Chapter 1
Gadis Pujaan Angga
Hari ini hari Senin, hari yang sibuk seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini matahari terasa membakar orang-orang di stasiun ini sehingga baju mereka terlihat basah karena keringat. Padahal waktu masih menunjukkan angka sembilan pagi. Seperti biasa stasiun Pasar minggu sudah dipenuhi oleh orang-orang yang menunggu kereta api. Ada yang ingin ke kantor, ke kampus, atau ke rumah sanak saudara mereka. Entahlah, yang jelas Angga bukan salah satu di antara mereka. Maksudnya bukan termasuk orang yang menunggu kereta api.
Angga adalah seorang pemuda pedagang asongan yang saat ini sedang menjajahkan dagangannya kepada orang-orang di stasiun ini. Di stasiun pasar minggu inilah Angga biasa mangkal. Di saat dagangannya sepi dengan pembeli, biasanya Angga hanya berjalan-jalan sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia suka menebak-nebak pekerjaan apa yang dilakukan oleh orang-orang itu. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, Angga melihat seorang bapak yang berkumis tebal memakai jas lengkap dengan dasinya dan sepatu hitam mengkilap. “Ah, dia pasti seorang bos yang pelit, pakaiannya elit tapi berangkat ke kantor naik kereta api”, kata Angga dalam hati sambil tersenyum.
Angga terus jalan berkeliling sambil memperhatikan satu persatu orang di sekitarnya sampai akhirnya matanya berhenti pada sesosok gadis berkacamata yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku. “Wah,cantik sekali gadis ini. Pasti dia seorang mahasiswa pintar di kampusnya. Buktinya,di suasana ramai kaya gini aja dia masih sempat-sempatnya baca buku. Serius amat sih bacanya. Lagi baca buku apa sih?”
Angga mendekat ke arah gadis itu dan kini ia berdiri tepat disampingnya. Nampaknya gadis itu tidak menyadari kehadiran Angga karena ia masih saja terus membaca tanpa menoleh sedikitpun.
Angga memperhatikan buku yang di baca gadis itu, tapi ia tetap saja tidak tahu buku apa itu karena ia sama sekali tidak mengerti isi buku itu. “Mungkin itu buku kuliahnya”, batin Angga. Lalu Angga mengalihkan pandangannya dari buku ke si pemilik buku tersebut. “Ternyata dilihat dari dekat gadis ini terlihat makin cantik.”
Ketika Angga sedang asyik-asyiknya memandangi gadis itu, tiba-tiba kereta pun datang. Gadis itu segera menutup buku yang sedang dibacanya dan beranjak pergi memasuki kereta itu. Dan kereta itupun pergi, meninggalkan Angga yang masih terpesona oleh kecantikan gadis itu.
Gadis Pujaan Angga
Hari ini hari Senin, hari yang sibuk seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini matahari terasa membakar orang-orang di stasiun ini sehingga baju mereka terlihat basah karena keringat. Padahal waktu masih menunjukkan angka sembilan pagi. Seperti biasa stasiun Pasar minggu sudah dipenuhi oleh orang-orang yang menunggu kereta api. Ada yang ingin ke kantor, ke kampus, atau ke rumah sanak saudara mereka. Entahlah, yang jelas Angga bukan salah satu di antara mereka. Maksudnya bukan termasuk orang yang menunggu kereta api.
Angga adalah seorang pemuda pedagang asongan yang saat ini sedang menjajahkan dagangannya kepada orang-orang di stasiun ini. Di stasiun pasar minggu inilah Angga biasa mangkal. Di saat dagangannya sepi dengan pembeli, biasanya Angga hanya berjalan-jalan sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia suka menebak-nebak pekerjaan apa yang dilakukan oleh orang-orang itu. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, Angga melihat seorang bapak yang berkumis tebal memakai jas lengkap dengan dasinya dan sepatu hitam mengkilap. “Ah, dia pasti seorang bos yang pelit, pakaiannya elit tapi berangkat ke kantor naik kereta api”, kata Angga dalam hati sambil tersenyum.
Angga terus jalan berkeliling sambil memperhatikan satu persatu orang di sekitarnya sampai akhirnya matanya berhenti pada sesosok gadis berkacamata yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku. “Wah,cantik sekali gadis ini. Pasti dia seorang mahasiswa pintar di kampusnya. Buktinya,di suasana ramai kaya gini aja dia masih sempat-sempatnya baca buku. Serius amat sih bacanya. Lagi baca buku apa sih?”
Angga mendekat ke arah gadis itu dan kini ia berdiri tepat disampingnya. Nampaknya gadis itu tidak menyadari kehadiran Angga karena ia masih saja terus membaca tanpa menoleh sedikitpun.
Angga memperhatikan buku yang di baca gadis itu, tapi ia tetap saja tidak tahu buku apa itu karena ia sama sekali tidak mengerti isi buku itu. “Mungkin itu buku kuliahnya”, batin Angga. Lalu Angga mengalihkan pandangannya dari buku ke si pemilik buku tersebut. “Ternyata dilihat dari dekat gadis ini terlihat makin cantik.”
Ketika Angga sedang asyik-asyiknya memandangi gadis itu, tiba-tiba kereta pun datang. Gadis itu segera menutup buku yang sedang dibacanya dan beranjak pergi memasuki kereta itu. Dan kereta itupun pergi, meninggalkan Angga yang masih terpesona oleh kecantikan gadis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar