Chapter 2
Pendapat Mitha
Satu jam telah berlalu sia-sia. Bima tak kunjung datang malam itu sesuai janjinya untuk menemuiku di taman. Aku hanya sabar menunggu meski setiap menit malam itu kurasakan penuh dengan rasa iri ketika melihat pasangan adam dan hawa yang tengah memadu kasih. Romantis sekali. Aku jadi teringat akan kata-kata Mitha tadi siang yang membuat perasaanku bimbang.
“Menurut gue pacaran tanpa belaian dan ciuman itu ibarat makan tanpa lauk, kurang lengkap.” Ceplos Mitha mengomentariku ketika kuceritakan tentang sikap Bima selama kami pacaran. Mendengar komentar Mitha aku hanya tertunduk.
“Coba lo pikir selama lo pacaran apa yang sudah Bima kasih ke lo. Cuma kasih sayang? Itu kurang non, apa lo cukup puas dengan ngerasain kasih sayang itu dan apa lo sudah pernah dapat wujud dari kasih sayang itu?”
“Maksud lo?” tanyaku tak mengerti.
“Misalnya kalau dia apel dia ngasih setangkai mawar buat lo atau setidaknya dia mencium kening lo sebagai ungkapan dia sayang dan cinta sama lo.”
“Bima emang nggak pernah ngelakuin itu Mit…” kataku datar.
“lha terus kenapa lo betah. Cowok nggak romantis gitu kenapa masih lo pertahankan. Bisa makan ati tahu nggak! Boro-boro lo dibelai dipegang aja nggak. Menurut gue cowok seperti itu nggak bisa menghargai arti cinta. Lo benda hidup Dara, yang kadang juga ingin disentuh. Tapi sayangnya lo bego jika harus rela menyerahkan hati lo sama dia.” ucap Mitha panjang lebar yang selalu mengiang-ngiang di telingaku.
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar