Chapter 2
Kejiwaan Liby
Sementara itu di dalam rumah, Mama Liby sedang memperhatikan anaknya yang sedang duduk di bangku halaman dari balik jendela. Tidak lama kemudian anak sulungnya, Abel menghampirinya.
“Ma, apa tidak sebaiknya kita membawa Liby ke Rumah Sakit lagi. Sepertinya penyakit Liby kambuh lagi.” Kata Abel.
“Kambuh gimana? Menurut Mama, Liby sudah lebih baik dari sebelumnya. Dia tidak pernah mengamuk lagi seperti dulu.”
“Tapi apa Mama tidak lihat? Dari tadi Liby tertawa dan tersenyum sendiri. Berarti dia belum sembuh, dia perlu perawatan khusus dari orang yang lebih berpengalaman.”
“Cukup Abel! Mama harus bilang berapa kali ke kamu, adikmu itu tidak gila, dia hanya belum bisa menerima kenyataan bahwa pacarnya sudah meninggal. Dia hanya perlu kasih sayang dan kesabaran kita sebagai kelurganya untuk menyadarkannya. Bukan dengan cara tinggal di rumah sakit yang dipenuhi oleh orang-orang tidak waras itu.”
Mama pun pergi ke kamarnya dan langsung mengunci pintu kamar tersebut. Abel tahu, pasti kini Mamanya sedang menangis di dalam kamar. Keluarga ini benar-benar sudah kacau. Adiknya, Liby, sering berhalusinasi bertemu pacarnya yang sudah meninggal. Mama juga tidak ingin menerima kenyataan bahwa Liby itu sakit. Sakit mental. Abel kesal dengan semua keadaan ini. Saat ini, Abel menjadi satu-satunya cowok di rumah ini semenjak Papanya meninggal. Dia harus menjaga keluarga ini dengan baik. Tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Abel hanya dapat menghela nafas.
Aku pernah dengar kalau cinta itu gila
Tapi aku baru tahu kalau cinta itu…
Benar-benar bisa membuat orang jadi gila……
(Abel Narendra)
Kejiwaan Liby
Sementara itu di dalam rumah, Mama Liby sedang memperhatikan anaknya yang sedang duduk di bangku halaman dari balik jendela. Tidak lama kemudian anak sulungnya, Abel menghampirinya.
“Ma, apa tidak sebaiknya kita membawa Liby ke Rumah Sakit lagi. Sepertinya penyakit Liby kambuh lagi.” Kata Abel.
“Kambuh gimana? Menurut Mama, Liby sudah lebih baik dari sebelumnya. Dia tidak pernah mengamuk lagi seperti dulu.”
“Tapi apa Mama tidak lihat? Dari tadi Liby tertawa dan tersenyum sendiri. Berarti dia belum sembuh, dia perlu perawatan khusus dari orang yang lebih berpengalaman.”
“Cukup Abel! Mama harus bilang berapa kali ke kamu, adikmu itu tidak gila, dia hanya belum bisa menerima kenyataan bahwa pacarnya sudah meninggal. Dia hanya perlu kasih sayang dan kesabaran kita sebagai kelurganya untuk menyadarkannya. Bukan dengan cara tinggal di rumah sakit yang dipenuhi oleh orang-orang tidak waras itu.”
Mama pun pergi ke kamarnya dan langsung mengunci pintu kamar tersebut. Abel tahu, pasti kini Mamanya sedang menangis di dalam kamar. Keluarga ini benar-benar sudah kacau. Adiknya, Liby, sering berhalusinasi bertemu pacarnya yang sudah meninggal. Mama juga tidak ingin menerima kenyataan bahwa Liby itu sakit. Sakit mental. Abel kesal dengan semua keadaan ini. Saat ini, Abel menjadi satu-satunya cowok di rumah ini semenjak Papanya meninggal. Dia harus menjaga keluarga ini dengan baik. Tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Abel hanya dapat menghela nafas.
Aku pernah dengar kalau cinta itu gila
Tapi aku baru tahu kalau cinta itu…
Benar-benar bisa membuat orang jadi gila……
(Abel Narendra)
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar