Rabu, 10 Maret 2010

Tragedi Sebuah Cincin (3-End)

Chapter 3
Kepergian Alan


Aku merasakan ada air hangat menyentuh pergelangan tanganku. Kucoba membuka kelopak mataku yang terasa memberat. Perlahan, dan samar aku melihat bayangan sosok berlatar belakang serba putih. Aku mencoba membuka mataku lebih lebar. Aku melihat Tante Wulan — Mama Alan duduk di sisi pembaringanku. Aku berusaha mengeluarkan sepatah kata, namun rasa kantuk yang berat seakan menekan kelopak mataku.

"Dara... ini Mama," sapa sebuah suara yang sanggup aku dengar, dan suara itu seakan memberi kekuatan padaku sehingga aku bisa melihat dengan jelas orang-orang di sekitarku.

"Mama... Dara sekarang berada di mana?" tanyaku dengan suara serak.

"Sayang, istirahat saja ya?" jawab wanita setengah baya yang duduk di samping pembaringanku, seraya mencoba menyembunyikan airmatanya. Aku berusaha mengingat sedikit demi sedikit kejadian yang aku alami.

"Ma... di mana Alan?" tanyaku begitu kesadaranku sedikit demi sedikit kembali memulih. Tak ada jawaban yang terdengar. Kulihat Tante Wulan menghampiri sisi kanan pembaringanku, lalu mencium keningku. Tiba-tiba aku merasakan ada yang tidak beres.

"Tante, di mana Alan?!" tanyaku lirih. Aku tetap tidak mendengar jawaban dari mereka. Namun aku juga tidak berani menyimpulkan jawaban atas pertanyaanku sendiri. Tiba-tiba tatapanku tertumpu pada pakaian yang mereka kenakan. Hitam, dan berkerudung! Aku mencoba mencari jawaban dari mata sayu milik Mama. Yang tergambar hanyalah kedukaan. Aku hanya mendengar Mama berkata lirih dan memintaku bersabar menghadapi cobaan.

Ya, Tuhan!

Aku tak kuasa lagi menahan airmata yang menerobos keluar membasahi pipiku. Aku mencoba menyentuh cincin perak bermata kristal pemberian Alan yang masih menghias di jari manisku. Pening kembali menyerangku. Sesaat kemudian aku merasakan sekelilingku menjadi gelap.

Rinai hujan basahi aku
Temani sepi yang mengendap
Kala aku mengingatmu
Dan semua saat manis itu

Segala seperti mimpi
Kujalani hidup sendiri
Andai waktu berganti
Aku tetap tak ’kan berubah

Aku selalu bahagia
Saat hujan turun
Karna aku dapat mengenangmu
Untukku sendiri

Selalu ada cerita
Tersimpan dihatiku
Tentang kau dan hujan
Tentang cinta kita
Yang mengalir seperti air

Aku bisa tersenyum
Sepanjang hari
Karna hujan pernah menahanmu disini
Untukku

(Utopia-Hujan)



TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com
www.rainlovers86.blogspot.com
www.mininovel-lovers86.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar