Chapter 4
Kelas I B
Dengan enggan kulangkahkan kaki meninggalkan kelas, setelah sebelumnya mengucapkan kata-kata pada anak-anak di kelas itu, “Maaf, sepertinya kalian belum beruntung bisa jadi teman sekelas saya! Gak usah kecewa ya!”
“Huuuuuuu…!!!” seru mereka semua nyaris bersamaan, membuat kelas menjadi gaduh. Aku memutuskan untuk selekasnya angkat kaki sebelum mereka melempariku dengan apa saja!
Nico langsung tertawa ngakak begitu melihat aku diantar oleh pria berkemeja – yang belakangan baru kutahu bernama Pak Burhan, berkerja di bagian administrasi SMU Tunas Bangsa itu –ke kelasnya, kelas I B. Dia melambaikan tangannya ke arahku. Aku berjalan menghampirinya.
“Nggak jadi sekelas sama Shafira nih?”
Aku hanya tersenyum meringis. “Masih kosong?” Aku menunjuk bangku di sebelahnya.
“Ada yang nempatin. Tapi hari ini lagi nggak masuk. Namanya Chirex.”
“Apa?” tanyaku, “Cireng? Kayak nama makanan aja…”
“Chirex! Chirex!” ulang Nico keki, “Nama sebenernya sih AliansyahSugito.”
“Kalo meja belakang?” Aku menunjuk meja kosong di belakang bangku Nico.
“Kosong. Baru kemaren penghuninya mati dibunuh.”
“Hah, yang bener lo?!”
“Tuh, mayatnya masih terkapar di situ!” telunjuknya mengarah ke kolong meja belakangnya. Ada seekor kecoa terkapar tak bernyawa.
“Ah, gue kira beneran…”
“Woi, anak baru!” teriak salah seorang penghuni kelas itu. “Kenalin dong nama lo!”
Aku langsung angkat kaki ke depan kelas. Mempersembahkan senyum termanis pada teman-teman baruku itu.
“Oke, tenang ya semuanya. Kalian siapin aja kertas sama pulpennya. Nanti gue tanda tanganin!”
Suiiing… puluhan pulpen bercampur dengan pinsil melayang ke arahku.
Kelas I B
Dengan enggan kulangkahkan kaki meninggalkan kelas, setelah sebelumnya mengucapkan kata-kata pada anak-anak di kelas itu, “Maaf, sepertinya kalian belum beruntung bisa jadi teman sekelas saya! Gak usah kecewa ya!”
“Huuuuuuu…!!!” seru mereka semua nyaris bersamaan, membuat kelas menjadi gaduh. Aku memutuskan untuk selekasnya angkat kaki sebelum mereka melempariku dengan apa saja!
Nico langsung tertawa ngakak begitu melihat aku diantar oleh pria berkemeja – yang belakangan baru kutahu bernama Pak Burhan, berkerja di bagian administrasi SMU Tunas Bangsa itu –ke kelasnya, kelas I B. Dia melambaikan tangannya ke arahku. Aku berjalan menghampirinya.
“Nggak jadi sekelas sama Shafira nih?”
Aku hanya tersenyum meringis. “Masih kosong?” Aku menunjuk bangku di sebelahnya.
“Ada yang nempatin. Tapi hari ini lagi nggak masuk. Namanya Chirex.”
“Apa?” tanyaku, “Cireng? Kayak nama makanan aja…”
“Chirex! Chirex!” ulang Nico keki, “Nama sebenernya sih AliansyahSugito.”
“Kalo meja belakang?” Aku menunjuk meja kosong di belakang bangku Nico.
“Kosong. Baru kemaren penghuninya mati dibunuh.”
“Hah, yang bener lo?!”
“Tuh, mayatnya masih terkapar di situ!” telunjuknya mengarah ke kolong meja belakangnya. Ada seekor kecoa terkapar tak bernyawa.
“Ah, gue kira beneran…”
“Woi, anak baru!” teriak salah seorang penghuni kelas itu. “Kenalin dong nama lo!”
Aku langsung angkat kaki ke depan kelas. Mempersembahkan senyum termanis pada teman-teman baruku itu.
“Oke, tenang ya semuanya. Kalian siapin aja kertas sama pulpennya. Nanti gue tanda tanganin!”
Suiiing… puluhan pulpen bercampur dengan pinsil melayang ke arahku.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar