Kamis, 27 Mei 2010

Darah Di Bibir (2)

Chapter 2
Sebuah Permintaan


Tiara memarkir mobilnya lalu mengangkat ponselnya yang nyaring mengejutkan lamunannya, dan membuat dahinya mengernyit.

“Baru sampai rumah udah telepon. Ada apa Non, sudah kangenkah padaku?” Sambut Tiara sambil tersenyum.

“Cepet banget? Kami masih di tol Ra.”

“Jalanan sepi jadi cepet.”

“Ngebut lagi pasti.”

“Udah nggak usah dibahas, ada apa?”

“Tadi lupa, boleh kupinjam buku kumpulan puisimu?”

“Ah, sudah lama itu Liv. Kuno.”

“Tapi aku masih ingat, puisimu banyak yang indah.”

“Jangan lebay deh.”

“Pinjam ya?”

“Sudah kusimpan di atas lemari.”

“Tega banget kamu Ra, aku pingin kasih puisi untuk Reza.”

“Lemari paling atas Non, kalau aku jatuh gimana?”

“Kamu sayang aku dan Reza juga kan?”

“Oke deh.”

Tiara menutup ponselnya, memasuki rumah sambil menghapus air matanya. Diambilnya tangga lipat dan segera dipanjatnya lemari buku berwarna hitam pekat itu, lalu tangannya gemetar meraih buku yang dicarinya di rak teratas.

Prang,,,!!!

Tiba-tiba badannya hilang keseimbangan dan melayang ke belakang, menimpa meja kaca yang terletak di depan lemari. Darah menggenang di sekitar tubuhnya, semakin menggenang. Dan hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar