Chapter 2
Selamanya Cinta
Dewa mengamati permainan biola Yasmine. Tubuhnya ikut berayun mengikuti irama lagu yang sedang mengalun. ‘Selamanya cinta”, karya lagu yang begitu mengagumkan itu sudah puluhan kali dimainkan oleh Yasmine, namun demikian setiap melodinya masih terasa indah di telinga Dewa.
“Bagaimana?” tanya Yasmine setelah berhenti bermain, “Apakah terlalu cepat?”
“Aku pikir jauh lebih baik,“ sahut Dewa seraya mendekati Yasmine.
“Lagu ini indah sekali ya, lagu ini mengingatkan akan cinta yang tragis,“ jawab Dewa.
“Mengenal dirimu adalah anugerah Tuhan yang paling istimewa. Andai kau tau didalam sini aku mencintaimu”, bisik Dewa dalam hati.
“Dewa, aku ingin sekali permainan biolaku ini dapat menjadi popular, dan mungkin bila aku mengikuti lomba biola di Bandung aku dapat menjadi terkenal“, kata Yasmine tajam pada Dewa seolah berharap.
“Kenapa tidak mencobanya?” sahut Dewa.
“Kamu, kan tau sendiri, aku masih menjadi tulang punggung keluargaku sejak Ayah meninggal dan apalagi biaya formulirnya dan juga biaya transportasi dari Surabaya ke Bandung tidak sedikit, uang dari mana?” Yasmine murung dengan wajah terlipat-lipat.
“Untuk keluargamu biar aku yang jaga, kamu tidak perlu khawatir!” sahut Dewa memberi harapan.
“Lalu bagaimana dengan biaya, aku tidak punya uang, untuk beli biola ini saja aku masih punya utang sama kamu,” sahut Yasmine membantah.
Dewa masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucap sepatah kata pun pada Yasmine dan kembali dengan amplop coklat agak tebal.
“Memang berapa biaya formulir dan biaya transportasi, mungkin aku bisa membantumu?” tanya Dewa sambil menatap wajah Yasmine ingin memberi harapan.
“Formulirnya sekitar seratus lima puluh ribu dan transportnya aku belum tau berapa?” jawab Yasmine.
“Tapi aku enggak ingin kamu kerepotan karena aku”, sambung Yasmine.
“Ah, ini aku punya sedikit uang, yaa… sekitar enam ratus ribu dan kukira cukup untuk pulang pergi!” ujar Dewa.
“Nggak usah, aku enggak mau jadi beban kamu!” bantah Yasmine menggelengkan kepala.
“Sudahlah, ambil saja uang ini!” seru Dewa sambil menjejalkan amplop itu ke tangan Yasmine.
“Aku kan masih bekerja, nanti aku menabung lagi!”
“Ya, kamu memang sahabat yang paling baik,” ucap Yasmine menatap Dewa dalam-dalam.
“Aku harap kita bisa lebih dari sahabat” bisik Dewa dalam hati.
Seperti biasa sepulang kerja, Dewa selalu mampir ke rumah Yasmine “Besok kamu berangkat jam berapa?” tanya Dewa.
“Aku harus sampai di sana jam enam sore,” jawab Yasmine polos.
“Kamu tampil jam enam sore?” tanya Dewa kurang mengerti.
“Enggak, lombanya mulai jam enam sore, karena pesertanya banyak dan aku dapat nomer terakhir. Jadi sepertinya aku tampil jam sepuluh malam,” kata Yasmine menjelaskan.
“Kamu mau mengantarku?” tanya Yasmine heran.
“Enggak, tapi aku usahakan aku datang sebelum kamu tampil dan aku akan menjadi penonton paling antusias,” jawab Dewa sedikit teroceh.
“Kamu enggak capek nanti, mungkin kamu pulang jam dua belas malam.” sahut Yasmine mencegah.
“Sudahlah aku masih punya uang.” bantah Dewa.
“Aku enggak yakin aku bisa menang!” Seru Yasmine pada Dewa.
“Yakinlah kamu bisa,” kata Dewa meyakinkan Yasmine.
“Eh Wa, kamu tau nggak cowok yang barusan lewat, dia itu bintang basket dan banyak cewek yang ngincer dia termasuk aku,” kata Yasmine tertawa kecil.
“Yaa, kamu cocok dengan dia!” sahut Dewa murung.
Jam satu siang, Dewa berada di dalam bus perjalanan ke Bandung. ”Kali ini aku akan me,buatnya bangga,” bisik Dewa dalam hati.
Di gedung penuh sesak penonton. Yasmine mulai berdiri di atas panggung dengan memegang biola tuanya pemberian Dewa sambil melihat sekeliling penonton. “Dewa, dimana kamu,” desis Yasmine.
Yasmine mulai menggesek biolanya. Sekejap saja para penonton terpukau akan permainan Yasmine. Nada-nada mengalun di dalam gedung penuh penghayatan. Hingga selesai, penonton bertepuk tangan dan berdiri mengagumi permainan Yasmine. Yasmine mulai turun dari panggung dengan hati senang karena keinginannya terpenuhi. Ia bergegas keluar gedung untuk mencari-cari Dewa.
Dewa yang telah sampai didepan gedung berlari ketika melihat Yasmine di depan pintu gedung. Tiba-tiba sebuah mobil melesat cepat dari arah kanan. Dewa terkejut dan menjerit keras, tetapi terlambat, sang supir tidak sempat mengerem. “Bruakk!!!”
Ketika Yasmine tersadar ternyata yang tertabrak sahabatnya ia berlari kencang menuju tubuh Dewa yang telah mengeluarkan darah. Yasmine menjerit keras tak ia sangka bahwa sahabatnya harus meninggalkannya terlalu cepat.
Entah hasutan darimana, Yasmine mengambil kertas putih yang Dewa pegang. Sambil disaksikan banyak orang. Yasmine membaca kertas yang berlumuran darah itu yang berbunyi…
To Yasmine
Cinta yang sebenarnya adalah ketika dia menitikan air mata dan masih peduli terhadap kamu. Adalah ketika kamu tidak mempedulikannya dan dia masih menunggumu dengan setia. Adalah ketika kamu mencintai orang lain dan dia masih bisa tersenyum dan berkata “Aku turut berbahagia untukmu”. Kadang kala orang yang paling mencintai adalah orang yang yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu karna takut kau berpaling dan memberi jarak dan suatu saat dia pergi kau akan menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau sadari.
From Dewa
Pelangi sadar akan keegoisannya tapi sayang nasi telah menjadi bubur dan kini ia hanya bisa menangis. Menangis dalam ketidakpastian yang tak akan mengembalikan kenangan bersama Dewa..
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar