Chapter 1
Pacar Aurel??
“Cewek kamu anak mana, Lan?” tanya Dara pada Fadlan, sahabatnya.
Fadlan mengucek matanya yang terasa pedas karena terkena debu.
“Anak sini juga,” jawabnya dengan nada berat.
“Oya? Siapa Lan? Aku kenal gak?” tanya Dara semakin penasaran.
Fadlan menggeleng.
“Namanya Mitha, Laudya Paramitha. Eh, Dar temenmu yang satu lagi itu siapa namanya?” tanya Fadlan mengalihkan pembicaraan.
“Yang mana?”
“Yang waktu itu nganterin kamu pulang.”
Dara mencoba mengingat-ingat.
“Oh, Aurel? Kenapa Lan?” Dara balik nanya.
“Nggak apa-apa. Kemarin kayaknya aku ketemu dia, di Beemart. Tapi aku nggak nyapa dia, soalnya nggak tahu namanya, sih. Trus dia juga diam aja, lupa kali ama aku,” kata Fadlan.
“Oya? Sama siapa dia? Sendiri?” tanya Dara.
“Ehm… sama cowoknya kali,” kata Fadlan.
“Cowok? Emang Aurel punya cowok?” batin Dara penasaran.
“Eh, Dar. Aku balik dulu ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi,” pamit Fadlan seraya memakai helmnya.
“OK, thanks ya dah nganterin aku,” kata Dara.
Fadlan mengangguk.
Tak berapa lama Fadlan sudah melaju kencang dengan motornya.
Pacar Aurel??
“Cewek kamu anak mana, Lan?” tanya Dara pada Fadlan, sahabatnya.
Fadlan mengucek matanya yang terasa pedas karena terkena debu.
“Anak sini juga,” jawabnya dengan nada berat.
“Oya? Siapa Lan? Aku kenal gak?” tanya Dara semakin penasaran.
Fadlan menggeleng.
“Namanya Mitha, Laudya Paramitha. Eh, Dar temenmu yang satu lagi itu siapa namanya?” tanya Fadlan mengalihkan pembicaraan.
“Yang mana?”
“Yang waktu itu nganterin kamu pulang.”
Dara mencoba mengingat-ingat.
“Oh, Aurel? Kenapa Lan?” Dara balik nanya.
“Nggak apa-apa. Kemarin kayaknya aku ketemu dia, di Beemart. Tapi aku nggak nyapa dia, soalnya nggak tahu namanya, sih. Trus dia juga diam aja, lupa kali ama aku,” kata Fadlan.
“Oya? Sama siapa dia? Sendiri?” tanya Dara.
“Ehm… sama cowoknya kali,” kata Fadlan.
“Cowok? Emang Aurel punya cowok?” batin Dara penasaran.
“Eh, Dar. Aku balik dulu ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi,” pamit Fadlan seraya memakai helmnya.
“OK, thanks ya dah nganterin aku,” kata Dara.
Fadlan mengangguk.
Tak berapa lama Fadlan sudah melaju kencang dengan motornya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar