Rabu, 21 April 2010

Dilema Yasmine (3-End)

Chapter 3
Kembalinya Yasmine


Dedaunan terbang ke sana-sini tak beraturan. Sedangkan mobil yang tengah melaju itu berusaha menghapus jejak luka yang pernah di rasakan di kota mati ini. Di dalam mobil itu Yasmine menangis. Ia menghabiskan perjalanan hanya dengan tatapan kosongnya. Sejuta tanya belum terjawab. Seribu satu alasan menghadang. Fabian tak mau membuyarkan lamunan Yasmine. Hanya sesekali melirik menahan rasa iba yang tengah dirasakan Carissa.

“Sudahlah Yas, tidak baik terlalu lama larut dalam kesedihan. Katanya kamu berusaha tegar!”

“Seandainya aku dapat memilih, aku akan memilih buta walaupun di sakiti badai yang besar, daripada harus melihat semua ini.”

“Dewa, maksudmu?”

“Ya.”

“Masih banyak pria yang lebih baik darinya, kamu lupa dengan Carissa, bukankah kamu kangen padanya?”

“Benar, aku ingin sekali mendekapnya.”

Fabian berhasil mengobati rasa ‘sakit’ Yasmine kali ini. Namun kesayuan mata Yasmine menahan tangis, menahan segelintir rasa ‘sakit’ yang menjuruskan Fabian untuk menderai-beraikan kristal air mata. Menghancur-leburkan rasa yang telah terpendam, mati. Kali ini Fabian yang meneteskan cairan hangat di sudut matanya.

Tangis itu berhenti seketika dan berubah menjadi sebuah senyuman manis. Laju mobilnya akhirnya membawa mereka sampai pada tujuannya. Di rumah yang terakhir kalinya ia injak dan saksi putusnya ketulusan cinta mati Yasmine pada Dewa. Berakhirnya rasa ‘sakit’ yang tak kunjung terobati. Yasmine memandangi rumah dihadapannya.

Seolah-olah tak asing lagi dengan suasana yang sejak dulu telah di rasakannya. Sesekali angin sepoi bersemilir membasuh kepedihan rasa ‘sakit’nya. Mata Yasmine tertuju pada pada seorang gadis yang tengah termenung berpangku dalam tangis. Tangannya mengelus kandungannya yang tengah membesar.

Gadis itu serba lusuh. Yasmine begitu asing dengan wajah gadis itu. Yasmine mendekati gadis itu. Gadis itupun menatap Yasmine dan Fabian penuh curiga. Gadis itu adalah Carissa, seseorang yang selama ini sedang dicari Yasmine. Mungkinkah dia Carissa, seribu satu pertanyaan membaur, membuat pikiran Yasmine semakin digerayangi tentang pertanyaan itu.

“Siapa kalian? saya tak mengenal kalian!” suara gadis itu akrab sekali di telinga Yasmine. Mungkin karena wajah yang tak terurus itu membuat Yasmine tak mengenal saudaranya.

“Saya Yasmine…”

“…….”

Gadis itu mendekat, memandangi Yasmine dari ujung rambut sampai ujung kaki. Perutnya yang besar membuatnya susah berdiri sigap.

“Saya Yasmine, Kakak Carissa! Yasmine yang dulu buta?”

”Kak Yasmine!”

Suasana hening bercampur menyatu dengan tangis dan haru dalam rona kesedihan. Gadis itu memeluk Yasmine lekat. Mendekap Yasmine dalam kerinduaan. Fabian menatap heran. Yasmine susah menahan tubuh karena pelukan yang di berikan gadis itu sungguh erat seperti seseorang yang telah lama tidak bertemu dengan rekannya. Yasmine juga ikut merasakan rindunya yang kine terhapus sudah.

“Aku Carissa, Kak.”

“Benarkah?”

“Iya.”

“……”

Suasana mengganda antara tangis dan haru. Carissa membawa dua manusia itu ke dalam rumahnya.

“Kamu hamil, Ris?”

“Iya, Dewa....”

“Kenapa?”

”Maafkan aku kak, aku dulu mengkhianati Kak Yasmine. Saat kakak tak bisa melihat aku dan Dewa… Dewa tak mau bertanggung jawab. Ia gila sekarang. Semenjak kedua orang tuanya meninggal karena kebakaran ia langsung depresi ...”

“Kamu yang membuat Dewa bimbang padaku…” kalimat Yasmine terputus. Ia memang tak bernyali untuk menyambung kata-katanya, terlalu sukar ia menggerakan mulutnya.

Fabian terkesima. Sedangkan Yasmine berusaha tegar kembali. Yasmine kembali hanyut dalam rasa luka yang mendalam. Yasmine tak kuat menahan asa yang membara. Dalam kehampaan rasa inilah sosok Fabian dibutuhkannya.

Lambat laun setelah semua konflik sirna Yasmine ingin jalani hidupnnya bersama Fabian selamanya. Menimbun sejuta rasa yang takan pernah mati. Ia ingin selalu bersama Fabian. Sampai akhir hayatnya.




TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.mininovel-lovers86.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar