Chapter 2
Diary Tania
Sebagai wanita tentu saja aku menginginkan pernikahan. Siapa sih yang nggak bahagia bila ada seorang lelaki yang dengan penuh keyakinan melamar kita dan menginginkan kita untuk menjadi istrinya. Seenak-enaknya tidak menikah masih enak menikah (lebih legal dan dilindungi hukum). Tak bisa aku pungkiri bahwa di sudut hatiku yang paling dalam aku iri banget dengan Bella. Betapa beruntungnya dia, tiga bulan lagi dia akan dipersunting oleh seorang laki-laki yang begitu mencintainya. Dia akan memasuki dunia baru. Sedangkan aku, status juga masih menggantung, entah sampai kapan…
”Maaf Tan, bukannya aku nggak mau menikahimu, tapi kita harus realistis, hidup itu nggak mudah butuh biaya, dan kita juga masih muda masih banyak hal yang bisa kita lakukan. Justu karena aku sayang kamu, makanya aku nggak mau membelenggumu dalam sebuah institusi bernama pernikahan. Aku pengen kita benar-benar siap. Menikah itu tidak mudah.” Kata Dira waktu itu saat aku tanya kapan hubungan kami diresmikan.
Heran sekali aku, padahal usia Dira dan Raka sama, 26 tahun, tapi mengapa mereka berdua memiliki pola pikir yang berbeda. Andai saja Dira seperti Raka.
Betapa beruntungnya engkau Bell, tidak seperti diriku…
***
Segitu banget sih Raka sama Bella. Khawatir banget. Padahal perginya juga bareng-bareng nggak sendiri dan itupun cewek semua. Khawatir banget sama Bella. Belum jadi suaminya aja udah Care banget.
Kenapa sih Bell, kamu selalu membuat aku iri sama kamu. Tahu nggak, aku juga pengen diperhatikan oleh orang yang aku cintai, tapi sampai detik ini itu tidak pernah aku dapatkan. Kenapa sih selalu Bella, Bella dan Bella.
Aku sebel banget sama kamu, Bell. Entah kenapa aku berharap agar pernikahanmu itu tidak akan pernah terjadi, mungkin aku jahat tapi aku tidak bisa menutupi rasa sakitku bila kau menikah, Bell.
Kenapa aku tidak bisa sepertimu sih. Mengapa Raka bisa suka dengan cewek seperti kamu yang cupu dan lugu. Dunia ini benar-benar membuat hatiku kesal. Kau musuh dalam selimutku, Bell. Ingat itu, aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu bahagia.
Bodoh banget dirimu yang tidak menyadari bahwa selama ini aku tidak pernah menyukaimu. Aku Cuma berpura-pura baik padamu. Bagiku, kamu adalah duri dalam daging.
Diary Tania
Sebagai wanita tentu saja aku menginginkan pernikahan. Siapa sih yang nggak bahagia bila ada seorang lelaki yang dengan penuh keyakinan melamar kita dan menginginkan kita untuk menjadi istrinya. Seenak-enaknya tidak menikah masih enak menikah (lebih legal dan dilindungi hukum). Tak bisa aku pungkiri bahwa di sudut hatiku yang paling dalam aku iri banget dengan Bella. Betapa beruntungnya dia, tiga bulan lagi dia akan dipersunting oleh seorang laki-laki yang begitu mencintainya. Dia akan memasuki dunia baru. Sedangkan aku, status juga masih menggantung, entah sampai kapan…
”Maaf Tan, bukannya aku nggak mau menikahimu, tapi kita harus realistis, hidup itu nggak mudah butuh biaya, dan kita juga masih muda masih banyak hal yang bisa kita lakukan. Justu karena aku sayang kamu, makanya aku nggak mau membelenggumu dalam sebuah institusi bernama pernikahan. Aku pengen kita benar-benar siap. Menikah itu tidak mudah.” Kata Dira waktu itu saat aku tanya kapan hubungan kami diresmikan.
Heran sekali aku, padahal usia Dira dan Raka sama, 26 tahun, tapi mengapa mereka berdua memiliki pola pikir yang berbeda. Andai saja Dira seperti Raka.
Betapa beruntungnya engkau Bell, tidak seperti diriku…
***
Segitu banget sih Raka sama Bella. Khawatir banget. Padahal perginya juga bareng-bareng nggak sendiri dan itupun cewek semua. Khawatir banget sama Bella. Belum jadi suaminya aja udah Care banget.
Kenapa sih Bell, kamu selalu membuat aku iri sama kamu. Tahu nggak, aku juga pengen diperhatikan oleh orang yang aku cintai, tapi sampai detik ini itu tidak pernah aku dapatkan. Kenapa sih selalu Bella, Bella dan Bella.
Aku sebel banget sama kamu, Bell. Entah kenapa aku berharap agar pernikahanmu itu tidak akan pernah terjadi, mungkin aku jahat tapi aku tidak bisa menutupi rasa sakitku bila kau menikah, Bell.
Kenapa aku tidak bisa sepertimu sih. Mengapa Raka bisa suka dengan cewek seperti kamu yang cupu dan lugu. Dunia ini benar-benar membuat hatiku kesal. Kau musuh dalam selimutku, Bell. Ingat itu, aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu bahagia.
Bodoh banget dirimu yang tidak menyadari bahwa selama ini aku tidak pernah menyukaimu. Aku Cuma berpura-pura baik padamu. Bagiku, kamu adalah duri dalam daging.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar