Kamis, 07 Januari 2010

Sketsa Ungu Keping Hati (1)

Chapter 1
Jangan Pulang, Melati!

Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan untuk mencegahnya? Syafa mengeluh putus asa. Diawasinya kesibukan yang tengah berlangsung di hadapannya dengan wajah bingung. Tak tahu dengan kalimat macam apa lagi yang harus ia keluarkan sebagai bujukan.

Akibat menyusuri setiap jengkal lantai marmer di supermarket dan seperti hendak merontokkan segenap sendi-sendinya belum pula lagi hilang. Grasa-grusu di dapur di bawah sana pun pasti masih sementara dijalankan secara diam-diam. Itu semua bagian dari rencana yang mereka rancang penuh semangat empat lima sejak seminggu yang lalu. Sebuah pesta surprise yang diyakini pasti akan berjalan semarak. Tapi kalau yang bersangkutan sendiri tiba-tiba hendak melarikan diri....

“Apa sih yang ngebuat lo buru-buru mau pulang kaya’ dikejar setan gini?” Tanya Syafa kemudian dengan pikiran kacau.

Sekejap Melati tertegun mendengarnya. Tangannya yang semula bergerak lincah mengemasi barang-barang terhenti mendadak di udara. Hanya sekejap. Lantas senyumnya terukir sumbang. Tanpa kata dilanjutkannya kegiatannya.

Syafa mendekatinya. “Mel,”

“Lo denger nggak, sih?” Tanyanya.

“Denger.”

“Kalau gitu tolong jawab dong!”

Melati membalik badan. Mata sayunya menatap lurus.

“Gue harus ngomong apa, Syafa? Lo pasti sudah tahu jawaban gue. Sama seperti tujuan lo kalau lo pulang, begitu juga tujuan gue sekarang!”

Syafa tercenung dengan sebaris kalimat yang belum sempat tercetus. Dipandanginya gadis itu yang berusaha aktif di dalam riak tenang.

Melati membasahi bibirnya yang mendadak terasa kering. “Gue kangen sama orang-orang rumah!” Kalimat terakhir Melati melantun dalam getar yang samar. Tak teraba oleh siapa pun. Juga oleh seorang Syafa.

“Tapi, apa nggak bisa ditunda?” Seakan melihat peluang, gadis itu bertanya cepat.

“Pulanglah dalam waktu dua-tiga hari lagi. Jangan sekarang.”

“Hei, sejak kapan lo berubah jadi nenek bawel begitu, Syafa manis?” Tawa lirih Melati menguap.

“Gue mau pulang sekarang. Lagian kalau gue mau pulang sekarang atau besok nggak akan ngerugiin siapa-siapa, kan?”

“Justru sangat merugikan!” Syafa berteriak gemas dalam hati. Dibayangkannya lembar-lembar rupiah yang melayang deras dari kasir Supermarket Permai Jaya tadi. Semua itu untuk Melati. Untuk pesta ulang tahun yang ingin dirayakan semeriah mungkin.

Oh, apa kata Andromedha Marvel Rivai alias Marvel kalau kejutan yang ingin dipersembahkannya buat gadis tersayang ini harus gagal total hanya karena ketidakbecusannya mencegah agar Melati jangan pulang?!

“Nah, semua siap sekarang!”

Oh, tidak. Jangan!

Syafa tiba-tiba dilanda kepanikan. Tanpa 'ba-bi-bu' ia berbalik dan bergegas turun menyusuri tangga. Ia nyaris tersuruk jatuh, tapi bayangan kekecewaan Marvel berikut pelototan mata kawan-kawan yang bakal diterimanya membuatnya seakan punya tenaga ekstra. Secapat yang ia bisa tubuhnya melesat ke dapur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar