Chapter 2
Akhir Kisah Cinta Angga
Keesokan harinya Angga melihat gadis itu lagi. Gadis itu duduk ditempat yang kemarin. Kali ini gadis itu tidak sedang menunduk sambil membaca buku lagi. Sekarang wajah gadis itu menghadap ke depan sambil sesekali menganggukkan kepalanya. Sepertinya ia sedang mendengarkan lagu karena di telinganya terlihat ada earphone yang terpasang. Angga mendekat, tapi kali ini ia tidak berdiri di samping gadis itu melainkan sedikit di depan gadis itu.
“Wah, kalau dilihat dari depan begini makin kelihatan cantiknya. Sayang dia pake kacamata. Coba kacamatanya dilepas pasti makin cantik”. Gumam Angga.
Begitulah, semenjak itu Angga tak bosan-bosannya menunggu kedatangan gadis itu. Walau hanya untuk memandangnya saja, Angga sudah merasa lebih dari cukup karena memang hanya itulah yang dapat ia lakukan. Angga merasa tidak cukup pantas untuk mengenal gadis itu lebih jauh. Senin sampai jumat jam 9 di bangku line 3 jurusan kota, hanya itulah yang ia tahu dari gadis itu. Angga tidak berani bertanya pada gadis itu siapa namanya, alamatnya, dll. Ia hanya berani menatapnya dari kejauhan.
Sudah hampir dua minggu Angga memandangi gadis itu di kejauhan hingga suatu hari Angga melihat gadis berkacamata itu tidak mengenakan kacamatanya. Tapi kali ini gadis itu menundukkan kepalanya sambil sesekali mengusapkan tisu ke matanya. Sepertinya gadis itu sedang menangis.
“Kenapa ya gadis itu menangis? Sepertinya sedih sekali. Sayang, padahal dia cantik kalau tidak pakai kacamata,tapi lebih cantik lagi kalo sambil tersenyum. Kenapa dia menangis ya?” Tanya Angga dalam hati. Angga mendekati gadis itu. Tapi ia cuma bisa berdiri di samping gadis itu tanpa bisa berbuat apapun untuk menghibur gadis itu. Ia tidak punya cukup keberanian untuk melakukan hal itu.
Semenjak hari itu, hari dimana Angga melihat gadis itu menangis, Ia tidak melihat gadis itu lagi di stasiun. Angga terlihat sedih dan tidak bersemangat untuk berjualan. Ia terus menerus memikirkan gadis itu. “Apa yang terjadi pada gadis itu ya? Apa terjadi sesuatu padanya? Apa dia sakit?” Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang selalu muncul di benaknya tanpa pernah ia tahu jawabannya.
Namun beberapa hari kemudian Angga kembali melihat gadis itu duduk di tempat biasa di stasiun. Tapi kini gadis itu tidak sendirian, di sampingnya duduk seorang pemuda yang tampan. Gadis itu berbincang dan bercanda dengan mesra dengan sang pemuda. Berbeda sekali dengan saat terakhir kali Angga melihatnya, kali ini senyum dan tawa tak henti-hentinya menghiasi wajah gadis itu.
Hati Angga hancur, namun ia turut bahagia untuk gadis itu karena setidaknya gadis itu dapat tersenyum kembali walau bukan karena dirinya…
Begitulah kisah cinta Angga berakhir walau tanpa pernah memulainya…….
Akhir Kisah Cinta Angga
Keesokan harinya Angga melihat gadis itu lagi. Gadis itu duduk ditempat yang kemarin. Kali ini gadis itu tidak sedang menunduk sambil membaca buku lagi. Sekarang wajah gadis itu menghadap ke depan sambil sesekali menganggukkan kepalanya. Sepertinya ia sedang mendengarkan lagu karena di telinganya terlihat ada earphone yang terpasang. Angga mendekat, tapi kali ini ia tidak berdiri di samping gadis itu melainkan sedikit di depan gadis itu.
“Wah, kalau dilihat dari depan begini makin kelihatan cantiknya. Sayang dia pake kacamata. Coba kacamatanya dilepas pasti makin cantik”. Gumam Angga.
Begitulah, semenjak itu Angga tak bosan-bosannya menunggu kedatangan gadis itu. Walau hanya untuk memandangnya saja, Angga sudah merasa lebih dari cukup karena memang hanya itulah yang dapat ia lakukan. Angga merasa tidak cukup pantas untuk mengenal gadis itu lebih jauh. Senin sampai jumat jam 9 di bangku line 3 jurusan kota, hanya itulah yang ia tahu dari gadis itu. Angga tidak berani bertanya pada gadis itu siapa namanya, alamatnya, dll. Ia hanya berani menatapnya dari kejauhan.
Sudah hampir dua minggu Angga memandangi gadis itu di kejauhan hingga suatu hari Angga melihat gadis berkacamata itu tidak mengenakan kacamatanya. Tapi kali ini gadis itu menundukkan kepalanya sambil sesekali mengusapkan tisu ke matanya. Sepertinya gadis itu sedang menangis.
“Kenapa ya gadis itu menangis? Sepertinya sedih sekali. Sayang, padahal dia cantik kalau tidak pakai kacamata,tapi lebih cantik lagi kalo sambil tersenyum. Kenapa dia menangis ya?” Tanya Angga dalam hati. Angga mendekati gadis itu. Tapi ia cuma bisa berdiri di samping gadis itu tanpa bisa berbuat apapun untuk menghibur gadis itu. Ia tidak punya cukup keberanian untuk melakukan hal itu.
Semenjak hari itu, hari dimana Angga melihat gadis itu menangis, Ia tidak melihat gadis itu lagi di stasiun. Angga terlihat sedih dan tidak bersemangat untuk berjualan. Ia terus menerus memikirkan gadis itu. “Apa yang terjadi pada gadis itu ya? Apa terjadi sesuatu padanya? Apa dia sakit?” Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang selalu muncul di benaknya tanpa pernah ia tahu jawabannya.
Namun beberapa hari kemudian Angga kembali melihat gadis itu duduk di tempat biasa di stasiun. Tapi kini gadis itu tidak sendirian, di sampingnya duduk seorang pemuda yang tampan. Gadis itu berbincang dan bercanda dengan mesra dengan sang pemuda. Berbeda sekali dengan saat terakhir kali Angga melihatnya, kali ini senyum dan tawa tak henti-hentinya menghiasi wajah gadis itu.
Hati Angga hancur, namun ia turut bahagia untuk gadis itu karena setidaknya gadis itu dapat tersenyum kembali walau bukan karena dirinya…
Begitulah kisah cinta Angga berakhir walau tanpa pernah memulainya…….
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar