Chapter 4
Ancaman Keysha
Berita kedekatan Dimas dan Aleeya ternyata tidak bisa ditutup-tutupi. Mungkin karena Dimas adalah sosok yang terkenal di kampus. Atau mungkin karena kabar ini ada sangkut pautnya dengan Aleeya, gadis yang tidak diperhitungkan di kampus. Anak-anak kampus menjadi penasaran karena selama ini nama Aleeya hampir tidak pernah disebut-sebut dalam pembicaraan di antara mahasiswa maupun dosen. Cewek seperti apa yang bisa menahan perhatian cowok yang menjadi rebutan gadis-gadis kampus. Begitulah mungkin pertanyaan yang kini beredar dari mulut ke mulut. Akhirnya, Aleeya pun kini banyak dicari orang.
Hanya Aleeya yang tidak mengetahui jika namanya kini jadi bahan pembicaraan di kampus. Hingga suatu hari, saat dia menunggu kehadiran Dimas di perpustakaan, datanglah seorang gadis cantik menghampirinya.
“Namamu Aleeya, kan? Kamu sedang menunggu kedatangan Dimas, ya?” tanya gadis cantik itu to the point, tanpa basa basi dulu.
Ditanya demikian, Aleeya langsung kaget dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Iya,” jawab Aleeya lirih tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
“Aku Keysha, pacar Dimas. Terus terang saja, aku ke sini hanya ingin mengatakan bahwa gosip kedekatanmu dengan Dimas sangat mengganggu diriku, juga hubunganku dengan Dimas. Jadi nggak usah berpanjang lebar lagi, aku ingin kamu menjauhi Dimas. Lagi pula tidak ada yang bisa kamu harapkan dari Dimas. Dimas tidak mungkin jatuh cinta dengan gadis macam kamu. Jangan menyalahartikan perhatian Dimas.”
Gadis bernama Keysha itu berkata-kata dengan ketus dan sinis. Setelah menyelesaikan kalimatnya yang sedikit mengandung ancaman, ia langsung berbalik pergi meninggalkan Aleeya yang terbengong-bengong.
Bagai disambar petir di siang bolong Aleeya mendengar perkataan Keysha. Keysha pacar Dimas? Yah, mengapa selama ini ia tidak berpikir tentang pacar Dimas. Tapi, bukankah selama ini tidak ada yang tahu, Aleeya dan Dimas sering bertemu? Ah, Dimas… mana mungkin cowok sekeren dia belum punya pacar. Mengapa selama ini ia tidak menanyakan siapa pacar Dimas.
Mengapa selama ini ia hanyut oleh perhatian Dimas. Hampir saja aku menjadi pungguk merindukan bulan. Bodohnya aku. Begitu pikiran yang berkecamuk di otak Aleeya.
Lihatlah betapa berbedanya Aleeya dan Keysha. Keysha begitu cantik dengan kulit putih dan rambut pajangnya yang lurus berkilau. Tubuhnya tinggi semampai. Penampilannya seksi dan trendi. Anggun dan indah dipandang mata. Lalu Aleeya? Ah bagai bumi dan langit. Aleeya tidak ada apa-apanya dibandingkan Keysha.
“Heh, kok melamun sih bukannya baca buku.” Tiba-tiba Dimas sudah berada di hadapan Aleeya.
“Maaf aku harus pergi. Ada kuliah,” kata Aleeya sambil bergegas membereskan buku-bukunya di meja.
“Lho, hari ini kamu sudah nggak ada kuliah lagi, kan?” tanya Dimas yang hafal jadwal kuliah Aleeya.
“Pokoknya, aku harus pergi,” buru-buru Aleeya menjawabnya. Ia lalu beranjak pergi, namun baru selangkah kakinya terhenti dan kembali berbalik ke arah Dimas.
“Mulai sekarang kita tidak usah bertemu lagi. Please, jangan temui aku lagi di perpustakaan,” pinta Aleeya dengan sorot mata yang terluka.
“Tapi kenapa? Apa yang terjadi? Aleeya… Aleeya… jangan pergi dulu. Tunggu!” kejar Dimas berusaha menghadang langkah Aleeya. Tiba-tiba sebuah tangan halus mencengkeram lengannya menahannya untuk tidak berlari mengejar Aleeya.
“Keysha?! Ngapain kamu di sini?”
“Aku mencarimu. Ternyata benar gosip yang beredar. Diam-diam kamu sering menemui Aleeya di perpustakaan ini, ya. Buat apa, sih? Apa menariknya gadis itu?” Keysha memberondong Dimas yang menjadi salah tingkah. Namun dengan cepat Dimas menguasai keadaan.
“Apa yang kamu katakan pada Aleeya? Kamu tidak berhak menyakiti gadis itu. Dan bukan urusanmu lagi aku berteman dengan siapa. Kita sudah putus. Ingat itu!” Dimas berkata tegas.
“Tapi aku tidak rela kamu mencari gantiku dengan gadis semacam dia.”
“Ah, sudahlah. Aku tidak mau bertengkar lagi denganmu. Dan ingat ya jangan sekali lagi menemui Aleeya.”
Dimas pergi mengejar Aleeya. Keysha yang ditinggalkannya hanya tertegun kemudian menangis. Mengapa Dimas tertarik dengan Aleeya? Kenapa bukan gadis lain yang lebih cantik dariku? Pertanyaan itu sekali lagi mengganggunya. Keysha merasa terhina.
Setelah kejadian itu Aleeya bagai ditelan bumi. Berkali-kali Dimas bolak balik ke perpustakaan, tapi tak dijumpainya gadis itu. Dimas tidak tahu harus ke mana mencari tahu keberadaan Aleeya. Teman kuliahnya tak banyak yang mengenalnya. Alamat rumahnya, Dimas tak pernah punya karena Aleeya tak perah memberikannya. Apalagi nomor teleponnya. Satu-satunya tempat yang diharapkan bertemu dengan Aleeya adalah perpusatakaan. Hampir setiap hari Dimas duduk di bangku yang biasa diduduki Aleeya sembari berharap gadis itu muncul. Tapi hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu, Aleeya tak juga muncul. “Ah, Aleeya... di mana kamu? Aku akan tetap menunggumu di perpustakaan ini. Aku ingin menjelaskan sesuatu.... Tentang perasaanku.”
Ancaman Keysha
Berita kedekatan Dimas dan Aleeya ternyata tidak bisa ditutup-tutupi. Mungkin karena Dimas adalah sosok yang terkenal di kampus. Atau mungkin karena kabar ini ada sangkut pautnya dengan Aleeya, gadis yang tidak diperhitungkan di kampus. Anak-anak kampus menjadi penasaran karena selama ini nama Aleeya hampir tidak pernah disebut-sebut dalam pembicaraan di antara mahasiswa maupun dosen. Cewek seperti apa yang bisa menahan perhatian cowok yang menjadi rebutan gadis-gadis kampus. Begitulah mungkin pertanyaan yang kini beredar dari mulut ke mulut. Akhirnya, Aleeya pun kini banyak dicari orang.
Hanya Aleeya yang tidak mengetahui jika namanya kini jadi bahan pembicaraan di kampus. Hingga suatu hari, saat dia menunggu kehadiran Dimas di perpustakaan, datanglah seorang gadis cantik menghampirinya.
“Namamu Aleeya, kan? Kamu sedang menunggu kedatangan Dimas, ya?” tanya gadis cantik itu to the point, tanpa basa basi dulu.
Ditanya demikian, Aleeya langsung kaget dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Iya,” jawab Aleeya lirih tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
“Aku Keysha, pacar Dimas. Terus terang saja, aku ke sini hanya ingin mengatakan bahwa gosip kedekatanmu dengan Dimas sangat mengganggu diriku, juga hubunganku dengan Dimas. Jadi nggak usah berpanjang lebar lagi, aku ingin kamu menjauhi Dimas. Lagi pula tidak ada yang bisa kamu harapkan dari Dimas. Dimas tidak mungkin jatuh cinta dengan gadis macam kamu. Jangan menyalahartikan perhatian Dimas.”
Gadis bernama Keysha itu berkata-kata dengan ketus dan sinis. Setelah menyelesaikan kalimatnya yang sedikit mengandung ancaman, ia langsung berbalik pergi meninggalkan Aleeya yang terbengong-bengong.
Bagai disambar petir di siang bolong Aleeya mendengar perkataan Keysha. Keysha pacar Dimas? Yah, mengapa selama ini ia tidak berpikir tentang pacar Dimas. Tapi, bukankah selama ini tidak ada yang tahu, Aleeya dan Dimas sering bertemu? Ah, Dimas… mana mungkin cowok sekeren dia belum punya pacar. Mengapa selama ini ia tidak menanyakan siapa pacar Dimas.
Mengapa selama ini ia hanyut oleh perhatian Dimas. Hampir saja aku menjadi pungguk merindukan bulan. Bodohnya aku. Begitu pikiran yang berkecamuk di otak Aleeya.
Lihatlah betapa berbedanya Aleeya dan Keysha. Keysha begitu cantik dengan kulit putih dan rambut pajangnya yang lurus berkilau. Tubuhnya tinggi semampai. Penampilannya seksi dan trendi. Anggun dan indah dipandang mata. Lalu Aleeya? Ah bagai bumi dan langit. Aleeya tidak ada apa-apanya dibandingkan Keysha.
“Heh, kok melamun sih bukannya baca buku.” Tiba-tiba Dimas sudah berada di hadapan Aleeya.
“Maaf aku harus pergi. Ada kuliah,” kata Aleeya sambil bergegas membereskan buku-bukunya di meja.
“Lho, hari ini kamu sudah nggak ada kuliah lagi, kan?” tanya Dimas yang hafal jadwal kuliah Aleeya.
“Pokoknya, aku harus pergi,” buru-buru Aleeya menjawabnya. Ia lalu beranjak pergi, namun baru selangkah kakinya terhenti dan kembali berbalik ke arah Dimas.
“Mulai sekarang kita tidak usah bertemu lagi. Please, jangan temui aku lagi di perpustakaan,” pinta Aleeya dengan sorot mata yang terluka.
“Tapi kenapa? Apa yang terjadi? Aleeya… Aleeya… jangan pergi dulu. Tunggu!” kejar Dimas berusaha menghadang langkah Aleeya. Tiba-tiba sebuah tangan halus mencengkeram lengannya menahannya untuk tidak berlari mengejar Aleeya.
“Keysha?! Ngapain kamu di sini?”
“Aku mencarimu. Ternyata benar gosip yang beredar. Diam-diam kamu sering menemui Aleeya di perpustakaan ini, ya. Buat apa, sih? Apa menariknya gadis itu?” Keysha memberondong Dimas yang menjadi salah tingkah. Namun dengan cepat Dimas menguasai keadaan.
“Apa yang kamu katakan pada Aleeya? Kamu tidak berhak menyakiti gadis itu. Dan bukan urusanmu lagi aku berteman dengan siapa. Kita sudah putus. Ingat itu!” Dimas berkata tegas.
“Tapi aku tidak rela kamu mencari gantiku dengan gadis semacam dia.”
“Ah, sudahlah. Aku tidak mau bertengkar lagi denganmu. Dan ingat ya jangan sekali lagi menemui Aleeya.”
Dimas pergi mengejar Aleeya. Keysha yang ditinggalkannya hanya tertegun kemudian menangis. Mengapa Dimas tertarik dengan Aleeya? Kenapa bukan gadis lain yang lebih cantik dariku? Pertanyaan itu sekali lagi mengganggunya. Keysha merasa terhina.
Setelah kejadian itu Aleeya bagai ditelan bumi. Berkali-kali Dimas bolak balik ke perpustakaan, tapi tak dijumpainya gadis itu. Dimas tidak tahu harus ke mana mencari tahu keberadaan Aleeya. Teman kuliahnya tak banyak yang mengenalnya. Alamat rumahnya, Dimas tak pernah punya karena Aleeya tak perah memberikannya. Apalagi nomor teleponnya. Satu-satunya tempat yang diharapkan bertemu dengan Aleeya adalah perpusatakaan. Hampir setiap hari Dimas duduk di bangku yang biasa diduduki Aleeya sembari berharap gadis itu muncul. Tapi hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu, Aleeya tak juga muncul. “Ah, Aleeya... di mana kamu? Aku akan tetap menunggumu di perpustakaan ini. Aku ingin menjelaskan sesuatu.... Tentang perasaanku.”
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar