Kamis, 27 Mei 2010

Lelaki Fatamorgana (2)

Chapter 2
Biarkan Waktu Menjadi Saksi


Suatu pagi, aku dan kak Rossa, kakak sepanti, duduk di beranda belakang. Kami ngobrol – ngobrol. Obrolan tentang kerinduan pada sosok yang telah menjadi bagian dari nyawa kami sebenarnya.

“….kakak nggak pernah berniat menemui orang tua kakak?” tanyaku

“Aku capek Clara, capek untuk berharap.”

“Maksud kakak?”

“Setiap malam.., di malam – malam yang sunyi kakak selalu menangis menahan kerinduan ini. Ribuan bait puisi rasanya kini telah sumbang Ra, jika hanya kakak saja yang terus – terusan merindukan mereka, ini tidak adil.” Ucap Kak Rossa, seolah memberontak pada kenyataan yang ada.

Aku dan Kak Rossa, adalah bagian kecil dari ribuan anak yang lainnya, yang tinggal disini. Yach, setiap malam, di malam – malam yang kelabu, kami hanya bisa menunggu sang waktu untuk memberikan sedikit saja kesempatan dari harapan – harapan sederhana lain.

Kenyataan memang tak seindah mimpi – mimpi yang berganyut di fatamorgana. Kenyataan selalu mengiris luka, menyayat hati dan memupuk kerinduan.

Time will be the witness…

Aku hanya bisa menunggu sampai waktu menjadi saksi akan kenyataan di hari esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar