Chapter 1
“Dia”
Belum pernah aku melihat orang seaneh dia.
Waktu itu hari pertama tahun ajaran baruku di kelas dua SMA. Agak asing rasanya menyapa teman-teman baru di kelas baru. Dan itu dia, duduk di sudut kelas sambil main telpon genggam. Lama-lama mungkin aku akan kesal sendiri melihatnya.
"Yasmine, kamu ngeselin deh!"
Zetttsss! Rasanya seperti kesetrum.
Oh ini teman baruku di II IPA 3.
"Eh, Sya, kenapa? Apanya yang ngeselin?" aku jadi salah tingkah sendiri, kukira Tasya membaca pikiranku.
"Kamunya ngeselin. Dipanggil dari tadi tapi gak ada responnya. Nih, aku dapet titipan kado buat kamu. Met ultah ya…"
Tasya berlalu.
Hm, ada kado lagi, padahal yang di rumah masih utuh bersampul rapi. Dan yang ini sampulnya kuning muda. Kira-kira isinya apa ya, dan dari siapa?
Aku penasaran, tapi.. "Selamat siang anak-anak", Bu Lusi menyapa. Pelajaran akan segera dimulai.
Lama rasanya. Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit, dan akhirnya bel pulang menutup jam sejarah yang membosankan di minggu pertama bulan Januari ini. Apa mungkin aku berlebihan? Tapi sungguh, apa sih kelebihan anak itu? Dan lagi, ah…
***
Aku mengangkat gagang telpon dan menyambungkan saluran ke Tasya.
"Oh, hai Sya.., katanya anak OSIS ngumpul buat acara perpisahan kan? Kapan? Dimana?"
"Di sekolah Yas, ruang sekretariat jam 3 sore nanti".
"Oke, thanks".
Rapat yang menyenangkan sekaligus menyebalkan.
Masalahnya, dia hadir di sana sebagai seorang pembicara sok handal. Kenapa sih, kamu harus datang?
“Dia”
Belum pernah aku melihat orang seaneh dia.
Waktu itu hari pertama tahun ajaran baruku di kelas dua SMA. Agak asing rasanya menyapa teman-teman baru di kelas baru. Dan itu dia, duduk di sudut kelas sambil main telpon genggam. Lama-lama mungkin aku akan kesal sendiri melihatnya.
"Yasmine, kamu ngeselin deh!"
Zetttsss! Rasanya seperti kesetrum.
Oh ini teman baruku di II IPA 3.
"Eh, Sya, kenapa? Apanya yang ngeselin?" aku jadi salah tingkah sendiri, kukira Tasya membaca pikiranku.
"Kamunya ngeselin. Dipanggil dari tadi tapi gak ada responnya. Nih, aku dapet titipan kado buat kamu. Met ultah ya…"
Tasya berlalu.
Hm, ada kado lagi, padahal yang di rumah masih utuh bersampul rapi. Dan yang ini sampulnya kuning muda. Kira-kira isinya apa ya, dan dari siapa?
Aku penasaran, tapi.. "Selamat siang anak-anak", Bu Lusi menyapa. Pelajaran akan segera dimulai.
Lama rasanya. Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit, dan akhirnya bel pulang menutup jam sejarah yang membosankan di minggu pertama bulan Januari ini. Apa mungkin aku berlebihan? Tapi sungguh, apa sih kelebihan anak itu? Dan lagi, ah…
***
Aku mengangkat gagang telpon dan menyambungkan saluran ke Tasya.
"Oh, hai Sya.., katanya anak OSIS ngumpul buat acara perpisahan kan? Kapan? Dimana?"
"Di sekolah Yas, ruang sekretariat jam 3 sore nanti".
"Oke, thanks".
Rapat yang menyenangkan sekaligus menyebalkan.
Masalahnya, dia hadir di sana sebagai seorang pembicara sok handal. Kenapa sih, kamu harus datang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar