kalah menangis, tergugu.
Kini masing-masing hanya mampu menunggu waktu….
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar