Chapter 4
Facebook?? No, Arya?? Yes
Tampak dari kejauhan Arya akan masuk ke Ruang Perpustakaan dan terlihat oleh Olivia dan Tiara seorang gadis berusaha menggandeng tangan Arya dari belakang. “Itu Rossa,” pekik mereka berdua.
“Arya! Tunggu!” teriak Tiara tiba-tiba.
Arya menoleh ke arah mereka. Ketika tahu siapa yang memanggilnya, Arya melanjutkan langkahnya memasuki Ruang Perpustakaan.
Rossa pun menoleh pada mereka, tampak sekali dia terkejut. Tapi kemudian dia tersenyum ketika tahu Arya tidak merespon panggilan Tiara.
“Eh, ngapain kalian kesini?” tanya Rossa sinis pada Olivia dan Tiara.
“Loh? Suka-suka kita dong mau kemana. Lagipula Perpustakaan ini terbuka untuk seluruh murid artinya tidak tertutup untuk kita juga,” cibir Tiara pada Rossa.
“Liv, kamu sekarang masuk kedalam deh. Biar cewek centil and gatel ini aku yang urus,” perintah Tiara pada Olivia.
“Kamu bilang apa barusan? Centil? Gatel?.....” suara Rossa terdengar marah pada Tiara, tapi Olivia tidak perduli dengan ocehannya itu dan segera mengejar Arya masuk kedalam Perpustakaan.
Di dalam ruangan yang penuh rak dan buku-buku tersebut, Olivia melayangkan pandangannya keseluruh penjuru ruang. Matanya kemudian menangkap tubuh seorang laki-laki yang mirip dengan perawakan Arya. Olivia pun menghampirinya.
“Arya!” panggilnya pada cowok itu.
Arya tampak tak bergeming sekalipun saat Olivia memanggilnya.
“Arya, aku tahu kamu masih marah kepadaku. Aku sungguh menyesal atas perlakuanku padamu saat itu. Aku mohon, maafkan aku. Aku memang cewek yang gak tahu malu dan gak punya perasaan. Aku menyesal sekali karena terlalu terlena pada dunia maya itu dan aku telah menyia-nyiakan kamu,” sesal Olivia pada Arya.
Arya masih tetap diam dan membelakangi Olivia.
“Arya? Marahmu sudah tidak bisa diredakan lagi ya? Aku benar-benar menyesal telah membuatmu marah seperti ini. Tapi tolong janganlah kamu memusuhiku dan meninggalkanku begitu saja. Aku tidak mau jika kamu sampai pergi menjauhiku dalam keadaan yang seperti ini,” pinta Olivia dengan memelas.
“Jadi jika keadaannya berbeda, kamu mau dijauhi olehku?”
Suara Arya akhirnya keluar juga, tetapi dia tetap membelakangi Olivia.
Olivia tercekat. Seluruh persendiannya lemas. Sewaktu melihat Arya menjauhinya tadi saja Olivia sudah kelimpungan, apalagi melihat Rossa mencoba mendekati Arya. Hatinya semakin gelisah.
“Seandainya sejak awal hubungan kita tidak terganggu, aku mungkin tidak akan menyadari bahwa sebenarnya aku tidak bisa jauh darimu.” Olivia pun menangis terisak-isak.
“Kamu memang tidak seharusnya aku sakiti, dan aku tidak mau kamu menjauhiku baik dalam situasi buruk sekalipun. Aku menyukaimu dengan sepenuh hatiku. Arya, Aku tidak mau kamu meninggalkanku karena aku sayang kamu,” sebuah pengakuan meluncur dari mulut mungil Olivia.
Tiba-tiba sepasang lengan memeluk Olivia dari belakang. Olivia terkejut dan ketakutan. Ketika dia ingin berteriak memanggil Arya yang berada di depannya, pemilik lengan itu memberi isyarat agar dia tutup mulut dengan membungkam mulut Olivia.
“Aku senang sekali mendengar pengakuanmu tadi Liv, kini biarkan aku memelukmu hanya sebentar saja. Please!”
Mata Olivia terbelalak kaget dan dia kemudian menangis tersedu-sedu. Ternyata sang pemilik lengan adalah Arya dan lengan Arya kini tidak membungkam mulutnya lagi. Arya kini berhadapan dengannya dan memeluknya dengan erat sekali.
“Aku tidak akan pernah bisa marah padamu Liv, aku hanya memberimu waktu untuk sendiri dan bersenang-senang dengan kesibukanmu. Kupikir itu hanya kesenangan sesaat saja dan mungkin sebentar lagi kamu pun akan mulai bosan dan meninggalkannya. Sekalian aku juga ingin tahu isi hatimu yang sebenarnya padaku. Apakah kamu akan merindukanku jika aku tidak berada disampingmu. Itu yang aku ingin tahu,” ujar Arya sambil mengusap air mata Olivia.
“Dan kini kamu telah tahu seluruh isi hatiku?” Olivia tersenyum bahagia dan mencoba memeluk Arya.
Tiba-tiba sebuah suara garang menegur mereka, “ Ehem... ehem... maaf ya ruang Perpustakaan ini bukan tempat untuk berpacaran.”
Arya dan Olivia kaget sekali, tapi ketika tahu darimana suara itu berasal, mereka pun sama-sama tertawa. Ternyata suara itu berasal dari mulut Tiara.
“Sebentar. Jika kamu tadi berdiri dibelakangku, lalu siapa yang berdiri dihadapanku dan membelakangiku sejak tadi? Perawakannya mirip sekali denganmu.” Olivia penasaran karena sejak tadi dicuekin oleh orang yang mirip Arya ini.
“Perkenalkan,” kata Arya dengan gaya seorang pesenter. “Dia adalah kembaran identikku alias patung diriku yang kubuat untuk pelajaran seni rupa nanti.”
“HAAAA.... “ Olivia dan Tiara membelalakkan matanya.
“Sialan! Ternyata dari tadi aku hanya berbicara sama patung ya? Hu uh!” gerutu Olivia kesal.
Tiara dan Arya menertawai tingkah Olivia yang cemberut karena kesal.
Facebook?? No, Arya?? Yes
Tampak dari kejauhan Arya akan masuk ke Ruang Perpustakaan dan terlihat oleh Olivia dan Tiara seorang gadis berusaha menggandeng tangan Arya dari belakang. “Itu Rossa,” pekik mereka berdua.
“Arya! Tunggu!” teriak Tiara tiba-tiba.
Arya menoleh ke arah mereka. Ketika tahu siapa yang memanggilnya, Arya melanjutkan langkahnya memasuki Ruang Perpustakaan.
Rossa pun menoleh pada mereka, tampak sekali dia terkejut. Tapi kemudian dia tersenyum ketika tahu Arya tidak merespon panggilan Tiara.
“Eh, ngapain kalian kesini?” tanya Rossa sinis pada Olivia dan Tiara.
“Loh? Suka-suka kita dong mau kemana. Lagipula Perpustakaan ini terbuka untuk seluruh murid artinya tidak tertutup untuk kita juga,” cibir Tiara pada Rossa.
“Liv, kamu sekarang masuk kedalam deh. Biar cewek centil and gatel ini aku yang urus,” perintah Tiara pada Olivia.
“Kamu bilang apa barusan? Centil? Gatel?.....” suara Rossa terdengar marah pada Tiara, tapi Olivia tidak perduli dengan ocehannya itu dan segera mengejar Arya masuk kedalam Perpustakaan.
Di dalam ruangan yang penuh rak dan buku-buku tersebut, Olivia melayangkan pandangannya keseluruh penjuru ruang. Matanya kemudian menangkap tubuh seorang laki-laki yang mirip dengan perawakan Arya. Olivia pun menghampirinya.
“Arya!” panggilnya pada cowok itu.
Arya tampak tak bergeming sekalipun saat Olivia memanggilnya.
“Arya, aku tahu kamu masih marah kepadaku. Aku sungguh menyesal atas perlakuanku padamu saat itu. Aku mohon, maafkan aku. Aku memang cewek yang gak tahu malu dan gak punya perasaan. Aku menyesal sekali karena terlalu terlena pada dunia maya itu dan aku telah menyia-nyiakan kamu,” sesal Olivia pada Arya.
Arya masih tetap diam dan membelakangi Olivia.
“Arya? Marahmu sudah tidak bisa diredakan lagi ya? Aku benar-benar menyesal telah membuatmu marah seperti ini. Tapi tolong janganlah kamu memusuhiku dan meninggalkanku begitu saja. Aku tidak mau jika kamu sampai pergi menjauhiku dalam keadaan yang seperti ini,” pinta Olivia dengan memelas.
“Jadi jika keadaannya berbeda, kamu mau dijauhi olehku?”
Suara Arya akhirnya keluar juga, tetapi dia tetap membelakangi Olivia.
Olivia tercekat. Seluruh persendiannya lemas. Sewaktu melihat Arya menjauhinya tadi saja Olivia sudah kelimpungan, apalagi melihat Rossa mencoba mendekati Arya. Hatinya semakin gelisah.
“Seandainya sejak awal hubungan kita tidak terganggu, aku mungkin tidak akan menyadari bahwa sebenarnya aku tidak bisa jauh darimu.” Olivia pun menangis terisak-isak.
“Kamu memang tidak seharusnya aku sakiti, dan aku tidak mau kamu menjauhiku baik dalam situasi buruk sekalipun. Aku menyukaimu dengan sepenuh hatiku. Arya, Aku tidak mau kamu meninggalkanku karena aku sayang kamu,” sebuah pengakuan meluncur dari mulut mungil Olivia.
Tiba-tiba sepasang lengan memeluk Olivia dari belakang. Olivia terkejut dan ketakutan. Ketika dia ingin berteriak memanggil Arya yang berada di depannya, pemilik lengan itu memberi isyarat agar dia tutup mulut dengan membungkam mulut Olivia.
“Aku senang sekali mendengar pengakuanmu tadi Liv, kini biarkan aku memelukmu hanya sebentar saja. Please!”
Mata Olivia terbelalak kaget dan dia kemudian menangis tersedu-sedu. Ternyata sang pemilik lengan adalah Arya dan lengan Arya kini tidak membungkam mulutnya lagi. Arya kini berhadapan dengannya dan memeluknya dengan erat sekali.
“Aku tidak akan pernah bisa marah padamu Liv, aku hanya memberimu waktu untuk sendiri dan bersenang-senang dengan kesibukanmu. Kupikir itu hanya kesenangan sesaat saja dan mungkin sebentar lagi kamu pun akan mulai bosan dan meninggalkannya. Sekalian aku juga ingin tahu isi hatimu yang sebenarnya padaku. Apakah kamu akan merindukanku jika aku tidak berada disampingmu. Itu yang aku ingin tahu,” ujar Arya sambil mengusap air mata Olivia.
“Dan kini kamu telah tahu seluruh isi hatiku?” Olivia tersenyum bahagia dan mencoba memeluk Arya.
Tiba-tiba sebuah suara garang menegur mereka, “ Ehem... ehem... maaf ya ruang Perpustakaan ini bukan tempat untuk berpacaran.”
Arya dan Olivia kaget sekali, tapi ketika tahu darimana suara itu berasal, mereka pun sama-sama tertawa. Ternyata suara itu berasal dari mulut Tiara.
“Sebentar. Jika kamu tadi berdiri dibelakangku, lalu siapa yang berdiri dihadapanku dan membelakangiku sejak tadi? Perawakannya mirip sekali denganmu.” Olivia penasaran karena sejak tadi dicuekin oleh orang yang mirip Arya ini.
“Perkenalkan,” kata Arya dengan gaya seorang pesenter. “Dia adalah kembaran identikku alias patung diriku yang kubuat untuk pelajaran seni rupa nanti.”
“HAAAA.... “ Olivia dan Tiara membelalakkan matanya.
“Sialan! Ternyata dari tadi aku hanya berbicara sama patung ya? Hu uh!” gerutu Olivia kesal.
Tiara dan Arya menertawai tingkah Olivia yang cemberut karena kesal.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar