Sabtu, 24 April 2010

Salah Alamat (3)

Chapter 3
Mak Comblang Keysha


Keesokan harinya Keysha langsung menagih janjiku.

“Udah gue sampein salam lo…”

“Terus apa jawabnya…?”

“Gak tahu…”

“Kok gak tahu…??”

“Gue nyampein lewat temennya yang kemarin…”

“Oh… kalau gitu, lo tanya lagi sama dia apa jawabannya. Terus bilang kalau gue ngajak ketemuan di kantin siang ini jam istirahat!”

“Nekad banget sih lo…?!” kayak gak ada cowok lain aja… kalimat terakhir yang ingin ku katakan ku telan kembali takut menyinggung perasaannya.

“Lo kenapa sih gak ikhlas gitu nolong temen, karena gue lo kan bisa kenalan juga sama temennya Aditya…” justru karena itu aku tidak mau.

“Kenapa gak lo aja sendiri sih…!!” umpatku pedas.

“Ya ampun Atha lo kok tega sih! Lo kan udah setengah jalan nolongin gue… please!!”

“Tapi…”

“Tha itu dia orangnya…!! Kayaknya mau ke Koperasi… ayo kejar sampein kata-kata gue yang tadi! Bilang nanti jam istirahat gue tunggu dia di kantin…!”

Keysha menunjuk pada dua anak laki-laki yang berjalan menuju Koperasi. Mereka memang kompak seperti aku dan Keysha. Kemana mana selalu berdua seperti ban motor. Tiba-tiba dadaku berdebar lagi. Sensasi aneh itu datang lagi.

“Lo aja sendiri…”

“Atha please ini yang terakhir!! Gue janji…” pintanya penuh permohonan. Uh berat sekali rasanya. Tapi apa boleh buat ini yang terakhir. Aku tidak perlu bilang lewat temannya tapi langsung bilang aja sama orangnya.

Duh apa kata Aditya nanti, kakak kelas yang galak dan judes itu ternyata beralih profesi jadi mak comblang.

Langkahku sedikit tergesa-gesa menuju Koperasi yang letaknya tidak jauh dari perpustakaan. Rasa deg-degan itu semakin menjadi. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Apakah ini yang namanya cinta…? Tidak…!! Aku tidak boleh merasakan ini pada orang yang salah.
Aku sibuk mencari sosok anak laki-laki yang kemana-mana selalu memakai topi itu tapi cukup sulit karena tidak hanya dia yang memakai topi.

“Pagi kak…” adik-adik kelas yang melewatiku semua menyapaku dengan ramah. Akupun membalas sapaan mereka tak kalah ramah. Tak pernah aku merasa seramah ini pada adik kelas. Suasana hatiku sedang lain soalnya.

“Pagi kak…” aku langsung membalasnya dengan senyuman terindah yang ku miliki tapi… ternyata yang menyapaku adalah temannya Aditya yang entah siapa namanya. My God… aku jadi semakin salah tingkah.

“Kakak cakep kalau senyum…” maksud lo gue jelek kalau cemberut? Umpatku dalam hati.

“Temen kamu mana?!” tanyaku tanpa basa-basi.

“Lagi beli stabilo di dalam, kenapa kak?!”

“Enggak, Cuma mau nyampein pesan…”

“Lewat saya aja…”

“Ehm, salam yang kemarin dari kak Keysha udah kamu sampein?!”

“Udah…”

“Apa jawabnya…?!”

“Salam kembali kak…”

“Nanti tolong bilang juga sama dia jam istirahat nanti dia di tunggu di kantin sama kak Keysha… jangan sampai gak datang. Bilang juga cewek yang namanya Keysha ciri-cirinya cakep, berkulit putih dan berambut panjang sebahu. Dia punya tahi lalat di hidung…”

“Kok cuma Aditya sih yang di ajak, saya enggak…” protesnya.

“Kamu mau ikut juga gak apa-apa…”

“Kakak juga ikut?”

“Gak, ya udah jangan lupa sampein…”

Kataku sembari pergi. Aku tak sanggup harus terus berdekatan dengannya. Dia begitu manis.

Keysha sangat berterima kasih karena aku sudah berbaik hati menolongnya.

“Thanks banget Atha, Lo emang temen gue yang paling baik dan gak ada duanya…”

“Sama-sama! Tapi lo jangan sampai gak dateng ya, kasihan…”

“Ya jelaslah… gue kan yang bikin janji…”.

“Hey Tha, pulang sekolah ada rapat lagi, lo jangan sampai gak datang ya, soalnya mau membahas pelantikan calon anggota baru Osis kita…” Ujar Dhika. Melihat kedatangannya yang tiba-tiba itu , mengagetkanku dan Keysha. Wajah Keysha langsung merah seperti udang rebus. Dia memang paling tidak bisa menyembunyikan perasaanya apalagi ketemu mantan pacar.

“Kenapa sih lo bisa putusin cowok sebaik Dhika…?” tanyaku saat Dhika sudah pergi lagi menuju kelas lain.

“Orangnya terlalu alim. Males gue, pacaran sama dia gak ada sensasinya, gak ada romantis-romantisnya…”

“Cuma karena itu lo putusin dia…?!” Keysha mengangguk pelan.

“Lo masih sayang sama dia kan…”

“Lo kenapa sih kayaknya pengen banget ngeliat gue balikan lagi sama Dhika…” protes Keysha.

“Soalnya gak ada yang sebaik dia. Dia itu pintar, anaknya aktif dan lumayan ganteng…” dibanding dengan anak kelas satu itu. Tapi kalimat terakhir itu juga ku telan kembali.

“Tapi Aditya lebih ganteng dari Dhika…?!” ujarnya semangat.

“Cinta memang buta…” gumamku. Jelek kok di bilang ganteng. Kalimat itupun ku telan lagi sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar