Kamis, 07 Januari 2010

Malam Sejuta Bintang (5)

Chapter 5

Legenda Taman Century Flower




Taman Century Flower

Suatu ketika dalam tembang kuno

Saat langit Pandewa melembayung

Menyimpan legenda tentang Kisah Cinta Sejati

Tahta suci sang cinta

Karya agung dari surga

Ketika sayapku mengepak

Hendak menggapai impian

Merpatiku tak pernah datang

Menyepikan aku dalam diam

Dan hanya menyisakan sebait lara di hati

Marvel Andromedha

Mohon wujudkan impianku yang terdalam

kebahagianmu dengan Melati

Adalah liuk lafazku

Sehingga bilangan hari yang membentang

Tak akan memaparkan kenangan berdebu



(Aditya Permadi)

Legenda Taman Century Flower



***



Pandewa masih menghadirkan kenangan yang sama. Jalan-jalan kenangan, setahun yang lalu, tetap menyuguhkan keindahan natural tak berbanding. Di sini, setahun lalu, dua hati yang bertaut telah dipisahkan oleh takdir. Malapetaka legenda cincin meteor seolah menyaput kebahagiaan mereka berdua. Kecelakaan mobil di jalan protokol Taman Century Flower akhirnya menghadirkan serangkain kisah miris. Pemuda itu amnesia. Melupakan semua kenangan yang telah dirajut melalui serangkain kisah semanis madu dan segetir empedu.



Lalu lahirlah kisah baru. Awal pertemuannya dengan putri kerajaan dari Ferindo yang hidup melanglang buana dari satu negeri ke negeri lainnya, Keysha.



“Kamu belum menjawab ajakanku, Melati!”



Gadis itu tersenyum. Pemuda itu belum berubah. Sifatnya yang keras kepala telah membuka ingatan dalam memori kepalanya. Universitas Indo Power menyimpan banyak kenangan dalam sepenggal romantika hidupnya. Di sana ada Zinc 4 yang selalu ia antipati dan ia teriaki dengan kata: ‘Genk Borju Bodohyang kurang kerjaan’. Ada pamflet peringatan You'll Be Dead bertanda Zinc 4. Ada Rendy Pratama (Rendy) yang kocak. Ada Helenia Tiara Azizah (Helen) sahabat karibnya yang berkhianat. Ada dosen yang lembek. Ada Beby Galia Putri (Beby) yang sering pamer kekayaan. Dan seribu kenangan lainnya yang tak terlupa.



“Perlukah aku jawab?”



“Tentu saja!”



“Hei, kamu masih saja keras kepala.”



“Tentu saja. Kalau tidak keras kepala, bukan Marvel Andromedha namanya.”



“Dasar bodoh! Aku tidak suka Marvel. Tapi, aku suka Virgo!”



Marvel menderaikan tawanya. Melati mengiringi tawa pemuda berlesung pipi itu.



“Virgo milik Keysha,” kata Marvel setelah meredakan tawanya.



“Kamu jangan serakah memiliki dua-duanya, Virgo dan Marvel.”



Sontak senyum mungil itu menguncup. Uraian kalimat bernada gurau itu telah menohok hatinya. Ada rasa sakit bila mengingat semua itu. Kurang lebih setahun lamanya ia meniti jalan penantian itu. Menunggu sampai Sang Kekasih pulih dari amnesia. Sebuah prahara trauma otak yang menimpa pemuda itu telah merampas kebahagiaanya. Merebut orang terkasih dari sisinya.



“Dia....”



Seperti menyadari dirinya telah mewarnai pertemuan mereka dengan lara, Marvel secepat mungkin mengubah topik pembicaraan. Ia tahu ucapannya barusan telah menyakiti hati gadis berambut panjang yang sangat dicintainya itu.



“Dia sudah kembali ke Ferindo. Sekarang dia pasti sudah dipaksa berlaku menjadi Tuan Putri lagi....”



“Kasihan Keysha....”



“Melati....”



“Maaf....”



“Ka-kamu ti-tidak apa-apa....”



Gadis itu mengangguk, mencoba menyembulkan senyum menutupi galau hatinya. Namun yang dapat ia lakukan adalah menggigit bibir. Kepura-puraan menjadi hal naif. Selamanya ia tidak pernah dapat menutupi perasaannya.



“Maafkan aku, Marvel. Mungkin....”



“Jangan berpikir macam-macam lagi, Melati. Kamu terlalu lelah.”



Melati mengangguk. Selayaknya ia memang tidak patut memaparkan kenangan lama di dalam area sakral Taman Century Flower ini. Toh semuanya telah berlalu. Seharusnya ia merenda harapan, menjelang hari-hari baru yang telah ditawarkan oleh Marvel kepadanya. Bukannya kisah suram yang memenggal romantika cintanya dulu.



Semilir angin yang menelusup melalui pohon-pohon rindang di Taman Century Flower sudah menusuk-nusuk kulit dengan dinginnya yang menggigit. Marvel kembali memeluk tubuh gadisnya. Atas nama cinta dia dan Melati hadir di sini. Sebuah tempat legenda keabadian cinta. Entahlah. Ia tidak terlalu meyakini hal itu. Yang pasti ia telah berikrar untuk senantiasa mencintai gadisnya. Gadis yang telah dipampas dari hari-harinya melalui sebuah musibah kecelakaan yang menyebabkannya amnesia.



Ranting-rantin dan bunga-bunga indah hadapan mereka tertiup angin seolah melambai-lambai ke arah mereka ketika dua sejoli itu melangkah keluar. Barangkali turut merasakan kebahagiaan pertemuan dan pertautan dua hati yang telah lama dipangkas oleh sang waktu.



***



Sudah nyaris dinihari. Tapi ketiga pemuda itu enggan beranjak dari cafe. Bukan hal yang gampang untuk dapat berkumpul bersama seperti sekarang. Reuni Zinc 4 minus Marvel namun plus Kak Indra memang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Semua personel Zinc 4 memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Marvel masih berusaha mendapatkan cintanya yang hilang. Reyhan Wijaya (Reyhan) saat ini terlalu disibuki dengan urusan kantor perusahaan ayahnya, Dan tetap percaya bahwa Aurelia Cempaka (Aurel) adalah cinta sejatinya. Aditya Permadi masih mencari nafkah dan identitas dirinya di Jepang. Sementara Andhika Kusuma (Dhika) masih berusaha membangun kehidupannya bersama Syafa Kirana (Syafa) sehingga nyaris tidak punya banyak waktu untuk berkumpul bersama teman-temannya lagi.



Namun untung Kak Indra membuka sebuah cafe kecil di Beemart. Jadi jika senggang, mereka akan bertemu di cafe Kak Indra yang baru, Indra's Cafe. Sejak kepergian Keysha ke Ferindo, Kak Indra tidak memiliki sahabat paling setia lagi. Ia merasa sangat kesepian. Untuk itulah ia berinisiatif untuk membuka sebuah cafe kecil agar dapat memiliki kegiatan di waktu-waktu luangnya yang banyak. Di samping itu, ia juga hendak menyatukan Zinc 4 kembali di dalam sebuah tempat berkumpul. Dengan berbekal modal selama bekerja sebagai petani kebun anggur di Pandewa, Kak Indra pun menyewa sebuah rumah dan ditata menjadi cafe yang menjual aneka hidangan serta minuman.



Dan seperti malam ini, Kak Indra kembali menemani personel Zinc 4. Minum seperti biasa sembari bersenda gurau mengusir kepenatan setelah bekerja seharian.



“Ayo kita bersulang untuk kebahagian pertemuan Marvel dan Melati di Pandewa!” kata Kak Indra, mengangkat gelas yang berisi minuman soda tinggi-tinggi.



Sertamerta ketiga personel Zinc 4 menyambut toast yang ditawarkan Kak Indra.

“Ya, untuk kebahagiaan Marvel dan Melati!”



Terdengar gelas berdenting di udara. Keempat pria itu minum setelah bersulang. Tidak ada kecemasan dalam hari-hari mereka lagi. Marvel sudah sembuh dari amnesia. Melati juga sudah mendapatkan kembali cintanya yang sempat hilang. Dan Keysha telah kembali ke Ferindo setelah berhasil dengan selamat menjalani operasi transplantasi sumsum tulang.



Setahun mereka diliputi kecemasan. Solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi di antara personel Zinc 4 membuat mereka peduli, dan berusaha menyelesaikan semua masalah yang melanda salah satu personel Zinc 4. Siapa pun dan seberat apapun masalahnya. Sekarang mereka merasa lega, dan dapat berkumpul lagi tanpa dibebani oleh masalah.



Ada dering ponsel terdengar. Aditya meredakan tawanya. Dikeluarkannya Blackberry dari saku celananya. Dilihatnya layar di ponselnya. Dan kontan tersenyum ketika identitas sang penelepon tercantum di sana .



“Hei, dari Marvel!” jeritnya pelan sembari memperlihatkan ponselnya ke arah sahabat-sahabatnya.



Reyhan mengulum senyum, berlipat tangan seperti biasa setelah membetulkan letak kacamatanya yang sedikit turun dari pangkal hidung. Dhika mengacak-acak rambutnya. Sementara itu Kak Indra mengangguk-angguk dan membolakan matanya dengan gaya lugunya. Semuanya tampak gembira, seolah-olah dapat merasakan kebahagiaan Marvel dan Melati di Pandewa.



“Hm, rupanya Marvel memang sangat beruntung. Baru saja kita membicarakan dia, tahu-tahu dia menelepon. Dasar anak mujur!” tutur Dhika, mengomentari deringan pada ponsel Aditya.



“Halo, Marvel. Apa kabar?”



“Baik. Eh, Aditya, kamu di mana?”



“Saat ini aku bersama Reyhan dan Dhika di cafenya Kak Indra. Kak Indra juga sedang menemani kami, kok. Hei, kamu belum menceritakan sesuatu kepada kami. Bagaimana hubunganmu dengan Melati di sana?”



“Everything is ok! Aditya, aku harap kamu beserta Reyhan dan Dhika dapat berangkat ke Pandewa secepatnya. Kalau bisa besok pagi. Ajak pacar-pacar mereka sekalian kemari.”



“Wait, wait, Marvel! Untuk apa kami ke Pandewa? Hei, kami tidak mau mengganggu acara happy ending-mu dengan Melati!”



“Tapi, kali ini ada hal penting yang harus kalian saksikan. Aditya, aku tidak mau dianggap tidak setia kawan, dan melupakan kalian begitu saja ketika sudah senang.”



“Ada apa, sih?”



Suara Marvel di seberang sana terdengar menjerit girang sampai-sampai kedua sahabat sejatinya, Dhika dan Reyhan dapat mendengarkan dari jarak cukup jauh.



“I WILL MARRY MELATI THE DAY AFTER TOMORROW!”



Aditya terlongong. Reyhan dan Dhika seperti tersentak dari kursi. Suara yang terdengar dari speaker ponsel Aditya seperti menghipnotis mereka. Tidak sedikit pun pernah terlintas dalam benak kalau pertemuan dua hati tersebut akan ditutup dengan ikatan sakral perkawinan.



“Aditya, kamu masih mendengarkan aku tidak?!”



Aditya mematung. Ponselnya masih menempel di daun telinga kanannya. Tapi tak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibirnya. Hatinya giris. Gadis mungil berambut panjang itu pernah menjadi bagian dari hidupnya. Banyak kenangan yang tertoreh saat bersamanya. Tapi ia telah mengikhlaskan segalanya saat mengetahui hanya Marvel-lah yang dapat membahagiakan hati gadis itu. Dan atas nama cinta, ia mengorbankan diri untuk mengalah. Mundur dari kompetisi merebut hati Melati. Membiarkan Marvel - salah satu sahabat terbaiknya, memasuki kehidupan Melati.



'Ada apa lagi?! Pertandingan itu sudah usai, Aditya. Kamulah pemenangnya!'



'Tidak, tidak! Pertandingan itu belum usai! Kamu harus berani dan fair melanjutkan pertandingan itu, Marvel!'



Sepenggal kenangan lama menguak di memori benaknya. Ia memang sengaja mengalah. Mengalah demi kebahagiaan Melati. Gadis yang sesungguhnya paling dicintainya!

Dan selalu saja menutupi kekecewaan hatinya dengan tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar