Chapter 3
Cuma Mimpi
Oh God, cowok itu datang lagi. Nadila memekik histeris dan langsung menutup buku-bukunya dan tersenyum menyambut Ryan yang makin hari tambah keren di matanya.
“Hai Ryan,” sapa Nadila.
Cowok itu menoleh cepat. “Hai juga!”
Nadila memandang cowok itu dengan mata berbinar bak ribuan lampu. “Pesta dansanya gimana? Katanya mau ngajak aku, kapan dong?” tanyanya mengingatkan ajakan yang belum diucapkan Ryan kemarin.
“Pesta dansa?” tanya balik Ryan.
Nadila mengangguk pelan. “Pesta dansa berpasang-pasangan, dengan baju yang seksi,” ujar Nadila masih dengan senyumnya, melihat Ryan masih heran, Nadila melayangkan beberapa kali kibasan tangannya di depan wajah Ryan, dengan harapan Ryan tahu bahwa dia tak akan menolak ajakan Ryan.
“Oh… itu!? Ya ampun… gue lupa!” Ryan tampak baru mengerti. Ryan meneliti Nadila dari ujung kepala hingga sepatunya. Cewek berpenampilan aneh ini ge-er, gak nyambung, pikirnya. Cewek yang sehari-hari tenggelam di perpustakaan dengan rambut di kepang, kaos kaki belang-belang, wajahnya hitam banyak jerawat, bentuk pipinya yang menonjol, matanya yang seperti tak berkelopak… ah, kasihan.
“Kamu mau tahu siapa yang aku ajak?” Ryan tak ingin mengasihani cewek ini, percuma pikirnya.
Nadila mengangguk senang, matanya kian besar membola. Tentu saja kamu akan mengajakku kan sayang, aku tahu dari sorot matamu yang terpesona melihatku. Ayo katakan sayang, bisik hatinya tak sabar. Saat yang kutunggu-tunggu telah tiba, Nadila merasa tubuhnya mulai berkeringat, butiran besar-besar segede jagung hingga membasahi kemejanya. Ah... bahagianya aku….
“Aku akan mengajak Nayshila.”
Deg! Wajah Nadila langsung menegang dan bibirnya yang tebal membuka. Apa dia bilang? Tanya hati Nadila ragu. Ah pasti aku salah dengar, dia pasti tadi bilang Nadila.
“N-A-D-I-L-A?” ujar Nadila membenarkan.
Ryan menggeleng.
“Bukan kamu, tapi Nayshila, memang namanya mirip nama kamu?” Lalu Ryan menoleh keluar.
“Nah itu dia anaknya, akan kukenalkan sama kamu ya? Dil!” Ryan bergegas keluar.
Nadila merasa kepalanya pening, matanya kunang-kunang, darah rendahnya tiba-tiba kumat pula. Angan-angan indahnya langsung hancur berderai. Jantungnya terasa ditikam belati. Dia tiba-tiba melihat pangerannya digandeng seorang gadis cantik, tersenyum padanya.
Dan….
Brrruukkk!!!
Ryan masuk kembali.
“Nadila, kenalkan ini Nayshila,” ujar Ryan seraya menggandeng Nayshila, tapi seketika senyumnya menghilang.
“Lho mana dia? Kok menghilang tiba-tiba?” Ryan dan Nayshila mencari-cari.
“Siapa sih Ryan, cewek yang sering di sini?”
“Iya.”
“Ngapain kamu tiba-tiba perhatian sama dia, si kutu buku itu aneh, gak suka gaul sama anak-anak.”
“Tapi dia baik kok, dia ngerti banyak tentang buku.”
“Udah deh, kita pergi yuk, lagian perpustakaan ini katanya serem.” Nayshila cepat menarik tangan Ryan keluar.
Nadila tengah pingsan di lantai di bawah meja yang sering didudukinya. Tapi di dalam pingsannya, Nadila sedang digandeng Ryan menuju tempat pesta. Dia akan berdansa bersama Ryan malam ini.
Cuma Mimpi
Oh God, cowok itu datang lagi. Nadila memekik histeris dan langsung menutup buku-bukunya dan tersenyum menyambut Ryan yang makin hari tambah keren di matanya.
“Hai Ryan,” sapa Nadila.
Cowok itu menoleh cepat. “Hai juga!”
Nadila memandang cowok itu dengan mata berbinar bak ribuan lampu. “Pesta dansanya gimana? Katanya mau ngajak aku, kapan dong?” tanyanya mengingatkan ajakan yang belum diucapkan Ryan kemarin.
“Pesta dansa?” tanya balik Ryan.
Nadila mengangguk pelan. “Pesta dansa berpasang-pasangan, dengan baju yang seksi,” ujar Nadila masih dengan senyumnya, melihat Ryan masih heran, Nadila melayangkan beberapa kali kibasan tangannya di depan wajah Ryan, dengan harapan Ryan tahu bahwa dia tak akan menolak ajakan Ryan.
“Oh… itu!? Ya ampun… gue lupa!” Ryan tampak baru mengerti. Ryan meneliti Nadila dari ujung kepala hingga sepatunya. Cewek berpenampilan aneh ini ge-er, gak nyambung, pikirnya. Cewek yang sehari-hari tenggelam di perpustakaan dengan rambut di kepang, kaos kaki belang-belang, wajahnya hitam banyak jerawat, bentuk pipinya yang menonjol, matanya yang seperti tak berkelopak… ah, kasihan.
“Kamu mau tahu siapa yang aku ajak?” Ryan tak ingin mengasihani cewek ini, percuma pikirnya.
Nadila mengangguk senang, matanya kian besar membola. Tentu saja kamu akan mengajakku kan sayang, aku tahu dari sorot matamu yang terpesona melihatku. Ayo katakan sayang, bisik hatinya tak sabar. Saat yang kutunggu-tunggu telah tiba, Nadila merasa tubuhnya mulai berkeringat, butiran besar-besar segede jagung hingga membasahi kemejanya. Ah... bahagianya aku….
“Aku akan mengajak Nayshila.”
Deg! Wajah Nadila langsung menegang dan bibirnya yang tebal membuka. Apa dia bilang? Tanya hati Nadila ragu. Ah pasti aku salah dengar, dia pasti tadi bilang Nadila.
“N-A-D-I-L-A?” ujar Nadila membenarkan.
Ryan menggeleng.
“Bukan kamu, tapi Nayshila, memang namanya mirip nama kamu?” Lalu Ryan menoleh keluar.
“Nah itu dia anaknya, akan kukenalkan sama kamu ya? Dil!” Ryan bergegas keluar.
Nadila merasa kepalanya pening, matanya kunang-kunang, darah rendahnya tiba-tiba kumat pula. Angan-angan indahnya langsung hancur berderai. Jantungnya terasa ditikam belati. Dia tiba-tiba melihat pangerannya digandeng seorang gadis cantik, tersenyum padanya.
Dan….
Brrruukkk!!!
Ryan masuk kembali.
“Nadila, kenalkan ini Nayshila,” ujar Ryan seraya menggandeng Nayshila, tapi seketika senyumnya menghilang.
“Lho mana dia? Kok menghilang tiba-tiba?” Ryan dan Nayshila mencari-cari.
“Siapa sih Ryan, cewek yang sering di sini?”
“Iya.”
“Ngapain kamu tiba-tiba perhatian sama dia, si kutu buku itu aneh, gak suka gaul sama anak-anak.”
“Tapi dia baik kok, dia ngerti banyak tentang buku.”
“Udah deh, kita pergi yuk, lagian perpustakaan ini katanya serem.” Nayshila cepat menarik tangan Ryan keluar.
Nadila tengah pingsan di lantai di bawah meja yang sering didudukinya. Tapi di dalam pingsannya, Nadila sedang digandeng Ryan menuju tempat pesta. Dia akan berdansa bersama Ryan malam ini.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar