Kamis, 11 Maret 2010

Lagi-Lagi Pergi (2)

Chapter 2
Danau Cinta


Aku bingung? Entah apa salahku pada Andra kekasihku. Akhir-akhir ini dia terus mencoba untuk menghindariku. Dia tak pernah sedikitpun mengerti akan perasaanku yang sudah hancur berkeping-keping karena sifatnya.

Andra, cowok yang terkenal playboy disekolah telah ku takhlukan hatinya dan diapun menjadi milikku. Semua teman-teman iri padaku. Andra yang berparas sangat tampan berjanji padaku bahwa dia akan mencintaiku hanya mencintaiku. Maka, dengan begitu titlenya sebagai playboy telah sirna ditelan singa.

Aku sangat percaya pada Andra, tapi Andra sudah tak pernah lagi memberiku perhatian yang lebih. Bahkan, dia tak menyapaku saat kami bertemu. Boro-boro menyapa, senyum aja nggak ada di mukanya. Bagiku, ini sangat menyakitkan.

Sebenarnya sudah berkali-kali rasa ingin selingkuh menyerubungi jiwaku. Tapi, cintaku pada Andra sangat besar sehingga rasa itu bias dengan mudah terhapus dari benakku. Bukan maksudku untuk sombong, tetapi walaupun begini, banyak juga cowok yang menaruh minat dan hati padaku. Walupun besar kemungkinan aku akan mendua, Andra masih acuh tak acuh padaku. Entah apa yang ada didalam pikirannya? Bahkan, terkadang aku ragu apa dia masih milikku.

Akhirnya dengan keberanian yang telah kukumpulkan menjadi satu, aku bisa menemui Andra dan membicarakan semuanya. Ketika itu Andra sedang latihan band dengan teman-temannya. Aku memasuki studio itu dengan perlahan dan sebelumnya kusempatkan untuk berdoa dan menarik nafas dalam-dalam.

Andra yang sedang bernyanyi sedikit kaget melihat kehadiranku yang tiba-tiba tanpa diundang. Tapi seperti biasa, dia acuh tak acuh terhadapku. Dan mungkin saja, dia menganggap aku tak ada saat itu. UUGGhh… sakit sekali rasanya dicuekin begitu. Dia itu cowok tanpa perasaan, Yah! Masa’, aku ceweknya sendiri diperlakukan seperti itu. Memang sebenarnya aku ini siapa dimatanya?!

Aku benar-benar sudah tak tahan lagi. Ini sudah benar-benar kelewatan. Tanpa sadar, aku sudah meneteskan air mata, sebutir demi sebutir yang akhirnya bisa membanjiri pipiku ini. “Andra!!! Kita PUTUSS….!!” tanpa sadar, kata putus pun aku lontarkan pada Andra dengan teriakan yang entah dia dengar atau tidak. Aku tak peduli. Aku sudah tak tahan lagi. Aku keluar dari ruangan itu dengan hati yang sangat pedih.

Brrakkk… kubanting pintu tanpa perasaan, aku lari tanpa tujuan. Dan ternyata semua orang memandangku dengan pandangan aneh penuh tanda tanya, tapi aku tak peduli pada mereka semua. Sama seperti mereka yang tak memperdulikanku. Akhirnya, aku sampai ditempat yang penuh akan kenanganku dengan Andra, yaitu ‘DANAU CINTA’. Entah apa nama sebenarnya dari danau itu. Yang jelas aku menamainya Danau Cinta. Itu semua karena disini, didanau ini satu tahun yang lalu telah dikunjungi seorang cewek dan cowok yang tak lain adalah aku dan Andra.

Didanau inilah pertama kali Andra menyatakan cinta padaku. Pernyataan cinta yang tak pernah kuduga akan diungkapkannya padaku. Sangat kurindu saat romantis yang mendebarkan itu. Aku menangis tersedu-sedu sendirian ditepi Danau Cinta. Sesaat aku melihat burung-burung angsa yang sedang mandi di Danau memandangku dengan waspada dan prihatin. Tanpa kusadari, Andra sudah berada tepat dibelakangku. Aku kaget dan tak percaya akan kehadirannya. Tetapi, saat itu aku hanya bisa memalingkan muka sambil cemberut.

Andra mendekatiku dan menatapku sambil tersenyum, dari ujung matanya. Jarak antara aku dengannya sungguh dekat, sampai-sampai mukaku terasa panas dan mulai berubah merah. Sekarang, aku tidak bisa mengelak lagi darinya. Pandangan matanya melemahkan otot-otot dalam tubuhku.

“Lifia…. Benarkah kamu minta putus?” tanyanya tiba-tiba. Aku hanya terdiam saja.

“Lifia… Aku ingin kamu jawab pertanyaanku tadi, jangan diam saja kalau kamu masih cinta sama aku!” lirih Andra membuatku sedikit iba dengan nada bicaranya yang memelas. Tapi aku masih sakit hati.

“Ndra…… Katakan padaku, kenapa akhir-akhir ini kamu pergi, pergi, dan pergi lagi menjauhiku!! Kamu udah lupa siapa aku?!!” bentakku kasar. Andra tampak sedih, aku nggak tahu apa masalahnya.

“Aku begitu karena… waktuku hidup didunia ini hanya tinggal seujung rambut!” desah Andra membuatku bingung.

“Maksud kamu?”

“Lif, aku kena kanker otak! Dan aku nggak mau kamu ikut sedih karena itu!” jelas Andra yang mulai menangis. Aku sedih, ternyata aku salah besar menilai Andra. Dia… dia… Oh, tuhan mungkinkah ini sebuah cobaan…???

“Maafkan aku, Ndra… Aku nggak tahu yang sebenarnya!” Hanya kata maaf yang bisa kuucapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar