Chapter 4
Hidup Baru
Dua tahun berlalu....
Hari itu, Bella tampak cantik dengan balutan kebaya putih.
Hari ini dia akan melangsungkan akad nikah dengan Dira, seorang lelaki baik yang cinta padanya.
Setelah sekian lama, akhirnya Bella bisa melupakan Raka dan menemukan pengganti yang jauh lebih baik. Bella yakin ia tidak akan menangis lagi. Dira terlalu baik untuk membuatnya menangis.
Semua tamu, saksi-saksi, wali dan penghulu sudah siap. Memang bukan pernikahan yang megah, tapi Bella sudah cukup bahagia. Setelah melalui beberapa prosesi, akhirnya tibalah saat yang paling mendebarkan. Dira menjabat tangan penghulu dan siap mengucapkan ijab kabul.
“Saya nikahkan kamu, Adira Aryasatya Bin Burhan Sastrowardhoyo dengan saudari Bella Rafflesia binti…..,”
“Tunggu!!!” sebuah suara lantang tiba-tiba menghentikan prosesi itu.
Semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan alangkah terkejutnya Bella. Di sana ia melihat Raka. Dialah tadi yang berteriak menghentikan acara itu.
“Saya pacar Bella!” kata Raka lantang.
Bella kaget setengah mati, sementara Dira kebingungan.
“Saya akan menghentikan pernikahan yang tidak sah ini!”
Para undangan saling berbisik-bisik.
“Raka! Kamu itu bukan siapa-siapa dan kamu nggak berhak ngacauin acara pernikahanku!” kata Bella marah.
“Oya?! Tapi aku berhak melarang pembohong seperti kamu untuk menikah!” kata Raka.
“Pembohong? Siapa yang pembohong?” Bella balik menyindir.
“Pak penghulu, apa Bapak tidak tahu? Wanita yang sedang hamil dilarang melangsungkan akad nikah!” kata Raka, yang membuat semua hadirin terkejut.
“Bella sedang mengandung anak saya!” lanjut Raka.
“Bohong! Itu tidak benar! Saya tidak sedang hamil dan kamu jangan coba-coba memfitnah aku!” Bella kehilangan kesabaran.
“Tapi saya punya bukti,” kata Raka sambil mengeluarkan sebuah amplop besar berwarna coklat. Dari dalam amplop itu, ia mengeluarkan foto-fotonya dengan Bella, serta sebuah surat dokter yang menyatakan bahwa Bella positif hamil. Amplop dan semua isinya itu adalah amplop yang sama seperti yang diberikan Bella kepada istri Raka.
“Bella!” teriak Dira marah, “Kamu mau mempermainkan aku ya!”
“Nggak Dira, semua ini bohong! Kamu lihat… ini sudah lama sekali. Mana mungkin aku hamil selama itu? Dia itu pembohong! Kamu jangan kemakan omongannya!” kata Bella menghiba.
“Ooo… kalau begitu dimana anak itu sekarang? Dia pasti sudah lahir kan? Atau kamu sudah berhasil menggugurkan kandunganmu tanpa diketahui siapapun?” Raka semakin membuat Bella terpojok.
“Apa? Teganya kamu menuduh aku sekejam itu! Dira, aku tidak pernah melakukan semua itu. Please, percayalah padaku, Dira,” Bella memohon.
“Nah, semuanya sudah jelas kan? Bagaimanapun juga akad nikah ini tidak bisa diteruskan lagi,” kata Raka penuh kemenangan.
Dira menatap Bella dengan tatapan yang penuh kebencian.
“Saya tidak percaya sama kamu, Bella!” kata Dira sambil berlalu pergi.
Bella mulai menangis. Ia mengejar Dira.
“Tunggu, Dira! Kamu jangan percaya sama kebohongan ini!” Bella terus memohon. Tapi Dira tak mau menoleh lagi.
Kini tinggallah Bella yang meratap.
“Bella,” panggil Raka kemudian.
“Kamu jahat!” teriak Bella marah, “Kamu sudah menghancurkan hidupku! Apa kamu belum puas juga menyakiti aku?!”
“Bukan aku yang menghancurkan hidupmu, Bella, tapi kamu sendiri.” Kata Raka tenang.
“Kamu telah menghancurkan hidupku, Bella. Aku cuma ingin kamu merasakan hal yang sama seperti apa yang kurasakan!” kata Raka lagi.
Raka tersenyum puas, sementara Bella terus meratap.
Luka hati mereka telah sama-sama impas.
Mungkin salah paham itu bisa saja diluruskan oleh Bella dan dipahami oleh Dira, atau mungkin juga tidak. Itu mungkin akan menjadi cerita yang panjang.... Yang jelas, hari itu semua orang sudah mendengar apa yang dikatakan Raka dan menghapus persepsi itu bukanlah hal yang mudah.
Hidup Baru
Dua tahun berlalu....
Hari itu, Bella tampak cantik dengan balutan kebaya putih.
Hari ini dia akan melangsungkan akad nikah dengan Dira, seorang lelaki baik yang cinta padanya.
Setelah sekian lama, akhirnya Bella bisa melupakan Raka dan menemukan pengganti yang jauh lebih baik. Bella yakin ia tidak akan menangis lagi. Dira terlalu baik untuk membuatnya menangis.
Semua tamu, saksi-saksi, wali dan penghulu sudah siap. Memang bukan pernikahan yang megah, tapi Bella sudah cukup bahagia. Setelah melalui beberapa prosesi, akhirnya tibalah saat yang paling mendebarkan. Dira menjabat tangan penghulu dan siap mengucapkan ijab kabul.
“Saya nikahkan kamu, Adira Aryasatya Bin Burhan Sastrowardhoyo dengan saudari Bella Rafflesia binti…..,”
“Tunggu!!!” sebuah suara lantang tiba-tiba menghentikan prosesi itu.
Semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan alangkah terkejutnya Bella. Di sana ia melihat Raka. Dialah tadi yang berteriak menghentikan acara itu.
“Saya pacar Bella!” kata Raka lantang.
Bella kaget setengah mati, sementara Dira kebingungan.
“Saya akan menghentikan pernikahan yang tidak sah ini!”
Para undangan saling berbisik-bisik.
“Raka! Kamu itu bukan siapa-siapa dan kamu nggak berhak ngacauin acara pernikahanku!” kata Bella marah.
“Oya?! Tapi aku berhak melarang pembohong seperti kamu untuk menikah!” kata Raka.
“Pembohong? Siapa yang pembohong?” Bella balik menyindir.
“Pak penghulu, apa Bapak tidak tahu? Wanita yang sedang hamil dilarang melangsungkan akad nikah!” kata Raka, yang membuat semua hadirin terkejut.
“Bella sedang mengandung anak saya!” lanjut Raka.
“Bohong! Itu tidak benar! Saya tidak sedang hamil dan kamu jangan coba-coba memfitnah aku!” Bella kehilangan kesabaran.
“Tapi saya punya bukti,” kata Raka sambil mengeluarkan sebuah amplop besar berwarna coklat. Dari dalam amplop itu, ia mengeluarkan foto-fotonya dengan Bella, serta sebuah surat dokter yang menyatakan bahwa Bella positif hamil. Amplop dan semua isinya itu adalah amplop yang sama seperti yang diberikan Bella kepada istri Raka.
“Bella!” teriak Dira marah, “Kamu mau mempermainkan aku ya!”
“Nggak Dira, semua ini bohong! Kamu lihat… ini sudah lama sekali. Mana mungkin aku hamil selama itu? Dia itu pembohong! Kamu jangan kemakan omongannya!” kata Bella menghiba.
“Ooo… kalau begitu dimana anak itu sekarang? Dia pasti sudah lahir kan? Atau kamu sudah berhasil menggugurkan kandunganmu tanpa diketahui siapapun?” Raka semakin membuat Bella terpojok.
“Apa? Teganya kamu menuduh aku sekejam itu! Dira, aku tidak pernah melakukan semua itu. Please, percayalah padaku, Dira,” Bella memohon.
“Nah, semuanya sudah jelas kan? Bagaimanapun juga akad nikah ini tidak bisa diteruskan lagi,” kata Raka penuh kemenangan.
Dira menatap Bella dengan tatapan yang penuh kebencian.
“Saya tidak percaya sama kamu, Bella!” kata Dira sambil berlalu pergi.
Bella mulai menangis. Ia mengejar Dira.
“Tunggu, Dira! Kamu jangan percaya sama kebohongan ini!” Bella terus memohon. Tapi Dira tak mau menoleh lagi.
Kini tinggallah Bella yang meratap.
“Bella,” panggil Raka kemudian.
“Kamu jahat!” teriak Bella marah, “Kamu sudah menghancurkan hidupku! Apa kamu belum puas juga menyakiti aku?!”
“Bukan aku yang menghancurkan hidupmu, Bella, tapi kamu sendiri.” Kata Raka tenang.
“Kamu telah menghancurkan hidupku, Bella. Aku cuma ingin kamu merasakan hal yang sama seperti apa yang kurasakan!” kata Raka lagi.
Raka tersenyum puas, sementara Bella terus meratap.
Luka hati mereka telah sama-sama impas.
Mungkin salah paham itu bisa saja diluruskan oleh Bella dan dipahami oleh Dira, atau mungkin juga tidak. Itu mungkin akan menjadi cerita yang panjang.... Yang jelas, hari itu semua orang sudah mendengar apa yang dikatakan Raka dan menghapus persepsi itu bukanlah hal yang mudah.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar