Kamis, 22 April 2010

Andai Dia Tahu (3)

Chapter 3
Kehidupan Dara


Siang ini ketika pulang sekolah, Dara melihat sepasang sejoli tengah berduaan di taman kota. Tadinya sih ia tak sengaja ngeliat, tapi si cewek itu tertawa sedikit keras sehingga Dara menoleh. Dara merasa risih. Ia pun segera berlalu dari tempat itu.

Untung tak jauh dari tempat itu ia melihat Fadlan tengah duduk di atas motornya.

“Fadlan…!” teriak Dara senang.

“Kok kamu ada di sini?” tanya Dara.

“Iya, tadinya aku mau jemput Mitha, tapi kayaknya dia udah nggak ada tuh, tahu kemana. Ya udah, aku ganti nunggu kamu aja di sini,” kata Fadlan.

“Wah, kamu tuh baik banget ya.”

Dara senang sekali punya sahabat baik kayak Fadlan.

“Ya, aku kan kasihan sama kamu. Dulu kemana-mana naik mobil. Sekarang jalan kaki,” kata Fadlan.

“Ah, udahlah. Dulu ya dulu. Sekarang jalani aja apa yang ada,” potong Dara tak mau mengungkit masa lalunya.

Dulu Dara memang terlahir di keluarga pengusaha yang sukses. Hampir semua kebutuhannya tercukupi, punya rumah mewah di Lavender Residence, mobil mewah, dan dia juga bisa masuk di SMA elit internasional yang bulanan-nya aja jutaan. Tapi nasib rupanya berkata lain. Tiba-tiba semua berbalik. Usaha papanya bangkrut. Dan kini Dara harus hidup sederhana di sebuah rumah dalam perkampungan padat dengan gang-gang sempit untuk masuknya.

Toh Dara tak pernah menyesali apapun. Tadinya Dara memang sedih, tapi sekarang tidak lagi. Dia sadar betul bahwa tak ada gunanya menyesali nasib.

“Ya udah, cepat naik,” kata Fadlan membuyarkan lamunan Dara.

“Eh, tau nggak Lan. Tadi aku lihat ada cewek lagi berduaan gitu ama cowok,” cerita Dara begitu motor mulai melaju.

“Lho, memangnya kenapa? Apanya yang aneh?", Fadlan balik nanya.

“Ya kan nggak etis. Masak siang-siang begini bermesraan di bawah pohon. Lagian nggak punya malu banget sih tu orang,” kata Dara semakin greget.

Ia sebal kalo ingat pandangan cewek tadi.

“Kok kamu yang sewot, sih? Emangnya siapa sih tu orang? Cowokmu?”

“Ih, jangan sampai deh!” seru Dara tak terima.

“Cowokku kan tipe setia, jadi nggak mungkin dong bakal selingkuh sama cewek kayak gitu. Norak!”

Fadlan cuma tersenyum.

“Kamu yakin?” goda Fadlan.

“Ya yakinlah. Buktinya di saat aku lagi down, di saat orang-orang ninggalin aku,... dia tetep setia tuh.”

“Iya… iya. Terus sekarang dia dimana? Kok ngebiarin kamu kepanasan gini?” Fadlan masih saja menggoda Dara.

“Ya,… diakan lagi kuliah. Sibuk ini itu, taulah kerjaan mahasiswa. Tapi dulu waktu masih jadi kakak kelas aku dia sering antar jemput aku kok,” bela Dara.

Tak terasa Fadlan dan Dara sudah sampai di depan rumah Dara.
_
“Eh, Lan, kapan nih kamu mau kenalin aku ke cewekmu?” tanya Dara.

“Mitha? Gampanglah, ntar kalo ada waktu pasti aku kenalin. Tapi jangan kaget ya kalo dia nggak seperti yang kamu bayangin,” kata Fadlan.

“Lho, emang kenapa?”

“Nggak pa pa sih. Tapi dia itu cuma cewek biasa, nggak suka gaul. Agak pemalu dan kerjaannya cuma belajar dan belajar,” Fadlan menjelaskan.

Dara hanya manggut-manggut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar