Kamis, 22 April 2010

Eksperimen Dewa (2)

Chapter 2
Hujan Bersama Dewa


Sepulang sekolah, di suatu sabtu sore bulan Desember, hujan turun deras sekali. Aku terjebak di beranda kelas. Beberapa temanku agaknya patuh pada pepatah sedia payung sebelum hujan, dan lihat saja, mereka bisa pulang dengan selamat.

Beberapa yang tidak membawa payung, nekat menerobos hujan, toh, besok juga libur. Satu per satu temanku berkurang.

Aku kirim sms ke mama, bilang aku telat pulang.

Awan masih sendu, rintikan hujan belum mau bergantian dengan gerimis, cukup lebatlah maksudku. Dan, oh no! siapa itu seseorang di belakangku?

Seperti disambar petir. Walaupun sore itu tak ada petir, namun Dewa, berdiri di belakangku. Di sini hanya ada dua manusia, aku dan Dewa, manusia aneh dan menyebalkan itu.

Ini memang aneh, bahkan sangat aneh. Kurasa, hanya kami berdualah di kelas yang sangat amat jarang berbicara. Dan apa mungkin, aku suka padanya?

Lama-lama aku ingin menganggapnya manusia tidak normal, ya, si ketua OSIS itu, Dewa Pramudia.

Tak pernah dia mengajakku bicara duluan. Padahal kami satu perangkat inti di organisasi.

Pernah aku mengajaknya berkelakar, tapi dia hanya menatapku. Entah aku yang garing atau memang dia yang sangat amat tidak memiliki selera humor untuk minimal menanggapi hasil karya orang lain.

Dari tadi aku sibuk berbicara dengan hatiku sendiri, hingga aku sadar, tak setetes pun air turun dari langit, kecuali udara yang lembab dan aliran air dari atap sekolah yang basah. Dan baru kusadari, langit mungkin hendak tidur karena kelelahan. Arlojiku telah menunjukkan pukul enam, dan aku di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar