Chapter 2
Kecelakaan Kecil
Pada hari ke tiga puluh ini Silvia terlihat lebih santai dalam menghadapi tingkah laku murid-muridnya. Diletakkannya diktat program pelajaran yang sudah dirapikannya untuk satu bulan ke depan, dan diambilnya tumpukan kertas hasil ulangan murid-muridnya.
“Beby dan Helen. Maaf ulangan kalian tidak bisa Ibu nilai karena semua jawaban sama persis.”
“Maksudnya?” Tanya Helen.
“Kalian mengulang.”
“Brengsek.” Maki Beby.
“Terima kasih Beby, ini untuk kesekian kalinya kamu memaki Ibu.”
Kelas sepi. Gadis mungil Helen menundukkan wajahnya. Diliriknya Beby yang sudah merekam semua jawabannya dengan sengit. Tiba-tiba keheningan dalam kelas itu hancur oleh suara kaca pecah. Semua mata mengarah pada jendela kaca yang sudah hancur.
“Beby, tolong besok siapkan uang untuk menggantikan kaca yang kamu lempar itu. Jumlahnya tanyakan pada petugas administrasi.”
“Guru mata duitan.”
Suara Beby membuat ruangan kelas semakin senyap. Silvia meletakkan bukunya, berjalan perlahan ke bangku Beby, lalu mencengkeram kerah bajunya.
“Liburlah satu minggu sayang, lihatlah di luar sana banyak anak yang tidak seberuntung dirimu.”
Plaaak. Dan sebuah pukulan mendarat di bibir Beby.
“Silahkan keluar dari ruangan ini. Jangan pernah berani duduk di kursi ini sebelum kamu menyadari kesalahan kamu.”
Lalu diseretnya Beby dan dilemparkannya keluar kelas. Semua mata menatap ketakutan, lalu menyibukkan diri dengan pelajaran yang tiba-tiba disukai seluruh murid di kelas itu.
Kecelakaan Kecil
Pada hari ke tiga puluh ini Silvia terlihat lebih santai dalam menghadapi tingkah laku murid-muridnya. Diletakkannya diktat program pelajaran yang sudah dirapikannya untuk satu bulan ke depan, dan diambilnya tumpukan kertas hasil ulangan murid-muridnya.
“Beby dan Helen. Maaf ulangan kalian tidak bisa Ibu nilai karena semua jawaban sama persis.”
“Maksudnya?” Tanya Helen.
“Kalian mengulang.”
“Brengsek.” Maki Beby.
“Terima kasih Beby, ini untuk kesekian kalinya kamu memaki Ibu.”
Kelas sepi. Gadis mungil Helen menundukkan wajahnya. Diliriknya Beby yang sudah merekam semua jawabannya dengan sengit. Tiba-tiba keheningan dalam kelas itu hancur oleh suara kaca pecah. Semua mata mengarah pada jendela kaca yang sudah hancur.
“Beby, tolong besok siapkan uang untuk menggantikan kaca yang kamu lempar itu. Jumlahnya tanyakan pada petugas administrasi.”
“Guru mata duitan.”
Suara Beby membuat ruangan kelas semakin senyap. Silvia meletakkan bukunya, berjalan perlahan ke bangku Beby, lalu mencengkeram kerah bajunya.
“Liburlah satu minggu sayang, lihatlah di luar sana banyak anak yang tidak seberuntung dirimu.”
Plaaak. Dan sebuah pukulan mendarat di bibir Beby.
“Silahkan keluar dari ruangan ini. Jangan pernah berani duduk di kursi ini sebelum kamu menyadari kesalahan kamu.”
Lalu diseretnya Beby dan dilemparkannya keluar kelas. Semua mata menatap ketakutan, lalu menyibukkan diri dengan pelajaran yang tiba-tiba disukai seluruh murid di kelas itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar