Chapter 3
Good Job
“Saya sangat berterima kasih pada ibu Silvia. Baru mengajar di sini satu bulan sudah memberikan dampak yang positif untuk sekolah kami.”
Ibu Anne Sudibyo, sang Kepala Sekolah menurunkan kaca matanya dan menatap Silvia tajam. Sementara guru yang lain hanya berani menunduk.
“Terima kasih Bu.” Jawab Silvia.
“Tapi saya minta kejadian pemukulan itu jangan diulangi lagi.”
“Bukankah saya sudah jelaskan duduk persoalannya?”
“Saya menerima penjelasan Anda, tapi sayangnya orang tua Beby tidak. Hari ini beliau akan datang dan ingin bertemu dengan Anda. Dan saya mohon maaf jika nanti saya terpaksa mengikuti permintaan beliau untuk mengeluarkan Anda.”
Ruang rapat hening. Lalu keheningan itu pecah oleh suara ketukan di pintu. Seorang lelaki tinggi dan kekar memasuki ruangan dengan langkah gagah dan angkuh. Berjalan tegap menjabat tangan Kepala Sekolah, lalu mengitari ruangan dengan pandangannya dan berhenti pada Silvia.
“Pasti Anda guru baru itu.”
“Betul.”
“Perkenalkan nama saya Rizal Prakarsa, orang tua Beby Galia Putri.”
“Silvia, Silvia Maharani.”
“Senang sekali berkenalan dengan Anda.”
“Terima kasih.”
“Dan senang sekali anak saya bertemu dengan guru seperti Anda. Sekarang dia sedang mengerjakan semua tugas-tugas sekolah yang selama ini tidak pernah dikerjakannya.”
“Saya senang mendengarnya.”
Silvia tersenyum sambil melirik Kepala Sekolah. Disodorkannya Rencana Program Pengajarannya yang tak disetujui pagi tadi.
Good Job
“Saya sangat berterima kasih pada ibu Silvia. Baru mengajar di sini satu bulan sudah memberikan dampak yang positif untuk sekolah kami.”
Ibu Anne Sudibyo, sang Kepala Sekolah menurunkan kaca matanya dan menatap Silvia tajam. Sementara guru yang lain hanya berani menunduk.
“Terima kasih Bu.” Jawab Silvia.
“Tapi saya minta kejadian pemukulan itu jangan diulangi lagi.”
“Bukankah saya sudah jelaskan duduk persoalannya?”
“Saya menerima penjelasan Anda, tapi sayangnya orang tua Beby tidak. Hari ini beliau akan datang dan ingin bertemu dengan Anda. Dan saya mohon maaf jika nanti saya terpaksa mengikuti permintaan beliau untuk mengeluarkan Anda.”
Ruang rapat hening. Lalu keheningan itu pecah oleh suara ketukan di pintu. Seorang lelaki tinggi dan kekar memasuki ruangan dengan langkah gagah dan angkuh. Berjalan tegap menjabat tangan Kepala Sekolah, lalu mengitari ruangan dengan pandangannya dan berhenti pada Silvia.
“Pasti Anda guru baru itu.”
“Betul.”
“Perkenalkan nama saya Rizal Prakarsa, orang tua Beby Galia Putri.”
“Silvia, Silvia Maharani.”
“Senang sekali berkenalan dengan Anda.”
“Terima kasih.”
“Dan senang sekali anak saya bertemu dengan guru seperti Anda. Sekarang dia sedang mengerjakan semua tugas-tugas sekolah yang selama ini tidak pernah dikerjakannya.”
“Saya senang mendengarnya.”
Silvia tersenyum sambil melirik Kepala Sekolah. Disodorkannya Rencana Program Pengajarannya yang tak disetujui pagi tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar